View Full Version
Rabu, 21 Oct 2009

Keangkuhan Bangsa Siam/Thai terhadap Bangsa Melayu Patani

Perjalanan waktu tidak  menunggu siapa saja yang ada dalam ruangnya, perjalanan sejarah ummat manusia selalu ada berubahan, kedustaan akan terbongkar bila semua manusia melihat kebenaran sebagai the true of life. Sejarah akan mencatat kejadian yang sudah berlalu, kebenaran akan menjadi suatu kebutuhan hati nurani bagi seluruh ummat manusia, tidak peduli itu bersuku bangsa mana saja yang ada di dunia ini. Sudah berabad-abad Bangsa Melayu Patani tertimbun di bawah kedustaan Bangsa Siam/Thai, yang memainkan peranan politik dusta di pentas Dunia International, untuk mengelabui masyarakat dunia dari perkara yang sebenarnya.

Semenjak kejadian pada tahun 2004 M, sampai pada tahun 2009 M, sudah tercatat angka kematian akibat konflik, mencapai 3.000 orang lebih, dan angka itu akan terus meningkat. Entah sudah berapa puluhan ribu juta dolar dana dalam operasional untuk keamanan, dan memburu para Pejuang kemerdekaan yang ada di dalam dan ada di luar Negeri. Lembaga-lembaga untuk menangani konflik terus dibangun, namun tetap saja menjadi sebuah kehampaan dan nista. Titik hakikatnya bukan lagi penanganan keamaman, akan tetapi pada hakikatnya adalah mempertahankan tamah kesultanan Melayu yang dijajah dan dianeksasi menjadi wilayah kekuasaan nya. Sejarah tetap akan menjadi catatan sejarah, yang akan memberi kebenaran pada masa kini.

Penjajahan terhadap suatu Bangsa merupakan kejahatan Dunia, dan undang-undang Perserikatan Bangsa-Bangsa sudah memberi ketegasan, bahwa bentuk penjajahan terhadap bangsa lain tidak dibenarkan, dan setiap bangsa dapat menentukan nasibnya sendiri. Sesungguhnya yang dilakukan oleh para Pejuang kemerdekaan Patani merupakan kebebaran Dunia International, namun keterkaitan dengan undang-undang yang dibuat oleh Penjajah Siam/Thai itu adalah bentuk perlawanan terhadap pemerintahan yang selalu disebut para pemberontakan, yang memberi ancaman hukuman bunuh dan dipenjara seumur hidup.

Dunia sekarang sudah mehargai hak kebebasan hidup pada setiap suku bangsa, namun tidak terjadi pada Bangsa Melayu Patani. Democrazy selalu disuara besar oleh para pejabat pemerintahan di Dunia International, bahwa Negara Siam/Thai adalah Negara Democracy, yang menjamin hak kehidupan pada seluruh kuarga Negara, akan tetapi tidak pernah mengakui keaneka ragaman kebudayaan dan suku Bangsa yang ada, hanya Siam/Thai yang ada, tidak ada Bangsa Melayu, tidak ada sejarah kerajaan Melayu. Sungguh merupakan keangkuhan dan diskriminasi dari para pejabat Siam/Thai yang bersuara di Dunia International, tidak mau mengakui kebenaran yang ada.

Terkaitan isu yang telah terjadi beberapa dekade yang lalu, bahwa ada para oraganisasi Internatoinal yang akan meningjau keberadaan di selatan Thailand, seperti OIC (Organisation of the Islamic Conference ) dan UN (United Nations ), maka bergegas bantahan ketua-ketua militer bagian IV, bahwa itu adalah isu angin yang dibuat oleh para kader muda yang atas nama kedamaian selatan. Berita OIC (Organisation of the Islamic Conference ) dan UN (United Nations ) tidak benar, tegas ketua militer bagian IV. Kelihatan sangat sakit sekali ketua militer bagian IV terkaitan isu mengenai akan ada tinjauan dari Oranisasi Dunia International. Sungguh kebenaran akan tetap bertahan dalam diri jiwa manusia, akan terjadi sakit jiwa bila mana seorang manusia dalam jiwa nya, selalu bertahan dengan kedustaan yang bersifat terus menerus.

Dunia akademik International selalu mengkaji mengenai sejarah ummat manusia yang ada di seluruh penjuru dunia, dan semua orang akademik yang ada di seluruh dunia sudah mengetahui bahwa Patani itu adalah kerajaan islam yang benar di masa silam, dan tegap berdaulat pada masa kejayaannya, semua itu dikaji di University International, baik di yang ada di Dunia Barat, Timur dan Asia.

Bila meninjau balik pada ahli akademik Siam/Thai dibidang sejarah sendiri pun, telah mengakui bahwa Patani itu adalah sejarah kerajaan Islam tersendiri. Namun politik membuat pelit dan keangkuhan kekuasaan tidak mau mengakui kebenaran yang sudah tercatat nyata. Maka tidak heran bila perang dengan mengangkat senjata menjadi pilihan bagi penduduk Bangsa Melayu Patani. Bila democrazy tidak dihargai maka jalan satu-satu untuk menjadi democrazy sejati adalah suara tembakan sementara waktu.

Sesungguhnya Bangsa Melayu Patani sendiri bukan bangsa yang suka pada peperangan, akan tetapi terpaksa untuk berperang untuk mendapat kebebasan dan suara kepedulian Dunia International, karena Undang-Undang perserikatan Bangsa-Bangsa telah membolehkan untuk menentukan nasib sendiri. Bila Bangsa Siam tidak angkuh, maka jalan penyelesaian masalah yang telah terjadi selama ini terbuka. Semuga ada titik terang terjadi pada ummat Islam Patani dan sikap pembelaan dari ummat Islam Nusantara, khususnya ummat Islam terbesar di Dunia Negara Republik Indonesia, paling tidak adalah do’a. 

By Weera M


latestnews

View Full Version