Saya pernah bertanya kepada teman saya, di mana dia sendiri adalah orang Kristen. Kami berdiskusi, dia bertanya kepada saya tentang Islam dan saya bertanya kepada dia tentang Kristen. Kebetulan dia juga teman dekat saya, satu kampus. Kami berdiskusi siang dan malam, tentang Islam dan Kristen. Timbul didalam hati saya untuk bertanya kepada dia tentang Natal dan Tahun Baru apa yang mereka kerjakan.
Saya bertanya kepada dia, “Apa yang kalian lakukan ketika Natal dan Tahun Baru. Apakah sembahyang atau apa?”
Teman Saya orang Kristen tadi menjawab “Sama seperti kalian (umat Islam), kami pada hari Natal juga sembahyang.”
Saya bertanya lagi “Lalu Tahun Baru, apa yang dilakukan?”
Teman saya orang Kristen tadi menjawab “Orang – orang mengira hari raya kami itu pada Natal (25 Desember) saja. Padahal tidak, hari raya kami itu dari tanggal 25 desember dan puncak nya Tahun Baru itu (tanggal 1).”
Setelah itu dia bertanya kepada saya. “Ayat apa didalam Al-Quran yang paling engkau sukai?” Maka saya menjawab “Surat Al-Ikhlas” Dia bertanya lagi “Apa intinya?” Lalu saya bacakan surat Al-Ikhlas dan artinya.
“Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (Q.S Al-Ikhlas ayat 1 – 4)
Dia diam ketika saya bacakan ayat ini, karena surat Al-Ikhlas ini adalah bantahan terhadap keyakinan mereka. Dimana mereka (orang Kristen) mengatakan bahwa Nabi Isa adalah Anak Tuhan. Padahal didalam Surat Al-Ikhlas “Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan” setelah itu dia diam dan tidak bertanya lagi.
Pertanyaan ini sering dia tanyakan kepada saya, sebelum nya dia juga pernah juga bertanya “Ayat dan surat apa yang paling engkau cintai didalam al-Quran” dan seterus nya. Hampir – hampir saja dia masuk Islam. Karena lingkungan dia hidup ada muslim dan teman dia lebih banyak muslim. Dan dia sendiri pernah berkata : “Saya lebih enak bergaul dengan orang Muslim dari pada orang Kristen sendiri”
Inilah sekilas dialog saya dengan teman saya (orang nashrani/Kristen). Yang ingin saya beritahukan kepada kalian semua nya adalah apa yang dia katakan tadi.
“Orang – orang mengira hari raya kami (umat nasrani) itu pada Natal 25 Desember saja. Padahal tidak, hari raya kami itu dari tanggal 25 desember dan puncak nya Tahun Baru itu (tanggal 1).”
Inilah pengakuan mereka, yang saya dengar langsung dari kedua telinga, dan saya perhatikan dengan jelas.
Dengan demikian jelas sudah, bahwa Tahun Baru Masehi itu adalah Hari Raya mereka dan mereka beribadah pada hari ini. Maka tidaklah pantas bagi seorang Muslim yang beriman untuk mengikuti Hari Raya Mereka, baik itu Natal, Tahun Baru dan yang lain nya. Siapa saja yang mengikuti Hari Raya mereka, maka dia terancam kedalam sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, berarti ia dari golongan mereka.” [Hadits Shahih. Dikeluarkan oleh Abu Dawud (4031), Ahmad (5093, 5094, 5634) Di Shahihkan oleh Syaikh Ali Hasan Al-Halaby]
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum” artinya siapa saja yang mengikuti kebiasaan suatu kaum yang itu merupakan kekhususan mereka. Seperti ikut didalam hari raya mereka dan lain – lain. Maka akibat nya adalah “Berarti ia dari golongan mereka”
Hadits ini setegas – tegas nya dalil yang melarangan kita untuk ikut bertolerasi didalam masalah peribadatan mereka. Baik itu Natal, Tahun Baru dan yang lain nya.
Sudah cukup bagi kita dua Hari Raya yang Allah pilihkan bagi kita, Idhul Fithri dan Idhul Adha.Maka dari itu, wahai saudaraku seiman. Janganlah kalian mengikuti kebiasaan mereka, terutama merayakan Tahun Baru. Jika tidak maka kalian terancam kedalam hadits diatas.
Hanya Allah-lah yang bisa memberikan hidayah. [Prima Saputra/fb]
Baca berita terkait:
1. Jangan Latah dengan Perayaan Tahun Baru Masehi
2. Dialog Islam-Kristen Seputar Tahun Baru