View Full Version
Kamis, 07 Jan 2010

Kasih Sayang Sesama Muslim, Jangan Salah Alamat

By: Abu Nadhil Al-Fikri

Akhir-akhir ini sering dipublikasikan foto aneh di berbagai media. Sebuah foto kematian seorang tokoh Muslim yang didoakan oleh berbagai pemeluk agama lain dan disertai dengan nyala lilin. Di berbagai kesempatan, orang-orang yang tidak beriman kepada Allah SWT dan Muhammad SAW itu mendoakan sang tokoh dengan khidmat seolah-olah mereka kehilangan pemimpin panutan dan tokoh pelindung.

Apa yang menyebabkan mereka berbuat seperti itu? Apakah karena selama ini mereka tertindas kemudian sang tokoh selalu melindungi mereka, tak peduli mereka benar atau salah yang penting ini harus dibela demi kemanusiaan (humanisme)?

Kita masih ingat pembelaan sang tokoh terhadap kelompok minoritas yang merasa tertindas. STT Doulos melakukan pemurtadan dengan kedok rehabilitasi narkoba, sekte sesat Ahmadiyah yang telah menghina Muhammad SAW dengan memunculkan nabi palsu, murtadin Arswendo yang menghina Nabi Muhammad SAW melalui Tabloid Monitor, pelarangan pendirian gereja karena SKB 3 Menteri dan lain-lain. Semua dilakukan dengan dalih menegakkan demokrasi, kebebasan berekspresi, toleransi beragama, pluralisme dan humanisme.

Tetapi bagaimana pembelaan sang tokoh terhadap Islam? Alih-alih membela, ketika ada pihak-pihak yang membela Islam beliau malah menghinanya. 

..Kepada FPI yang memberantas kemaksiatan dan Laskar Jihad yang berjuang Ambon, sang mendiang berkata sinis, “Tuhan tidak perlu di bela!”

Lantas, ketika sang tokoh ini membela agama lain, apa agama mereka nggak punya Tuhan untuk membelanya...

Kepada FPI yang memberantas kemaksiatan dan Forum Komunikasi Ahlussunnah Wal Jamaah (FKAWJ) yang mengirim Laskar Jihad ke Ambon, sang mendiang berkata sinis, “Tuhan tidak perlu di bela!”

Lantas, ketika sang tokoh ini membela agama lain, apa agama mereka nggak punya Tuhan untuk membelanya, atau beliau sendiri yang memposisikan dirinya sebagai “Tuhan” dengan membela agama lain tersebut? Atau penentangan sang tokoh terhadap UU Antipornografi untuk menyelamatkan generasi muda Islam dari kehancuran akhlak, istrinya-pun ikut-ikutan berdemo meskipun harus dituntun di atas di kursi roda.

Nyaris tidak satu pun pembelaannya terhadap Islam, malah menyakiti hati umat Islam; berhubungan baik dengan Yahudi laknatullah penjajah Palestina, menyatakan Al-Qur’an sebagai kitab porno; penentangannya yang amat sangat terhadap formalisasi syariat Islam dalam bentuk Negara (sekulerisme). Sehingga salah seorang Kiai NU dari Madura berharap tidak ada lagi Kiai nyeleneh secara pemikiran setelah wafatnya tokoh ini, karena berbahayanya ideologi pluralisme yang di usung sang tokoh.

Kecintaan umat non-Muslim terhadap sang tokoh dan kedekatannya dengan para pendeta dan biksu perlu dipertanyakan. Karena seorang tokoh muslim seharusnya di cintai oleh umat Islam, bukan orang kafir. Sebaliknya, jika di cintai oleh orang kafir maka ini jadi pertanyaan besar.

..seorang tokoh muslim seharusnya di cintai oleh umat Islam, bukan orang kafir. Sebaliknya, jika di cintai oleh orang kafir maka ini jadi pertanyaan besar...

Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk berkasih sayang terhadap sesama muslim dan bersikap keras terhadap orang kafir, terutama yang memusuhi Islam dan melakukan pemurtadan.

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin” (At-Taubah 128).

“Lemah lembut (tawadhu’) kepada orang-orang yang beriman, keras terhadap orang-orang kafir” (Al-Ma’idah 54).

Seorang muslim harus memberikan kecintaan (al-wala’) hanya kepada Islam, lemah lembut terhadap kaum muslimin dan selalu ingin bersama orang-orang yang dicintainya, bukan kepada Kristen, Yahudi dan musyrik.

Begitu juga seorang muslim memisahkan diri dari orang-orang kafir (al-bara’). Tidak mengikuti ritual ibadah orang-orang kafir; seperti merayakan natal bersama, ikut kebaktian, doa bersama dan penyembuhan dalam nama Yesus, tidak saling berkasih sayang dengan mereka dan tidak menolong dan memuji agama mereka.

Tulisan ini bukan untuk menghina siapa-siapa, tetapi mendudukkan sang tokoh sesuai dengan proporsinya, tidak terlalu dikultuskan dan tidak juga tidak terlalu dihinakan. Sikapilah siapapun secara proporsional sesuai dengan rambu-rambu aqidah Islam.

[maraji’: Al-Wala’ wal-Bara’ karya Shalih bin Fauzan Al-Fauzan].


latestnews

View Full Version