Kala berjalan menelusuri pematang ladang kehidupan. Aku berpapasan dengan seorang lelaki miskin. Keadaanya begitu mengenaskan. Dengan wajah pucat pasi, kedua mata menahan sisa-sisa kelelahan hidup dan ucap kata terbata-bata. Sambil meletakan kedua tangannya di perutnya ia mengatakan sakit karena lapar.
Aku sangat iba. Tak terasa air mataku berlinang. Aku berdoa kepada Allah SWT. agar ia senantiasa diberi kekuatan dan aku mengucap syukur kepada Allah bahwasanya aku masih mampu berjalan dan mencari nafkah walau terasa terengah-engah dalam menapaki kehidupan ini.
Ternyata masih ada orang yang lebih susah di atas kesulitanku yang aku rasakan. Aku memberikan dia sesuatu yang aku mampu, sebuah bekal dan sebuah ucapan ″Tegarlah menapaki hari ini dan Songsong hari esok!″, sambil menahan kesedihan yang saat itu aku rasakan.
Di pematang kehidupan yang aku tempuh aku juga berpapasan dengan seorang lelaki kaya. Keadaannya begitu parlente dan wah! Dengan wajah sumringah, kedua matanya menahan sisa-sisa kemewahan hidup berlebih dan ucap kata yang lantang namun bergetar. Sambil meletakan kedua tangannya di perutnya ia mengatakan sakit karena kekenyangan.
Astagfirullah al-adzim. Aku sedikit kesal meledak-ledak dalam jiwa sekaligus iba. Aku menangis dalam hati. Aku berdoa kepada Allah agar ia senantiasa diberi hidayah dan kemampuan perasaan untuk berfikir. Aku mengucap syukur kepada Allah bahwasanya aku masih mampu memberi walau hanya sekemampuanku.
Ternyata masih ada orang yang lupa bersyukur dan lebih dzolim di atas dosa-dosaku yang bagai debu. Aku memberikan dia sesuatu yang aku mampu sebuah ucapan ″Bangun dan Lihatlah Duniamu!″ sambil menahan kepedihan yang saat itu aku rasakan.
Aku berkaca dan berkata dalam hati ″Andai si kaya memberikan sebagian kelebihannya kepada si miskin niscaya tidak seorangpun dari mereka berdua mengeluh kesedihan dan kepedihan″.
KESEDERHANAAN adalah KEMEWAHAN kita.................
BILIK SASTRA/Tanto Kecil Baik Hati/fb