KALA itu, masa generasi terbaik, generasi yang mampu memberikan cahaya terang di tengah pekatnya kegelapan. Pengukir sejarah perjuangan gemilang. Gagah dengan kewibawaan Islam dan kokoh karena kekuatan iman.
Hari itu perang Uhud, Thalhah Ubaidilah, “si burung elang perang Uhud”, begitulah julukan yang diberikan oleh Rasulullah kepadanya. Kisah hebat yang tentunya sebagai pelajaran bagi generasi berikutnya.
Diceritakan, ketika tentara Muslim terdesak mundur dan Rasulullah SAW dalam bahaya akibat pasukan pemanah tidak disiplin dalam menjaga pos-pos di bukit, pasukan musuh bagai kesetanan merangsek maju untuk mengejar para mujahidin dan Rasulullah saw. Semua musyrikin berusaha mencari Rasulullah. Dengan pedang-pedang mereka yang tajam dan mengkilat, mereka terus mencari, para shahabat dengan sekuat tenaga melindungi.
Mereka pun rela terkena sabetan, tikaman pedang, tusukan tombak dan anak panah. Tetapi para sahabat tetap bertahan melawan kaum musyrikin Quraisy. Hati mereka berucap dengan teguh, "Aku korbankan ayah ibuku untuk engkau, ya Rasulullah". Pertempuran pun terus berlanjut. Tak terpikir oleh mereka untuk mundur sebagai pengecut. Hanya ada dua pilihan, hidup mulia atau mati sebagai syuhada.
Thalhah adalah salah satunya. Diayunkan pedangnya ke kanan dan ke kiri. Ia melompat lincah ke arah Rasulullah yang tubuhnya berdarah. Dipeluknya Beliau dengan tangan kiri dan dadanya. Sementara pedang yang ada di tangan kanannya ia ayunkan ke arah lawan yang mengelilinginya. Ia tak akan membiarkan senjata-senjata tajam musuh mengenai tubuh kekasihnya, meskipun dengan itu dirinya menjadi menderita.
Alhamdulillah, Rasul pun selamat. Kaum musyrikin pergi meninggalkan medan perang. Mereka mengira sang nabi telah tewas, padahal selamat, walaupun dalam keadaan luka-luka. Para shahabat menjadi lega, sebelumnya mereka sangat khawatir terjadi apa-apa dengan seseorang yang paling dikasihinya.
…Saat ini Islam sedang dihinakan, apakah kita hanya diam dan berpangku tangan, ataukah kita mau untuk bangkit berjuang demi kemuliaan Islam…
Kemudian Rasulullah dipapah Thalhah menaiki bukit yang ada di ujung medan pertempuran. Tangan, tubuh dan kakinya diciumi oleh Thalhah, seraya berkata, "Aku tebus engkau Ya Rasulullah dengan ayah dan ibuku."
Nabi tersenyum dan Bersabda: "Keharusan bagi Thalhah adalah memperoleh…." Yang dimaksud Rasulullah adalah memperoleh surga.
Sungguh peristiwa yang sangat luar biasa, suatu ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq RA pernah berkata, "Perang Uhud adalah harinya Thalhah. Pada waktu itu akulah orang pertama yang menjumpai Rasulullah SAW. Ketika melihat aku dan Abu Ubaidah, baginda berkata kepada kami: "Lihatlah saudaramu ini." Pada waktu itu aku melihat tubuh Thalhah terkena lebih dari tujuh puluh tikaman atau panah dan jari tangannya putus." Subhanallah!
Sebuah pelajaran berharga dari shahabat Thalhah, pahlawan Islam yang gagah berani, rela berkorban apa saja demi Allah dan Rasul-Nya, untuk kemuliaan agamanya. Karena ia tahu, nilai dunia itu tak ada apa-apanya, akhiratlah masa depan yang sesungguhnya. Berbahagialah Thalhah, ia mendapatkan tempat yang mulia di sisi-Nya.
Semoga kita bisa meneladani sikap shahabat Thalhah, bukannya menjadi singa-singa yang terkulai, lemah tak berdaya, bertekuk lutut pada gemerlapnya dunia.
Saat ini Islam sedang dihinakan, apakah kita hanya diam dan berpangku tangan, ataukah kita mau untuk bangkit berjuang demi kemuliaan Islam. [Ali Mustofa/voa-islam.com]