View Full Version
Ahad, 30 May 2010

Menyoal Faham Nasionalisme

Oleh: Ali Mustofa

Banyak di antara kalangan kaum muslim yang masih keranjingan dengan faham yang satu ini. Maklum saja, hal ini memang sengaja dihembuskan Barat kepada dunia Islam sudah sejak lama. Bahkan nasionalismelah yang punya andil besar terhadap runtuhnya daulah khilafah Utsmaniyah yang beribukota di Istanbul Turki pada waktu itu. Sadar maupun tidak sadar sebenarnya faham inilah salah satu biang kerok penyebab terjadinya perpecahan umat, terbukti sekarang ini negeri-negeri muslim disekat-sekat menjadi 50 negara lebih.

Kelemahan Nasionalisme

Banyak kelemahan faham nasionalisme yang tak diketahui para pemujanya, di antaranya:

1. Kualitas ikatannya rendah. Tidak akan mampu mengikat manusia dalam persatuan umat yang sesungguhnya.

2. Ikatannya hanya bersifat emosional dan muncul secara tiba-tiba dari naluri mempertahankan diri. Selain itu akan cenderung berubah-ubah.

3. Ikatan ini bersifat temporal. Akan meningkat ketika mendapatkan ancaman dari pihak luar, sebaliknya pada saat keadaan normal atau aman, penjajah telah pergi, ikatan ini pun ikut pergi.

...Ikatan nasionalisme hanya bersifat emosional dan akan cenderung berubah-ubah...

Bisa diambilkan contoh, dahulu semangat nasionalisme masyarakat indonesia ketika masih dijajah oleh para penjajah sangat menggebu-gebu, bahkan kita sering dengar slogan “rawe-rawe rantas malang-malang putung” atau “bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”, namun setelah indonesia merdeka semangat nasionalisme itu pun pudar, lihat saja kasus Timor-Timur, Aceh, Papua, dan daerah-daerah lain yang malah ingin memisahkan diri dari NKRI.

Pandangan Islam mengenai faham nasionalisme

Bukan termasuk Umatku orang yang mengajak pada Ashabiyah, dan bukan termasuk umatku orang yang berperang atas dasar Ashabiyah,dan bukan termasuk umatku orang yang mati atas dasar Ashabiyah.”(HR. Abu Dawud).

Islam tidak kenal dengan yang namanya nasionalisme. Dalam artian, faham itu tidak diajarkan oleh Islam, bahkan harus dijauhi dan tidak boleh diperjuangkan. Dalam Islam, faham seperti ini termasuk dalam ashabiyah. Rasulullah mempersatukan kaum Muhajirin dan Anshar dengan satu landasan yaitu akidah Islamiyah. Bukan karena landasan nasionalisme atau yang  lainnya. Rasulullah mengumpamakan kita seperti satu tubuh yang saling melengkapi satu sama lain.

...Faham nasionalisme termasuk dalam ashabiyah yang tidak diajarkan oleh Islam, bahkan harus dijauhi dan tidak boleh diperjuangkan...

Dalam sirah nabi, di kota Madinah, di masa Rasulullah SAW masih hidup. Ketika masyarakat dan negara Islam baru tumbuh di kota Madinah. Dan kedudukan politik dan kekuatan ekonomi mereka menggeser kepentingan dan posisi kaum Yahudi, maka Yahudi membuat makar. Salah seorang tokoh Yahudi yang bernama Syas bin Qais yang sangat benci dengan bersatunya dua suku besar penghuni kota Madinah Aus dan Khazraj dalam ikatan Islam, membuat makar dengan mengirim seorang penyair agar membacakan syair-syair Arab Jahiliyah yang biasa mereka pakai dalam perang Buats. Perang Buats adalah perang yang terjadi selama 120 tahun (Ibnu Ishaq dalam Tafsir Al Mawardi) antara kaum Aus dan Khazraj. Dan selama musim perang tersebut, pihak Yahudilah yang mengambil keuntungan politik maupun ekonominya.

Penyair suruhan Syas berhasil mempengaruhi jiwa sekumpulan kaum Anshar dari kalangan Aus dan Khazraj di suatu tempat di kota Madinah. Syair jahiliyah tersebut mengantarkan mereka kepada perasaan kebanggaan dan kepahlawanan mereka di masa jahiliyah dalam medan perang Buats. Perasaan kebangsaan dan kepahlawanan kaum Aus maupun Khazraj itu memuncak hingga mereka lupa bahwa mereka sesama muslim. Yang Aus merasa Aus dan yang Khazraj merasa Khazraj. Dalam puncak emosi perang itu mereka akhirnya berteriak-teriak histeris: ”Senjata-senjata!”.

Dalam situasi kritis itulah, Rasulullah datang bersama pasukan kaum muslimin untuk melerai mereka. Rasulullah SAW bersabda: “Wahai kaum muslimin, apakah karena seruan jahiliyah ini (kalian hendak berperang) padahal aku ada di tengah-tengah kalian. Setelah Allah memberikan hidayah Islam kepada kalian. Dan dengan Islam itu Allah muliakan kalian dan dengan Islam Allah putuskan urusan kalian pada masa jahiliyah. Dan dengan Islam itu Allah selamatkan kalian dari kekufuran. Dan dengan Islam itu Allah pertautkan hati-hati kalian. Maka kaum Anshar itu segera menyadari bahwa perpecahan mereka itu adalah dari syaitan dan tipuan kaum kafir sehingga mereka menangis dan berpelukan satu sama lain. Lalu mereka berpaling kepada Rasulullah SAW. dengan senantiasa siap mendengar dan taat…” (Sirah Ibnu Hisyam Juz 1/555).

Dan marilah kita memperhatikan firman Allah SWT : Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang ber-saudara dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Ali Imran 103).

...Maka sudah selayaknyalah umat Islam bersatu dalam bingkai khilafah dan ikatan akidah Islam, bukan nasionalisme...

Umat Islam baik itu yang berkulit hitam atau putih, yang mancung maupun pesek, berdomisili di Sabang sampai di Marko, semua adalah saudara , tidak berbeda satu dengan yang lainnya. Yang membedakan hanyalah iman dan taKwanya. Maka sudah selayaknyalah kita bersatu, bersatu dalam hal artian yang sebenarnya yaitu bersatu dalam bingkai khilafah dan ikatan akidah Islam, bukan nasionalisme. Karena inilah wujud persatuan yang sesungguhnya. Wallahu ‘alam.

* Penulis adalah Ketua Remaja Islam Ngruki (RISKI)


latestnews

View Full Version