View Full Version
Rabu, 16 Feb 2011

Skenario Besar di Balik Kerusuhan Cikeusik dan Temanggung

Manusia-manusia atheis, anti agama, musuh Allah, di negeri ini seperti tidak pernah kehilangan bahan, ide, dan inspirasi untuk menjelek-jelekkan Ummat Islam, khususnya kalangan gerakan Islam. Mereka selalu memiliki cara untuk membohongi manusia, lalu memfitnah Ummat sekencang-kencangnya. Tentu saja, seperti biasa, makar mereka selalu dibantu oleh media-media massa perusak akal.

Di jaman Kapolri Bambang Hendarso Danuri, gerakan Islam terus-menerus difitnah dengan isu terorisme. Setelah Kapolri berganti, kini Ummat Islam lagi-lagi difitnah dengan kerusuhan Cikeusik Pandeglang dan Pemalang. Kalau di jaman BHD operator fitnahnya Polri dan Densus88, maka dalam kerusuhan terakhir ini banyak tangan-tangan yang bermain.

Intinya, modus kerusuhan Cikeusik dan Pemalang itu SAMA PERSIS seperti Insiden Monas pada tanggal 1 Juni 2008 lalu. Modusnya sama persis. Hanya kita saja yang cepat melupakan Insiden Monas, sehingga tidak mengenali cara-cara yang digunakan dalam kerusuhan Cikeusik-Pemalang.

Dalam Insiden Monas, pemicunya adalah demo warga Ahmadiyyah di Monas. Dalam kasus Cikeusik pemicunya juga soal konflik dengan Ahmadiyyah; dalam kasus Pemalang soal penistaan agama oleh aktivis Kristen. Dalam Insiden Monas, SBY sangat cepat bereaksi mengecam ormas anarkhis (yaitu FPI). Begitu pula dalam dua kerusuhan terakhir. Bukan hanya SBY, tetapi tokoh politik, aktivis LSM, media-media massa, tokoh “agama”, dll. serentak mengutuk FPI dan mencerca pemuda-pemuda Islam yang diduga terlibat dalam kerusuhan itu. Ujung-ujungnya, mereka mendesak supaya FPI cepat dibubarkan (karena itulah order penjajah yang harus cepat dilaksanakan).

Sangat ironis melihat pemimpin seperti SBY. Dia begitu bernafsu mendesak agar ormas anarkhis (yaitu FPI) dibubarkan, tetapi dia tidak pernah sedikit pun menyinggung agenda pembubaran Ahmadiyyah. Padahal itu sudah dituntut Ummat Islam sejak lama. Hanya karena tekanan sejuta facebookers, SBY mau memberi fasilitas deponeering kepada Bibit-Chandra. Tetapi atas tekanan Ummat Islam yang sekian lama meminta Ahmadiyyah dibubarkan, SBY seperti tidak punya telinga. SBY ini jelas hatinya lebih mencintai aliran sesat dan kafirin liberal, daripada ke Ummat Islam.

Dapat dikatakan, kerusuhan Cikeusik atau Pemalang itu sepenuhnya rekayasa. Komnas HAM mengakui bahwa ada rekayasa dalam kedua kerusuhan itu. Hanya saja, kita kemudian bertanya-tanya, siapa yang merekayasa dan untuk apa? Kalau misalnya pemuda-pemuda FPI yang melakukan tindak kekerasan itu, hampir dipastikan mereka jarang merekayasa. Kejadian kerusuhan sebelum-sebelumnya selalu bersifat insidental-situasional. Namun kalau kita ingat Insiden Monas yang diprovokasi oleh para aktivis AKKBB, kita akan paham siapa yang merekayasa kerusuhan ini. Targetnya jelas, untuk memfitnah gerakan Islam, menjelek-jelekkan Ummat Islam, dan membubarkan FPI.

Banyak bukti-bukti bisa disebut bahwa kerusuhan Cikeusik Pandeglang adalah hasil rekayasa. Di antaranya adalah sebagai berikut:

[1] Kerusuhan di Cikeusik tidak terjadi secara spontan, tetapi berproses memakan waktu sampai mencapai titik klimaksnya. Bahkan beberapa bulan sebelum kejadian, sudah ada pemanasan situasi ke arah kerusuhan itu. Kalau kerusuhan anarkhis biasa, cenderung terjadi secara insidental, seperti kasus tawuran dengan jamaah HKBP di Ciketing beberapa waktu lalu.

[2] Dalam kerusuhan Cikeusik itu, pihak Ahmadiyyah sudah mempersiapkan diri dan kekuatan. Mereka sengaja mendatangkan bantuan tenaga dari Jakarta dan Bogor, lalu di rumah Suparman tempat terjadinya kerusuhan, didapati banyak senjata-senjata tajam. Tampak jelas, pihak Ahmadiyyah sudah mempersiapkan diri menyambut kerusuhan itu. Bahkan mereka sengaja melakukan provokasi dengan menantang warga. Artinya, pihak Ahmadiyyah sangat membutuhkan terjadinya kerusuhan itu untuk mencapai tujuan-tujuan politik mereka.

[3] Pihak Ahmadiyyah sudah sedemikian rupa mempersiapkan “hajatan” kerusuhan Cikeusik ini. Salah satu dari orang Ahmadiyyah yang kemudian berlindung di bawah LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban), sengaja menyamar seperti wartawan TransTV/Trans7 dengan seragam hitam-hitam. Sebelum kerusuhan pecah, dia melakukan liputan gambar dari berbagai sisi, baik meliput pihak Ahmadiyyah maupun warga anti Ahmadiyyah. Saat terjadi kerusuhan, wartawan palsu itu tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk meliput peristiwa tragis tersebut. Tujuannya jelas, agar bangsa Indonesia dan dunia mengutuk para penyerang dan mengasihani pihak Ahmadiyyah.

[4] Para penyerang dari pihak anti Ahmadiyyah, mereka sengaja memakai tanda-tanda berupa pita. Ada pita biru, ada pita hijau, juga pita kuning. Sepanjang sejarah insiden yang melibatkan pemuda-pemuda FPI, tidak pernah ada pemakaian pita-pita seperti itu. Baru pertama kalinya ini ada penyerang anti Ahmadiyyah memakai pita-pita. Hal ini menjelaskan bahwa bukan hanya pihak Ahmadiyyah yang telah mempersiapkan diri, tetapi pihak penyerang pun sudah dipersiapkan. Penyerang dan yang diserang sudah dipersiapkan, lalu juru kameranya juga sudah dipersiapkan. Selanjutnya, tinggal mempersiapkan orang-orang yang akan mengecam FPI dari sana-sini, baik dari kalangan pejabat, wartawan, aktivis LSM, tokoh “agama”, dan seterusnya. Jadi klop sudah.

[5] Permainan ini belum lengkap tanpa keterlibatan Polisi. Meskipun Polisi dalam hal ini tidak bertindak seperti Densus88, tetapi mereka melakukan peran yang significant, yaitu: membiarkan kerusuhan itu terjadi. Dalam video yang disebar oleh cameramen dari Ahmadiyyah yang berinisial A itu, jelas-jelas sangat terlihat bahwa Polisi tidak berbuat apapun untuk menyelematkan rumah Suparman dan penghuninya. Memang ada tindakan satu dua orang Polisi mencegah perkelahian, tetapi menurut akal sehat, bagaimana bisa dua orang melawan puluhan orang bersenjata tajam dan beringas? Polisi disini tetap ikut berperan, dalam rangka membiarkan kerusuhan itu terjadi. Lalu tokoh-tokoh dan media massa bersikap pura-pura mengecam Polisi dan menyebut mereka tidak becus. Ya bagaimana akan becus, wong mereka memang membiarkan kerusuhan terjadi?

[6] Ada kejadian aneh ketika seorang penyerang anti Ahmadiyyah memberikan salam di depan kamera orang Ahmadiyyah berinisial A itu. Roy Suryo termasuk merasa heran juga dengan sikap salam di dada itu. Lho, ini bagaimana sih, kok pihak penyerang memberi salam kepada kamera? Dalam peristiwa kerusuhan di seluruh Indonesia, hampir tidak akan ditemukan kejadian salam semacam itu. Seakan antara penyerang dan pihak cameramen (Si A) sudah tahu sama tahu.

Singkat kata, kerusuhan Cikeusik ini memang sengaja dibuat terjadi. Bahkan sudah dipersiapkan juru kamera yang akan mengabadikan kerusuhan itu secara tragis. Modusnya sama seperti Insiden Monas beberapa tahun lalu. Disana ada provokasi, penjebakan, perekaman kejadian, pembentukan opini secara massif, lalu ujungnya: tuntutan pembubaran FPI.

Harus diakui, para PENJAJAH sudah mengeluarkan banyak biaya untuk menghabisi FPI. Mereka sudah berhasil mengurung MMI dan JAT melalui isu terorisme. Bahkan Amir JAT, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir saat ini sedang diadili. Tinggal FPI yang susah sekali ditaklukkan. Nanti kalau FPI berhasil ditundukkan, maka Ummat Islam Indonesia tidak memiliki lagi organisasi yang bersikap tegas dan berani. Nanti yang tinggal adalah organisasi-organisasi “rahmatan lil ‘alamiin” yang mengagumi romantisme-romantisme picisan seperti yang diusung novel-novel sejenis AAC, KCB, dan lainnya.

Pembubaran FPI telah menjadi agenda global. Semua unsur penjajah di Indonesia menjadikan FPI sebagai target. Sebab, mereka terus was-was selama FPI masih eksis. FPI dikhawatirkan akan menggerakkan perlawanan umum anti penjajahan di Indonesia. Karena selama ini FPI mati-matian menuntut Ahmadiyyah dibubarkan, maka FPI dijebak dengan kerusuhan yang melibatkan Ahmadiyyah juga. Seperti pepatah, “Ikan dipancing dengan umpan yang disukainya.”

Sama saja dengan kejadian kerusuhan di Pemalang. Ini juga by design. Sangat jelas modus dan cara-caranya. Disana dijumpai fakta-fakta aneh, antara lain sebagai berikut:

Pertama, kerusuhan di Temanggung itu juga tidak spontan terjadi. Proses persidangan sudah dimulai sejak bulan Oktober tahun 2010. Dalam persidangan ini ada potensi konflik yang nyata, maka potensi itulah yang kemudian dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Kedua, banyak saksi mata melihat, para perusuh ketika menyerang PN Temanggung memakai jubah, kopiah, baju koko, dll. Tetapi ketika melarikan diri, mereka melepas jubah dan bajunya, lalu lari dengan baju mereka sebelumnya. Hal ini kan sangat jelas, bahwa tujuan kerusuhan itu hanya untuk menjelek-jelekkan citra aktivis Islam yang sering memakai jubah, baju koko, kopiah.

Ketiga, adalah sangat aneh ketika massa perusuh di depan PN Temanggung justru bersikap anarkhis, padahal mereka sudah mendengar bahwa terdakwa dalam sidang di PN tersebut sudah dihukum maksimal 5 tahun. Seharusnya mereka bersorak-sorai dan bergembira, tetapi malah berbuat rusuh. Bandingkan dengan pengadilan Ariel Peterporn di PN Bandung. Oleh jaksa dia dituntut 5 tahun penjara, tetapi oleh hakim divonis 3,5 tahun penjara. Ribuan pengunjuk rasa anti Ariel merasa kecewa dengan vonis itu, tetapi nyatanya mereka tidak berbuat rusuh. Hanya bedanya, kalau di Bandung demo anti Ariel murni dilakukan oleh pemuda-pemuda Islam, kalau di Temanggung demo digerakkan oleh manusia-manusia atheis anti Islam.

Keempat, adalah suatu kesengajaan yang sangat memalukan, ketika kerusuhan anarkhis diarahkan untuk merusak bangunan-bangunan fisik gereja dan sekolah Kristen. Menurut saksi mata, para perusak atau pembakar gereja itu sudah stand by di posisinya sejak pagi. Mereka tidak ikut dalam kerusuhan di depan PN Temanggung, tetapi bersiap diri di posisi masing-masing. Dalam kerusuhan-kerusuhan yang melibatkan pemuda Islam, jarang sekali mengarah ke tempat-tempat ibadah non Muslim. Tetapi di Temanggung, seakan segalanya sudah dipersipkan dengan baik, sehingga nantinya ada bahan pidato bagi SBY untuk menyerang ormas Islam (yaitu FPI).

Kelima, dan lagi-lagi dalam kerusuhan Temanggung ini pihak Polisi cenderung mendiamkan. Kalau mendiamkan 100 % tidak, tetapi mereka tidak bertindak cepat meredakan kerusuhan itu. Fakta paling nyata ialah ketika perusuh hendak menggulingkan truk Dalmas milik Polisi. Ada puluhan Polisi melihat kejadian itu, sebab ia terjadi di depan mereka, dalam jarak sekitar 100 m. Tetapi tidak ada upaya menggagalkan pengrusakan itu. Seolah anggota Polisi berbisik dalam hatinya, “Ayo, ayo, ayo cepat gulingkan truk itu! Cepat!! Biar kasus ini berjalan sempurna. Ayo cepat!!!”

Tidak diragukan, bahwa ada keterlibatan pemuda-pemuda Islam dalam dua kerusuhan itu. Tetapi sifat keterlibatan mereka hanya ikut-ikutan saja, atau ikut terprovokasi. Sedangkan otak kerusuhan itu, pembuat desainnya, dan provokatornya bukan mereka. Mereka hanya sekedar penunjang keberhasilan desain kerusuhan yang sudah disiapkan.

Kerusuhan Cikeusik atau Temanggung ini sudah diatur dengan rapi. Komnas HAM mengklaim kerusuhan itu by design. Bambang Soesatyo, salah seorang anggota DPR RI, mensinyalir kedua kerusuhan itu sengaja dibuat dengan menumpang isu pertikaian agama. Mahendradata dari Tim Pembela Muslim juga mengatakan demikian.

Kalau mendengar betapa kotornya congor Usman Hamid dari Kontras saat meletup-letup di MetroTV, dia menuntut agar FPI segera dibubarkan. Begitu pula betapa busuknya mulut Hendardi ketika mendesak Pemerintah SBY agar segera membubarkan FPI. Kita tahu arah dari semua gerakan ini. Semua ini adalah order penjajah agar FPI segera dihabisi. Manusia-manusia kotor seperti itu tak lebih dari para figuran, di antara firguran-figuran lain, yang memainkan kisah konspirasi memalukan, dalam rangka menghajar ormas Islam (khususnya FPI). Mereka-mereka ini kan seperti manusia atheis yang tidak mengenal Tuhan, moral, apalagi rasa malu.

Semoga Allah Ta’ala, Al ‘Aziz Ar Rahiim, Al Jabbar Al Mutakabbir, Al ‘Alim Al Hafizh, selalu menolong, merahmati, mengampuni, memberi jalan keluar, serta meninggikan ‘izzah pejuang-pejuang Islam di Tanah Air, yang selalu istiqamah dan ikhlas membela agama-Nya. Dan semoga pula, Allah Al ‘Aziz menghajar manusia-manusia atheis itu, menghancurkan kehidupan, bisnis, dan penghasilan mereka; menimpakan penyakit mematikan, kegelisahan hebat, ketakutan memuncak, kehinaan, serta kehancuran lahir-batin kepada kaum atheis dan musuh-musuh Islam itu. Terimalah doa kami ya Rabbana ya Mujibas sa’ilin. Amin Allahumma amin. Wa shallallah ‘ala Rasulillah Muhammad wa ‘ala alihi wa ashabihi ajma’in.

Semoga yang sedikit ini bermanfaat di sisi Ummat Rasulullah Saw, dan bernilai di sisi Allah Rabbul ‘alamiin. Amin. Mohon dimaafkan atas segala salah dan kekurangan.

Bandung, 15 Februari 2011.
AM. Waskito.
(Penulis buku Islam, tinggal di Bandung).


latestnews

View Full Version