View Full Version
Senin, 03 Oct 2011

Tragedi Ambon 9/11: Agama yang Keras ataukah Negara yang Culas?

By: Moch Sulthon 

TRAGEDI Ambon merupakan bukti terkini atas ketidakmampuan pemerintah dalam menempatkan posisinya sebagai sebuah negara. Pemerintah merupakan operator yang terkadang bermain opera atas tanggungjawab yang diembannya.

Melihat sejumlah tragedi yang terjadi di Ambon sejak 1998 sampai terakhir Tragedi 9 September 2011, hampir dipastikan konflik berbau sara yang akhirnya menjadi stigma tersendiri bagi masyarakat Ambon, terjadi ketegangan antar pemeluk agama satu dengan agama lainnya. Tidak ada ketenangan dalam kehidupan masyarakat yang akhirnya menjadi korban atas penindasan dan tragedi-tragedi lainnya.

Sulit untuk dihindari dan terkadang berpikir negatif kepada pemerintah atas beberapa kejadian di tanah Indonesia ini, Kasus Cikeusik belum lama dan masih membayangi bumi pertiwi, kasus Ambon kembali meledak. Entah berapa lama tragedi berdarah ini akan terus terjadi di bumi pertiwi, atau bahkan agama sudah tidak lagi menjadi barang berharga sehingga dijadikan alat kepentingan atas kerakusan tentang kekuasaan semata.

Sulit rasanya menjadi orang baik, pemimpin baik, pejabat ataupun aparat yang baik, tapi niat kebaikan pun tidak boleh hilang dari para pemimpin, pejabat ataupun aparat. Jangan sampai semua tokoh lintas agama menyatakan sikapnya atas ketidakpercayaan mereka terhadap aparat, karena tokoh agama taat akan aturan dan syariat yang diyakininya. Padahal mereka pun akan segan kepada pemimpin bila selalu melindungi serta sadar bahwa dirinya adalah pelayan rakyat, karena mereka digaji dengan uang rakyat. Menjadi wajar jika rakyat menagih janji atas kesetiaannya terhadap bangsa dan negara ini, entah sampai kapan bangsa ini bisa memberikan kemakmuran dan ketenteraman, karena yang sekarang terjadi adalah bentuk kekecewaan.

Gerakan radikalism adalah jawaban atas kekecewaan, yang kerap dituding sebagai sebuah tanda kedangkalan berfikir tentang agama. Tapi buktinya sebagian masyarakat membenarkan tindakan Imam Samudra dan Amrozi cs beberapa tahun silam. Mungkin rakyat merasa kesal, tapi tentunya damai dan tenteramlah yang lebih penting, karena mampu memberikan jaminan bangsa ini maju, serta ketenangan dalam beribadah sebagai ukuran kedamaian dan ketenteraman sebuah bangsa. Kesejahteraan rakyat adalah tujuan murni dari negara manapun.

Penantian tentang kedamaian dan ketenteraman adalah sesuatu yang memang sangat melelahkan. Berjuang adalah cara pahlawan dalam membela negaranya, berjihad adalah cara agama dalam menegakkan syariat agamanya, kerja keras adalah cara saudagar menuju kesuksesan.

Menulis mungkin menjadi cara bagi saya untuk mengeksplorasi pemikiran saya atas eksploitasi-eksploitasi yang sedang dilakukan oleh sebagian orang di negeri yang subur tanahnya dan masih tandus orang yang menghuninya. Karena saya yakin bumi ini cukup untuk menghidupi seluruh umat manusia bahkan semua binatang, tapi tidak untuk kerakusannya. [voa-islam.com]


latestnews

View Full Version