By: Zulfahmi (www.zulfahmi.net)
Konflik antara Salafi dengan NU bukanlah konflik yang baru, namun sudah hampir mendarah daging. Warga NU baik di kota maupun pedesaan, baik yang liberal maupun yang tradisional, sepakat menolak segala bentuk pemahaman Salafi, atau yang biasa mereka sebut sebagai “Wahabi”. Meskipun saya tidak mengatakan semuanya, masih ada ulama NU yang open mind dan tidak mau menelan mentah-mentah informasi yang berkembang.
Paham Anti-Wahabi menyebabkan warga NU sangat anti dengan ajaran-ajaran seperti haramnya bid’ah, haramnya tawassul, haramnya isbal, dll. Bahkan menyentuh pada ranah furu’iyyah, seperti jenggot, jumlah azan Jum’at, jumlah rekaat shalat tarawih, qunut, dll. Hal ini terlihat sekali di akar rumput NU, yaitu jika mendapati hal yang berbeda, maka dianggap sudah beda aliran, disebut terpengaruh Wahabi, terkadang disebut juga disebut Muhammadiyah.
Namun sayangnya, para ulama NU bukannya mencerdaskan warganya agar open mind, namun malah menutup total terhadap pemahaman selain NU, atau yang diklaim “Ahlus sunnah wal jamaah” versi mereka. Padahal mazhab dalam Islam sendiri tidaklah satu, sehingga bolehlah setiap orang menentukan mana mazhab yang dianggapnya benar, namun tidak boleh menganggap berbeda mazhab menjadi seakan-akan aliran yang berbeda. Anehnya NU justru lebih terbuka terhadap ritual-ritual yang bertentangan dengan islam seperti tawassul, tahlilan 1), ilmu kebal, dll. Meskipun sekali lagi, tidak semua warga NU seperti itu.
Di sini saya juga mengkritik Salafi, karena mereka juga mengklaim dirinya Ahlussunnah wal Jamaah, sementara kelompok lainnya tidak dianggap Ahlussunnah wal Jamaah. Bahkan dengan ringan menyebut kelompok lainnya dengan ahlul bid’ah, Mu’tazilah, Khawarij, ashabiyyah, dll. Kalau kita bandingkan fanatiknya warga NU dengan warga Salafi, terdapat perbedaan yaitu jika kebanyakan warga NU fanatik tanpa ilmu (alias sudah menutup diri dulu), sementara Salafi fanatik dengan “ilmu,” yakni mereka merasa berilmu tentang kelompok-kelompok lainnya, meski sembrono dalam melakukan penilaian.
...Warga NU meninggalkan segala macam bid’ah, khurafat, dan ritual-ritual yang tidak ada dasarnya...
Solusi Konflik NU dan Salafi
Solusi dari konflik ini adalah warga NU dan Salafy kembali kepada manhaj Salafus Shalih yang sesungguhnya. Warga NU meninggalkan segala macam bid’ah, khurafat, dan ritual-ritual yang tidak ada dasarnya dalam Kitab maupun sunnah. Juga warga Salafi, mampu melihat secara objektif kelompok –kelompok lainnya, dan secara serius mengkaji pemahaman kelompok lainnya langsung kepada kelompok tersebut, bukan kepada doktrin ulamanya. Sehingga tidak sembrono memvonis kelompok-kelompok lainnya.
...Warga Salafi jangan sembrono memvonis kelompok-kelompok lainnya
Pada masa Salafus Shalih, ada berbagai macam mazhab, namun mereka hidup bersama, boleh berdebat secara ahsan maupun dialog untuk mencari pendapat yang terkuat, namun tetap bertoleransi selama pendapat itu diambil dari dalil syar’i.
Hendaklah perjuangan yang kita lakukan adalah perjuangan mempersatukan umat di bawah satu kepemimpinan, satu imam, seperti pada masa sahabat, tabi’in, maupun tabiut tabi’in. Karena khalifah adalah pemimpin yang seluruh mazhab sepakat akan wajibnya mengangkatnya. Dibawah satu khalifah, insya Allah, ISLAM BERSATU TAK BISA DIKALAHKAN. [voa-islam.com]
________________
1) Tahlilan adalah peringatan kematian pada hari ke-7, 40, 100, 1000, dst. Hal ini haram bukan karena membaca tahlilnya, tetapi karena menyerupai (tasyabbuh) terhadap ritual agama Hindu, yang juga menggelar peringatan kematian pada jumlah hari-hari tersebut. Sementara Islam melarang menyerupai agama lain.