Sesama muslim sangat indah jika saling menasihati. Tapi mohon jika ada rekaman ceramah saya diperhatikan lagi secara komprehensif. Saya sama sekali tidak menyamakan seratus persen PKS dengan Wahabi, sebab saya juga pernah mendengar perseteruan antar mereka bahkan beberapa komentar sinis kelompok Wahabi terhadap ulama yang saya kagumi Yusuf Qardhawi. Tapi dalam perspektif wong NU saya melihat beberapa kesamaan antara kader PKS sebagiannya dengan Wahabi. Mereka tidak tahlilan, tidak qunut shubuh, tidak menyatakan secara jelas bermazhab pada satu imam, kurang bergairah terhadap tradisi keagamaan seperti bersalaman pada waktu Idul Fitri dsb.
Saya bisa memahami karena secara pemikiran mereka umumnya melanjutkan gagasan Muhammad bin Abdul Wahhab dan Ibnu Taimiyah serta Ibnul Qayyim Al-Jauzizah. Tapi saya juga paham dalam mengaplikasikan beberapa dimensi ajaran Islam mereka sangat berbeda dengan Wahhabi. Mereka lebih santun dan menghargai perbedaan pendapat. Jadi meskipun saya dianggap salah saya tetap mengakui ada beberapa persamaan prinsipil antara mereka dengan Wahhabi. Contoh lain konsep tauhid antara mereka hampir tidak berbeda atau sama. Itupun saya hargai sebab hal itu adalah ijtihad. Terhadap masalah ini mohon sama-sama mengoreksi.
Kalau boleh dibilang saya berlebihan menggunakan istilah berhala saya juga mohon maaf dan menghargai. Tapi siapa yang menggunakan istilah musyrik terhadap orang-orang yang bertawassul dengan para nabi dan aulia yang telah meninggal dunia, siapa yang menggunakan istilah bahwa makanan dalam acara maulid nabi lebih najis dari daging babi? Pertanyaan ini tidak saya tunjukkan pada PKS. Saya tahu mereka sangat menjaga harga diri. Pun istilah berhala jangan dikaitkan dengan PKS. Anda salah paham.
Mohon dengan hormat kaji kembali ceramah saya secara utuh. Saya menggunakan istilah berhala karena dalam aplikasi pemikiran agama Wahabi orang yang berbeda pendapat dengan imam mereka disesatkan dan dianggap ahli bid’ah sehingga terkesan mereka memutlakkan pendapat para imamnya. Sedangkan yang benar hanya Allah. Jadi kalau orang menganggap mutlak benar semua ijtihad seseorang menurut saya orang tersebut menuhankan selain Allah juga dan itu namanya pemberhalaan. Mereka menganggap ahli bid’ah orang yang bermazhab tapi taklid secara berlebihan dengan imam imam mereka. Saya sendiri bermazhab Syafi’i tapi bagi saya kalau pendapat beliau tidak berdalil kuat saya tidak ikut i pendapatnya contohnya dalam masalah kirim pahala.
...Kalau anda kader PKS saya sangat menaruh hormat dan mohon maaf jika dalam beberapa kalimat saya dianggap mendiskreditkan PKS…
Kalaupun ada perbedaan antara kami dengan Wahabi bagi kami nggak masalah, tapi cobalah dengan jiwa yang jernih bacalah majalah-majalah mereka, tulisan-tulisan mereka, radio-radio mereka dan ceramah-ceramah mereka, silakan renungkan cara mereka berbeda pendapat. Bahasanya kasar, menyakiti sesama muslim dan itu yang kami lawan. Yang kami lawan sekali lagi bukan perbedaan tapi cara menyikapi perbedaan yang sangat jauh dari cara Salafusshalih.
Monggo tidak tahlilan, monggo tidak bermaulid, monggo tidak bermazhab tapi mohon bersikaplah menghargai perbedaan. Dan saya sekali lagi harus jujur ada beberapa (ingat beberapa) persamaan aplikasi keberagamaan orang-orang Wahhabi dengan PKS tapi saya juga harus jujur bahwa dalam menyikapi perbedaan PKS lebih tinggi kualitas moralnya dari Wahabi.
...Semoga lewat media ini kita bisa menepis sebanyak mungkin perbedaan dan membangun banyak kebersamaan...
Masalah acara maulid PKS bermotif politik, hanya menyelenggarakannya kalau mau pemilu atau pemilukada silakan bertanya saja pada nurani masing-masing. Kalau anda kader PKS saya sangat menaruh hormat dan mohon maaf jika dalam beberapa kalimat saya dianggap mendiskreditkan PKS.
Dari kalimat yang anda arahkan pada saya, saya merasakan ketulusan dan keikhlasan anda, terimakasih semoga lewat media ini kita bisa menepis sebanyak mungkin perbedaan dan membangun banyak kebersamaan. Allah mendengar doa orang-orang yang tulus. Amin.
Muhammad Bukhori Maulana
[email protected]
CATATAN REDAKSI:
Tulisan ini adalah hak jawab Kyai Muhammad Bukhori Maulana menanggapi komentar Uwais Al-Qarniy dalam "Surat Terbuka Warga Nahdiyin untuk Kyai Foswan Bukhori Maulana" beberapa waktu yang lalu.