View Full Version
Kamis, 16 Feb 2012

Berharap pada 'Raising of The Dark Knight' FPI

Kita semua pasti sudah mengenal kota Gotham. Apalagi setelah demam film The Dark Knight beberapa waktu lalu. Film superhero yang menurut saya paling keren, yang membuat film-film superhero lain tiba-tiba jadi seperti film kartun Spongebob.

So, kota Gotham yang sebenarnya ngga benar-benar exist ini di dalam sebuah cerita superhero (Batman) merupakan kota yang amat kompleks dengan permasalahan. Kota yang di satu sisi modern, namun di sisi lain menampakkan suasana kemuraman yang kelam. Sebuah kota dengan tingkat kebobrokan aparatur yang sudah sampai stadium lanjut. Sampai salah seorang tokoh penjahat (Ra’s Al Gul) di film pertamanya mengatakan bahwa kebobrokan Gotham sudah akut, sampai-sampai elemen terkecil aparaturnya bisa disusupi.

Di mana hukum sudah dijungkirbalikkan, sehingga penjahat-penjahat bisa seenaknya melakukan kejahatannya. Di mana keadilan social sudah amat buruk, sampai-sampai di tengah kota di antara gedung-gedung tinggi menjulang masih ada orang-orang miskin yang terlantar. Di mana seorang yang meminta sebuah keadilan terpaksa menelan ludah, karena para pemberi keadilan sudah “dibungkam” oleh gerombolan mafia yang mendapatkan penghasilan dengan merusak penduduk melalui narkotika dan kegiatan bejat lainnya. Kota di mana seorang petugas polisi bahkan mengatakan bahwa “Saya bukan tukang ngadu.” Ketika melihat partnernya yang juga petugas merampok dari seorang pedagang kecil.

Gotham, sebuah kota yang sampai-sampai melahirkan generasi penjahat psikopat yang ngga mau duit. Bahkan malah ngerjain mafia yang mata duitan.

Ketika harapan penduduk Gotham sudah mulai sirna. Kemudian datanglah sosok Batman, yang tiap malam menghajar para bandit di jalan-jalan kota Gotham. Bukan hanya menghajar bandit eceh-eceh, bahkan bos mafia pun dia hajar tanpa ampun dan diserahkannya kepada kepolisian Gotham. Namun bahkan seorang yang bekerja tanpa aturan dan yuridiksi pun masih kesulitan membongkar sindikat konspirasi di Gotham. Sehingga bukannya mendapat predikat sebagai pahlawan, Batman malah mendapat predikat sebagai salah satu bandit di Gotham. Sehingga penduduk pun banyak yang mencaci-makinya.

Walaupun begitu, tak sedikitpun menyurutkan langkah Batman membersihkan kota Gotham dari borok-borok akut yang menggerogotinya. Karena dari awal memang bukan niat Batman untuk menjadi seorang pahlawan. Sehingga walaupun tak banyak, tetapi ada juga orang-orang yang mulai terinspirasi oleh tindakan si manusia kelelawar ini. Atau bahkan ada juga orang-orang yang tidak mau mengakui atau takut ataupun memang orang yang tidak tahu terimakasih yang sebenarnya tertolong oleh tindakan Batman, tetapi tetap menganggap Batman adalah kriminal. Sehingga seorang tokoh Jaksa Wilayah Gotham, Harvey Dent mengatakan “Kenapa kalian harus membenci Batman dan menganggapnya seorang kriminal, padahal sebenarnya kalian senang setiap kali Batman mengahajar bandit-bandit Gotham setiap malamnya.”

Namun tetap saja, dengan alasan melanggar hukum, Batman tetap menjadi incaran pemerintah karena dianggap mengganggu ketertiban. Bahkan bukan hanya pemerintah yang mengejar Batman, tetapi juga para penjahat yang merasa dirugikan oleh Batman.

Sehingga ketika di akhir film The Dark Knight ketika Gotham kehilangan salah seorang White Knight (Harvey Dent) yang mereka harapkan karena sebuah konspirasi besar yang bahkan kepolisian pun tak sanggup mengungkapkannya. Maka kebencian mereka kepada Batman sampai pada puncaknya, sehingga mereka lupa akan keberadaan penjahat yang sesungguhnya.

Namun, di dalam hati orang-orang yang mengetahui kebenaran Batman adalah seorang pelindung Gotham (jika tidak boleh disebut pahlawan). Ya, Batman adalah pelindung Gotham di saat-saat kabut gelap menerpa Gotham. Dia senantiasa melindungi Gotham di balik semua “kegelapan“ yang mengungkung dirinya. Batman adalah  The Dark Knight, seorang Ksatria yang bahkan tidak disadari kepahlawanannya oleh orang-orang yang dibelanya, yang senantiasa siap sedia melawan setiap kehendak merusak Gotham. Batman adalah seorang pahlawan yang tidak pernah dianggap, sampai kemudian orang-orang akan tersadar ketika mereka membutuhkannya.

Lalu setelah cukup dalam bermain di dalam khayalan untuk berwisata ke Gotham, marilah kita kembali ke kenyataan. Kita kembali ke Jakarta, pusat NKRI. Kemudian dengan hati dan pikiran yang jernih kita coba bandingkan antara Gotham dan Jakarta. Apakah yang kita dapat? Demi Allah, saya yakin jika kita menggunakan hati dan pikiran yang jernih maka yang kita dapatkan adalah sebuah kemiripan yang hampir seratus persen. Kecuali mungkin tokoh-tokoh khayalan yang tidak benar-benar ada. Secara kondisi dan fakta sosial, Jakarta adalah Gotham di dunia nyata.

Semua kebobrokan aparat ada di Jakarta, semua ketimpangan sosial ada di Jakarta. Bahkan sudah menjadi rahasia umum, sehingga tidak perlu dipaparkan secara detail seperti ketika menceritakan tentang Gotham.

Penduduk Jakarta (mewakili Indonesia) bahkan sudah berhenti berharap ketika pemerintahan demi pemerintahan tidak pernah berhasil mengatasi krisis di Jakarta dan seluruh Indonesia.

Seakan tersekat tenggorokan bangsa ini ketika ujung tombak penegakan hukum di negara ini ternyata telah berhasil dibungkam mulutnya. Sehingga menjadi tumpul hukum di negara ini. Jika para petinggi saja sudah bisa dibungkam, bagaimana dengan yang berada di bawah?

Keresahan masyarakat yang dapat memicu sebuah konflik besar pun dianggap urusan ecek-ecek oleh pemerintah. Bagaimana peredaran narkotika, minuman keras dan segala macam bentuk kegiatan perusak moral mulai berjangkit di Jakarta dan juga di wilayah lain NKRI. Keresahan makin memuncak di masyarakat tanpa tindakan konkret dari aparatur. Mungkin jika tokoh macam Ra’s Al Gul benar-benar ada, maka Jakarta adalah sasaran ucapannya “Kebobrokan Gotham sudah akut, sampai-sampai elemen terkecil aparaturnya bisa disusupi.” hanya cukup mengganti Gotham dengan Jakarta.

Di saat-saat harapan sudah mulai pudar, muncul seorang tokoh yang semula mungkin tidak ada yang tahu siapa dia. Bukan berpenampilan seperti Batman atau yang lainnya. Sosok ini  bahkan lebih ksatria dari Batman dengan sama sekali tidak menyembunyikan identitas aslinya. Dialah sosok yang kini kita kenal dengan Habib Rizieq Shihab. Dengan FPI-nya sejak tahun 2000 sudah aktif menghajar bandit-bandit di jalan-jalan Jakarta, terutama di bulan Ramadhan. Ya, memang berbeda dengan Batman, sasaran Habib Rizieq adalah bandit kecil. Akan tetapi, hal itu cukup melegakan masyarakat dikala aparat yang harusnya bertindak tidak bisa berbuat apa-apa. Sayangnya seperti Batman pula, kegiatan yang berusaha membersihkan Jakarta dari borok-borok kejahatan dianggap ilegal dan melanggar hukum. Sehingga kemudian Habib Rizieq dan FPI banyak dihujat massa. Padahal kegiatan-kegiatan Habib dan FPI yang membantu masyarakat sangat banyak.

Surutkah langkah sang Habib? Tidak selangkah pun beliau mundur. Bahkan hal itu menambah semangatnya untuk menyelamatkan Jakarta tercinta. Sama seperti Batman, Habib pun menjadi incaran pemerintah dan para penjahat yang merasa dirugikan oleh tindakan Habib. Sehingga fitnah pun tak henti-hentinya diterima Habib.

Tidak seperti Batman yang bisa dengan mudah menghilang, Habib adalah seorang biasa yang hanya memiliki keteguhan hati untuk membela kebenaran. Sehingga ketika tuduhan melanggar ketertiban dan melakukan semacam perusakan genap (entah itu benar atau tidak) diterimanya, maka beliau dengan amat KSATRIA bersedia memenuhi panggilan hukum dan para kader FPI pun juga menurut pada hukum.

Habib Rizieq memang bukanlah seorang superhero macam Batman atau tokoh khayalan yang lain. Beliau lebih dari itu semua. Beliau adalah sosok penjelmaan nyata dari seluruh tokoh-tokoh pahlawan khayalan yang kita impikan. Beliau adalah contoh nyata keberanian dan keteguhan seseorang yang berusaha menegakkan satu bendera kebenaran di antara bendera-bendera kebohongan dan kebobrokan suatu sistem. Beliau adalah contoh nyata kekuatan seseorang melawan arus tanpa sedikitpun goyah diterpa arus tersebut. Seperti Batman, beliau bukanlah seseorang murahan yang mencari title pahlawan, sehingga ketika sebagian besar orang-orang malah menganggapnya penjahat, hal itu tidak berpengaruh sedikitpun pada pendirian beliau. Seperti Batman, Beliau adalah pelindung Jakarta yang bahkan tidak disadari sebagian penduduk Jakarta. Sampai terasa dibutuhkan, Habib Rizieq di mata sebagian besar masyarakat adalah seorang kriminal.

Tetapi orang-orang yang dihatinya berpihak kepada kebenaran murni tanpa dikotori oleh kemunafikan akan senantiasa berkata, walaupun sekedar di dalam hati bahwa Habib Rizieq adalah seorang pelindung Jakarta (jika tidak boleh disebut pahlawan).

Bagi orang-orang yang masih menganggap beliau seorang kriminal. Sampai waktunya tiba mereka tetap akan memandang Habib sebelah mata.

Sampai suatu saat nanti. Ketika Hukum sudah benar-benar dijungkirbalikkan, ketika masyarakat sudah bobrok akut karena banyaknya kegiatan-kegiatan perusak moral tanpa kontrol. Ketika pemuda-pemudi sudah tak bisa diharapkan karena pikirannya sudah teracuni oleh budaya bebas yang kebablasan. Ketika aparat sudah tak lagi sanggup dan bahkan tak peduli dengan masyarakatnya. Ketika keresahan di masyarakat sudah sampai puncaknya sampai-sampai merasa takut keluar rumah karena di depan gang-gang rumah mereka dihuni oleh segerombolan pemabuk.

Maka masyarakat Jakarta akan menyebut Habib Rizieq. Mungkin bagi sebagian orang yang hatinya terlalu kerdil untuk mengakui kebenaran akan tetap diam, sementara hati mereka berbahagia melihat ada seseorang yang tegak berdiri melawan kerusakan di Jakarta. Sehingga jika tokoh Harvey Dent benar-benar ada maka dia akan berkata “Kenapa kalian harus membenci Batman dan menganggapnya seorang kriminal, padahal sebenarnya kalian senang setiap kali Batman mengahajar bandit-bandit Gotham setiap malamnya.“ Kali ini kita cukup mengganti Batman dengan Habib Rizieq Shihab.

Akhirnya, seperti d Gotham, selama The White Knight belum muncul, atau belum ada yang bisa menjadi bahkan tidak bisa menjadi The White Knight.. Maka The Dark Knight-lah yang akan selalu bekerja. [Why Umaira]


latestnews

View Full Version