JAKARTA (voa-islam.com) - Budayawan Betawi, Ridwan Saidi ikut urun suara dalam menyikapi jargon Jokowi-Ahok dengan JB alias Jakarta Baru, namun faktanya dua tahun semenjak kepemimpinan Jokowi Ahok justru tak ada perubahan, #JakartaBanjir tetap meramaikan linimasa media sosial..
Ridwan Saidi menandaskan bahwa Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau jokowi tidak memenuhi janjinya sewaktu kampanye untuk menyelesaikan masalah banjir dan macet.
“Jokowi dipilih karena janjinya menyelesaikan banjir dan macet. ia mengatakan, mudah mengatasi banjir di Jakarta, faktanya masih ada banjir dan macet,” kata Ridwan Saidi dalam acara dialog di televisi swasta, Kamis (16/1) malam.
Ridwan juga menyesalkan Jokowi yang memecah belah warga Betawi,”Dia memecah belah warga Betawi, sebaiknya Jokowi pulang ke pasar Klewer,” papar Ridwan.
”Dia memecah belah warga Betawi, sebaiknya Jokowi pulang ke pasar Klewer,” papar Ridwan.
Kata Ridwan, Jokowi tidak berpihak kepada Rakyat kecil. “Terminal Lebak Bulus digusur, padahal di sana banyak pedagang kecil,” jelas Ridwan.
Selain itu, Ridwan menilai kinerja Jokowi hanya pencitraan. ”Jokowi masuk got di hadapan wartawan. Dan dianggap populer dan Capres terkuat, padahal hanya pencitraan saja,” pungkas Ridwan
Buktinya banjir semakin merata dan telah memakan korban jiwa. Banjir di Jalan Boulevard Raya, Kelapa Gading, Jakarta Utara, membuat arus lalu lintas macet. Jalanan pun tergenang hingga setinggi 30 cm.
Beberapa mobil yang sudah terlanjur masuk genangan, berusaha keluar dari jalanan. Ada yang sampai terendam hingga ban mobilnya tak terlihat.
Dalam laporan BPBD, Jumat (16/1/2014), ada beberapa titik genangan air di Jakarta. Berikut lokasinya:
- Jl Boulevard Raya, depan Mal Kelapa Gading, genangan 30 cm
- Jl Daan Mogot depan Samsat (30 cm)
- Jl Plumpang genangan (10 – 30 cm)
- Jl Raya Tj priok (30 cm)
- Jl Raya Kelapa Gading depan Mall kelapa Gading (30 cm)
- Depan Balai Samudra Kelapa Gading (10 – 30 cm)
- Jl. Pluit Putra, Genangan (30 cm)
- Perumahan Taman Palem Lestari (30 cm)
- Jl Arjuna Depan Kampus Esa Unggul (30 cm)
- Jl Raya Kelapa Gading depan MOI (30 cm)
- Jl Kebantenan IV Semper Timur (20-30 cm)
- Jl Susilo Raya Jakbar (30 cm)
- Jl Kenari arah Raden Saleh (25 cm)
- Jl Gaya Motor Raya Sunter 2 (10 – 40 cm)
- Jl Raya Cipulir arah Kebayoran Lama (30 cm)
- Jl Raya Tugu Utara Koja (30 cm)
- Jl Gunung Sahari depan Lantamal/WTC Mangga Dua (30-40 cm)
Budayawan lain ikut urun pendapat dan menyoroti kebijakan menanggulangi banjir dengan menganggap air sebagai musibah adalah kesalahan fatal. Apalagi air harus “diusir” untuk mencegah banjir.
Pendapat itu disampaikan sejarawan JJ. Rizal, menanggapi upaya penanganan banjir di Jakarta oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Pusat. Sebelumnya, untuk mengatasi banjir Jakarta, dijalankan program “rekayasa cuaca”.
“Kesalahan fatal menanggulangi banjir adalah menganggap air itu musibah en kudu diusir,” tegas Rizal melalui akun Twitter @JJRizal.
JJ. Rizal mempertanyakan sikap semua pihak yang tidak tuntas dalam mencari solusi mengatasi banjir di Jakarta. “Persoalan banjir dibicarakan ketika musim hujan tiba en banjir datang, tetapi tak dibicarakan lagi ketika musim hujan en banjir berlalu,” tulis @JJRizal.
Tak hanya itu, JJ. Rizal juga meminta Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, tidak berlebihan dalam menyikapi kinerja gubernur sebelumnya dalam menangani banjir. “Pak @jokowi_do2 jgn omong penanganan banjir masa bpk lebih baik dr masa sblum bpk krn yg bpk lakukan sdh dilakukan dan atau dirintis sblumnya,” Kicau @JJRizal.
@JJRizal juga menulis: “Pak @jokowi_do2 janganlah dulu omong penanganan banjir masa bapak lebih baik dr masa seblom bapak krn musim ujannya jg blom selesai.” [intel/hudzaifah/voa-islam.com]