Sahabat Voa Islam,
Bahaya syiah sudah mengular menjerat siapa saja yang iman Islam dan Aqidahnya Lemah. Syiah tak segan melakukan berbagai cara untuk mencapai tujuannya meskipun dengan berdusta dan memanipulasi Al Qur'an.
Dalam aliran sesat ternakan Yahudi ini disebut taqiyyah. Strategi Taqiyah meskipun tidak identik dengan rahasia, namun pada faktanya taqiyah berkaitan erat dengan rahasia.
Yang jelas, taqiyah berkenaan dengan persoalan apakah yang perlu dirahasiakan atau disembunyikan. Dalam defini taqiyah di atas, yang disembunyikan adalah keyakinan. Tetapi, keyakinan berkaitan erat dengan identitas penganutnya, lembaga-lembaga, praktik-praktik keagamaan serta atribut-atribut yang terkait. Sebagai sebuah aliran, syi’ah mencakup sistem keyakinan, figh, unsur ketaqwaan, dan prinsip-prinsip lain yang semuanya merupakan kesatuan yang tak terpisahkan. Dengan demikian, aspek-aspek yang dirahasiakan menjadi jamak. Yang menjadi persoalan adalah aspek mana yang penting untuk dirahasiakan dan bagaimana caranya. Persoalannya kemudian menjadi semakin rumit ketika dihadapkan kepada prinsip-prinsip missionaris (dakwah) sebagai karakteristik umum agama dan mazdhab yang mengharuskan penganutnya menyebarluaskan ajarannya kepada yang lain dan menarik pengikut sebanyak mungkin.
Strategi yang paling umum dilakukan oleh penganut Syi’ah adalah pengendalian informasi atau secara lebih luas, menejemen informasi. Dalam konteks indentitas kesyi’ahan, penganut syi’ah berupaya mengontrol informasi baik yang berkenaan dengan identitas personal dan kolektif maupun yang berkaitan dengan tanda-tanda dan istilah-istilah kesyi’ahan. Pengendalian informasi itu diterapkan baik dalam suasana formal seperti pertemuan resmi, dialog, wawancara bagi kepentingan riset ataupun media maumpun dalam kehidupan kesehariaan.
Ayat-Ayat Setan Dimasukkan Pada Alquran Versi Aliran Sesat Syiah.
Strategi Taqiyah
Meskipun taqiyah tidak identik dengan rahasia, namun praktik taqiyah berkaitan erat dengan rahasia. Yang jelas, taqiyah berkenaan dengan persoalan apakah yang perlu dirahasiakan atau disembunyikan. Dalam defini taqiyah di atas, yang disembunyikan adalah keyakinan. Tetapi, keyakinan berkaitan erat dengan identitas penganutnya, lembaga-lembaga, praktik-praktik keagamaan serta atribut-atribut yang terkait. Sebagai sebuah aliran, syi’ah mencakup sistem keyakinan, figh, unsur ketaqwaan, dan prinsip-prinsip lain yang semuanya merupakan kesatuan yang tak terpisahkan. Dengan demikian, aspek-aspek yang dirahasiakan menjadi jamak. Yang menjadi persoalan adalah aspek mana yang penting untuk dirahasiakan dan bagaimana caranya. Persoalannya kemudian menjadi semakin rumit ketika dihadapkan kepada prinsip-prinsip missionaris (dakwah) sebagai karakteristik umum agama dan mazdhab yang mengharuskan penganutnya menyebarluaskan ajarannya kepada yang lain dan menarik pengikut sebanyak mungkin.
Strategi yang paling umum dilakukan oleh penganut Syi’ah adalah pengendalian informasi atau secara lebih luas, menejemen informasi. Dalam konteks indentitas kesyi’ahan, penganut syi’ah berupaya mengontrol informasi baik yang berkenaan dengan identitas personal dan kolektif maupun yang berkaitan dengan tanda-tanda dan istilah-istilah kesyi’ahan. Pengendalian informasi itu diterapkan baik dalam suasana formal seperti pertemuan resmi, dialog, wawancara bagi kepentingan riset ataupun media maumpun dalam kehidupan kesehariaan.
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/liberalism/2013/11/25/27768/taqiyyah-strategi-syiah-di-tengah-mayoritas-sunni/#sthash.GZAzKMUj.dpufYang ingkar dan dusta akan ayat-ayat Allah, tempat di neraka Jahim telah disediakan. Itulah kabar gembira yang Allah janjikan buat mereka dalam Surat al-Hadid ayat 19. Mereka itu orang-orang yang dicap fasik (Al-Baqarah: 99) tersesat dengan kesesatan yang jauh (An-Nisaa’: 136) disediakan adzab yang hina dina (Al-Hajj: 57) amal salehnya sia-sia (Muhammad: 9) hanya orang-orang kafir yang melakukannya (Al-‘Ankabut: 47) dan mereka itulah para pembohong (An-Nahl: 105)”
Al-Qur’an Syiah Dimana? Coba Anda cari Al-Qur’an milik kaum Syiah dari para pemeluk Syiah, apakah itu orang awamnya, ustadz, ulamanya bahkan marja’nya. Silakan mencarinya di Indonesia, Lebanon, Irak dan Iran. Juga temukan Al-Qur’an itu dari setiap rumah-rumah warga Iran, niscaya dan pasti tidak akan pernah berhasil mendapatkannya. Kenapa? Karena sampai saat ini kaum Syiah masih saja menunggu Imam Mahdinya keluar dari Goa hantu di Sirdab membawa Al-Qur’an yang dinanti-nanti tersebut.
Syeikh Mamduh Farhan al-Buhairi mencoba menggali sumber keyakinan ini dalam kitab-kitab kaum Syiah. Akhirnya beliau mendapat hal itu dalam beberapa karya ulama muktabar Syiah, berikut ini beberapa contohnya, ‘وقع التحريف والنقص في القرآن وإن القرآن المحفوظ ليس إلا عند القائم وإن الشيعة لمجبورون على أن يقرؤوا هذا القرآن تقية بأمر آل محمد عليهم السلام’ “Terjadi perubahan dan pengurangan dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an yang asli itu hanya berada di tangan Imam Mahdi (al-Qa’im). Pemeluk Syiah sangat terpaksa membaca Al-Qur’an ini sebagai Taqiyyah dan perintah dari keluarga Muhammad alaihis salam.” (al-Karmani, al-Radd ‘ala Hasyim Asy-Syami, hal 13, cet Iran)
Seakan tak mau ketinggalan, ulama besar mereka, Ni’matullah al-Jaza’iri, ikut memberi penjelasan yang lebih gamblang, ‘قد روي في الأخبار أنهم عليهم السلام أمرو شيعتهم بقراءة هذا الموجود من القرآن في الصلاة وغيرها والعمل بأحكامه حتى يظهر مولانا صاحب الزمان فيرتفع هذا القرآن من أيدي الناس إلى السماء ويخرج القرآن الذي ألفه أمير المؤمنين فيقرأ ويعمل بأحكامه’ “Diriwayatkan dari berita-berita bahwa mereka (para Imam Syiah) alaihimus salam memerintahkan pengikut mereka membaca Al Quran yang ada sekarang ini di dalam shalat dan selainnya, juga mengamalkan hukum-hukumnya sampai muncul Maulana Shahibuz Zaman (Imam Mahdi) kemudian ia akan mengangkat Al Quran ini dari tangan manusia ke langit dan mengeluarkan Al Quran yang disusun oleh Amirul Mukminin (Ali bin Abi Thalib ra) kemudian dibaca dan hukum-hukumnya dilaksanakan” (Ni’matullah Al Jaza’iri, Al Anwar An Nu’maniyyah, Jilid 2, hal 363-364)
Hanya 4 Ulama Syiah yang Meyakini Keaslian Al-Qur’an, Itupun Taqiyah Dalam Al-Hijr ayat 9, Allah berjanji menjaga Al-Qur’an dari campur tangan makhluk biadab yang tak bertanggung jawab. Ditegaskan lagi dalam Surat Fushshilat ayat 42, Al-Qur’an itu tidak akan tercampur dan tidak akan didatangi kebathilan baik dari depan maupun dari belakang, karena ia diturunkan dari yang Mahabijaksana lagi Mahamulia. An-Nuri Ath-Thibrisi yang sangat dihormati oleh Khomeini itu pernah menulis kitab Fashl al-Khithab Fi Itsbaat Tahrif Kitab Rabb al-Arbab (Kepastian akan Tercemarinya Kitab Suci Al-Qur’an). Selain yang satu ini, puluhan ulama Syiah dan bahkan sudah menjadi jamak dalam kalangan para ulamanya meyakini Al-Qur’an sudah berubah. Di antaranya al-Mufid, al-Majlisi, al-Qummi, al-Kulaini, al-Kazhimi, Hasan al-Shaffar, Muhammad al-Nu’mani, Ali al-Kufi, Ni’matullah al-jaza’iri, Muhsin al-Kasyani, Fadhl bin Syadzan, Ath-Thibrisi dalam al-Ihtijaj-nya, Muhammad al-‘Ayyasyi, al-Mazandarani, dan juga al-Khu’i. Masih banyak lagi yang lainnya.
Hanya 4 ulama rujukan Syiah yang meyakini keaslian Al-Qur’an, itupun mereka lakukan dalam rangka taqiyah (berdusta demi mencari simpati).
Mereka itu, al-Syarif al-Murtadha, Ibn Babawaih al-Qummi, al-Thusi dan al-Thibrisi. Untuk memahami masalah ini, alangkah baiknya jika kita membaca paparan Syeikh Nashir al-Qifari dalam bukunya, “Ushul al-Madzhab al-Syia’ah al-Itsnai ‘Asyariyyah” berikut ini, “Setelah kami jelaskan bahwa seluruh ulama Syiah Imamiyah tidak sepakat atas kesesatan ini, dan diingkari oleh ulama pembesar mereka, seperti al-Syarif al-Murtadha, Ibn Babawaih al-Qummi, al-Thusi dan al-Thibrisi, dan pengikut mereka dari ulama Syiah belakangan ini. Pun demikian, bersama dengan itu, seorang dari jajaran ulama Daulah Shafawiyah dengan lantang berteriak, ‘Pengingkaran mereka itu hanya atas dasar taqiyah’……. Hingga Ni’matullah al-Jazairi pun berkata demikian, ‘Pengingkaran mereka hanyalah taqiyah. Mereka tidak meyakini itu.’
Karena itu Anda melihat dalam Syarh Shahifah al-Sajjadiyah sangat kaget atas perbuatan (empat ulama) itu, lalu berusaha membantah argumen mereka, "وأخبارنا متواترة بوقوع التحريف والسقط منه بحيث لا يسعنا إنكاره، والعجب العجيب من الصدوق وأمين الإسلام الطبرسي، والمرتضى في بعض كتبه كيف أنكروه وزعموا أن ما أنزله الله تعالى هو هذا المكتوب مع أن فيه رد متواتر الأخبار" ‘Riwayat kami akan tercemarnya Al-Qur’an sangat mutawatir. Tak ada peluang untuk mengingkarinya. Sangat mengherankan ulah al-Shaduq, Amin al-Islam al-Thibrisi, dan al-Murtadha dalam beberapa kitabya. Bagaimana mungkin mereka ingkari lalu mereka klaim bahwa apa yang diturunkan Allah Ta’ala itu seperti yang termaktub sekarang ini. Padahal riwayat yang membantah adalah mutawatir ’.” (Syekh Dr. Nashir al-Qifari, Ushul al-Madzhab al-Syia’ah al-Itsnai ‘Asyariyyah, jilid 1, hal 322 dan 327) Jika tidak salah ingat, Kitab Syarh Shahifah al-Sajjadiyah ini sudah diterjemah ke dalam Bahasa Indonesia oleh Bapak Jalaluddin Rakhmat.
Ayat-ayat Setan Meskipun belum terungkap secara keseluruhan karena masih berada dalam genggaman Imam Mahdi Syiah yang masih bersembunyi dalam Goa hantu di Sirdab. Sebagian besar ulama Syiah sudah berani mengungkap beberapa ayat-ayat atau potongan ayat yang diklaim terlah terbuang dari Al-Qur’an yang ada saat ini. Sebagian besarnya disebutkan dalam Kitab-kitab tafsir dan kitab-kitab hadis karya para ulama muktabar Syiah. Ayat-ayat yang tidak berasal dari Kalam Allah itulah ayat-ayat setan. Dengan modus ditambah atau dikurangi. Nah, ayat Kursi yang terletak dalam surat al-Baqarah ayat 255 itu kita jadikan sebagai salah satu contoh ayat al-Qur’an yang tidak selamat dari tangan-tangan setan yang diperankan oleh para Ulama Syiah. Perhatikan Footnote dalam scan Kitab Syiah di bawah ini,
Daftarnya bisa Anda lihat disini (http://www.lppimakassar.com/2012/08/al-quran-al-karim-vs-quran-syiah.html) meskipun belum semuanya. Tapi setidaknya sudah mewakili daftar ayat-ayat setan dalam Al-Qur’an milik pemeluk Syiah. (Muh. Istiqamah/lppimakassar/adivammar/voa-islam.com)