View Full Version
Senin, 28 Jul 2014

Memaknai Idul Fitri 1435 H dengan Jihad Global

Oleh : Abu Fikri (Aktivis Gerakan revivalis Indonesia)

Menjelang 1 Syawal 1435 H dunia muslim tidak berubah. Bahkan semakin banyak penderitaan yang mendera. Pergolakan militer di Afghanistan, Irak, Suriah, Somalia dan lainnya. Penindasan politik terhadap muslim Rohingya, Uighur, dan Mesir. Intervensi politik, budaya, sosial dan ekonomi di berbagai negeri muslim termasuk di Indonesia.

Yang terhebat saat ini adalah invasi militer Israel laknatulloh ke Gaza Palestina. Tercatat korban hampir mencapai kisaran 1 juta orang jumlahnya. Kebanyakan para korban dari kalangan masyarakat sipil anak-anak dan wanita-wanita tidak berdosa yang tidak ikut terlibat dalam kontak senjata. Sungguh menjadi tragedi kemanusiaan yang sangat memilukan. Dan dunia seolah diam seribu basa tanpa memiliki keberdayaan untuk menghentikannya. Do'a, dana, obat-obatan, diplomasi dan cita-cita saja tidak cukup untuk mengobati duka lara muslim Palestina.

Apalagi gagasan menyeret Israel pada ICC (International Court Council)-Mahkamah Pidana Internasional adalah sebuah utopia. ICC adalah sub organ PBB berpusat di Denhaag Belanda. Yakni pengadilan bagi individu atau institusi (negara, badan dan lain-lain) yang melakukan kejahatan perang, genosida dan ham. Dalam statuta Roma 1998 yang menjadi dasar berdirinya ICC, hanya anggota ICC saja yang bisa diseret. Sementara Israel dan Amerika tidak masuk menjadi anggota. Inilah bentuk sesungguhnya penjajahan melalui gabungan strategi. Invasi militer, politik, ekonomi, dan budaya. Termasuk invasi melalui legitimasi legislasi. Dan sekali lagi berharap pada mekanisme penyelesaian dengan jalan diplomatik apapun hanyalah kesia-siaan belaka.

Di sisi lain di penghujung akhir Ramadhan dan menjelang awal 1 Syawal ini Indonesia menyudahi momentum nasional pilpres dengan penuh persoalan. Munculnya Jokowi-JK sebagai pasangan baru pemimpin negeri ini di tengah gugatan hasil pilpres oleh kubu Prabowo-Hatta yang dibesar-besarkan oleh Detik.com dengan beberapa kejanggalan. Mulai dari perhitungan prosentase yang tidak 100 persen atau 99,99 persen hingga perbandingan jumlah suara yang dianggap bermasalah dengan hasil real count.

Antara 2,7 juta yang dianggap masalah dan 8,4 juta selisih suara pada hasil real count. Jokowi juga diharapkan mampu mengakomodasi kepentingan parpol terutama parpol pendukungnya ke dalam formasi kabinet ke depan. Juga pentingnya Jokowi merangkul parlemen agar tidak menjadi batu sandungan. Terutama soal legislasi dan anggaran. Sementara kita tahu Jokowi adalah sosok yang berhasil dibranding oleh media penuh dengan kepolosan dan kesederhanaan. Sebuah figur ideal sebagai abdi dari gabungan para Tuan Asing dan Aseng yang terus akan mencengkeram kepentingan nasional khususnya sektor ekonomi strategis. Sementara dinamika gedung dewan pun sarat dengan beragam permainan politik. Implikasi dari investasi politik "wani piro". Sempurna sudah nasib bangsa yang mayoritas muslim terbesar dunia ini dipimpin oleh para pemimpin yang abai terhadap aspirasi umat islam. Untuk menjalankan syareat islam secara kaffah. Karena tidak pernah keluar sepatah katapun dari mulut-mulut mereka keinginan untuk menerapkan keyakinan mayoritas bangsa ini sebagai sistem kehidupan.

Masyarakat muslim terutama di negeri ini dari lebaran ke lebaran semakin pekat dan sarat oleh nuansa kapitalisme. Meski dibalut oleh dandanan yang religius. Tidak berbeda antara masyarakat yang umum dengan para aktivis islam. Semuanya terjebak pada ritual konsumerisme dan konsumtifisme. Mulai dari budaya mudik hingga belanja di berbagai pusat pembelanjaan di pasar tradisional hingga modern. Kecuali para aktivis yang sekarang berada di penjara-penjara penguasa thagut. Atau yang berada dalam incaran berbahaya para "telek sandi" nya para penguasa dzalim. Selainnya, banyak yang dinina bobokkan oleh suasana perjuangan islam "zona aman". Kering oleh substansi perjuangan penuh pengorbanan jiwa dan harta. Sebagaimana sunnahnya perjuangan para sahabat Rasullullah SAW dan para mujahidin di medan jihad yang sewaktu-waktu siap untuk syahid. Sekat kapitalisme dan nasionalisme mampu mencabik-cabik keyakinan kaum muslimin sedemikian hingga muncul ketidak pekaan dan kedunguan. Terhadap saudaranya di berbagai dunia muslim dengan beragam penderitaan. Mau kita rayakan seperti apa hari raya Idul fitri ini hai kaum muslimin.

Dimana menjelang hari raya Idul fitri ini darah tertumpah di berbagai negeri muslim. Darah segar saudara seaqidah kita dan para mujahidin yang harum baunya semerbak menghiasi taman surga firdaus. Darah tertumpah dan penderitaan demi penderitaan yang menghiasi di hampir seluruh penjuru negeri-negeri muslim. Ditambah fitnah perpecahan di dalam tubuh kaum muslimin buah hasil rekayasa musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya. Bagaimana kita bisa mengucapkan taqabalallahu minna wa minkum sementara tangan-tangan kita bersih dari ketidakpedulian terhadap saudara-saudara kita di medan jihad dan medan pergolakan politik. Hai kaum muslimin dari berbagai latar belakang gerakan islam dan elemen umat. Bukankah kita semua bersaudara. Saudara yang tidak saja diikat oleh retorika kata-kata bahwa kita saudara seiman. Mana wujud persaudaraan kita sesama muslim dan mukmin.

Tidak ada jalan lain membebaskan saudara-saudara kita di negeri-negeri muslim yang menjadi medan jihad terutama di Gaza Palestina kecuali dengan jalan Jihad Fi Sabillillah. Makna idul fitri seharusnya dipahami sebagai wujud empati dan sekaligus mempersiapkan serta menggalang kekuatan terealisasinya Jihad Global yang sangat dibutuhkan oleh dunia muslim saat ini. Wallahu a'lam bis shawab.


latestnews

View Full Version