Ini bukan sulap dan bukan sihir. Ini betul-betul nyata dan terjadi di Indonesia. Seorang konglomerat sejak zaman Orde Baru, punya utang kepada sebuah bank sebesar Rp92 milyar, namun pembayaran cicilannya dapat dilakukan selama 184 tahun, tanpa bunga lagi.
Dialah antek CSIS, katholik dan kroni ABRI Merah yang mendapatkan privileges di Indonesia yang mayoritas muslim ini. CSIS menjadi think tank pengusung Islamophobia di Indonesia sejak dua atau tiga dekade silam.
Tetapi, Anda jangan heran. Karena begitulah adanya di republik ini.
Sementara bank-bank yang menerima kucuran dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) harus mengikatkan diri membayar utang-utangnya selama empat tahun dalam Maste Settelment Aqcusition Agrement (MSAA), tetapi mantan demonstran yang pernah mengeruk keuntungan di zaman Soeharto itu, bisa mencicil utangnya selama 184 tahun.
Ceritanya begini. PT Gemala Container (GC), salah anak perusahan dari Gemala Grup yang dimiliki Sofyan Wanadi, pada sekitar tahun 1995 meminjam uang senilai Rp92 milyar di Bank Nasional Indonesia (BNI). Pinjaman itu diperuntukan untuk membangun perluasan pabrik dan sejumlah kontainer di kawasan Semper, Cilincing, Jakarta Utara.
Yang dipertanyakan oleh Usman Ermulan, anggota Komisi IX DPR itu, kepada Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Sudibyo pada era itu adalah apa dasarnya seorang konglomerat boleh mencicil utangnya selama 184 tahun. Tanpa bunga dan bebas saja.
Ditilik dari jumlah pembayarannya Rp500 juta/tahun, hal ini berarti uang
Sampai saat ini GC mempunyai utang terhadap BNI senilai Rp92 milyar, yang waktu itu peminjamannya dilakukan untuk membangun proyek container.persisnya utang tersebut dilakukan Sofyan diperkirakan pinjaman tersebut sudah dilakuakan sejak lama.
Pada awalnya, utang Sofyan ini berbentuk dolar Amerika Serikat. Namun, lanjutnya, kemudian dikonversi menjadi rupiah, yang pembayaran utangnya direstrukturisasi BNI sendiri. Tetapi dengan kesepakatan akan dicicil
setiap tahunnya Rp500 juta. Anehnya, tanpa bunga.
Padahal, Sofyan mempunyai deposito di BNI senilai Rp40 milyar. Yang mengherankannya, mengapa sih dengan deposito Rp40 milyar itu,BNI tidak mengambil bunganya. Padahal, menurut Usman bunganya pada waktu berkisar antara 10-13 persen/bulan. Apabila diambil 10 persen berarti jumlahnya Rp400 juta dan dia bisa menambah pembayaran sebesar Rp100 juta lagi.
Meskipun oleh bos PT GC, Herman Gozali disebutkan bahwa sejak 1 Maret 1998 Bos Gemala Grup, Sofjan Wanandi bukan lagi pemilik atau pemegang saham langsung dan tidak ikut mengendalikan jalannya PT Gemala Container (GC), namun dia tidak bisa mangkir dan melepaskan tanggungan utangnya senilai Rp92 milyar di Bank Negara Indonesia (BNI).
Utang yang diperoleh PT GC, hal itu tidak bisa dilepaskan dari peran dan lobi Sofjan Wanandi yang waktu itu duduk sebagai Presiden Komisaris GC.
Ditambahkan oleh Usman, ketika utang tersebut direstrukturisasi oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), nama Sofjan Wanandi masih tercatat sebagai Presiden Komisaris PT GC.
Sebelumnya, dalam Rapat Kerja (Raker) Komisi IX DPR waktu itu,Usman Ermulan sudah mempertanyakan kepada Menteri keuangan Bambang Sudibyo mengenai utang PT Gemala Container (GC) milik Sofjan Wanadi senilai Rp92
milyar, yang dicicil selama 184 tahun sebesra Rp500 juta/tahun dan tanpa
bunga di Bank Nasional Indonesia (BNI).
Namun, esoknya Direktur GC Herman Gozali menjelaskan bahwa utang GC senilai Rp92 milyar tersebut bukan merupakan utang pribadi Sofjan Wanadi, melainkan utang badan hukum PT GC. Bahkan, tambah heran, sejak berdirinya PT GC, Ketua Dewan Pengembangan Usaha Nasional (DPUKN) itu sudah tidak pernah menjabat lagi sebagai direksi, yang bertanggungjawab penuh atas jalannya perusahaan. Disebutkan, sejak 1 Maret 1998, Sofjan juga mundur sebagai komisaris.
Ada sebuah data yang yang disebutkan selain nama Sofjan Wanandi juga duduk masing-masing Hiroshi Yoshikawa, Adnan Pranadi dan Biantoro Wanandi sebagai komisaris PT GC. Sedangkan Presiden Direktornya adalah Edward Ismanto Wanandi, dan masing-masing direkturnya adalah Maerkus Winata,
Herman Gozali dan Kazuo Hanazawa.
Per tanggal 31 Maret 1999, berdasarkan fasilitas kredit di BNI terhadap kredit inevstasinya telah direstruktur dengan jaminan tanah, bangunan pabrik seluas 4,8 Hektar di Semper, Cilincing, Jakarta Utara.
Untuk kredit modal kerja, tambhanya juga telah direstrukturisasi dengan
jaminan mesin-mesin dan perlasatan FEO stock bahan baku dan invetory. Jumlah seluruhnya, telah direstrukturisasi senilai Rp92 milyar, yang telah dikonversi menjadi rupiah pada tanggal 24 Juni 1996 oleh (waktu itu) BNI'46.
Jaminannya penerimaan cessie, gadai saham, personal guarantee atas nama Edward I Wanandi dan Corporate Guarentee PT Gemala Tripakarsa.
Ketua umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) yang juga ketua tim sukses Jokowi JK bidang buruh, Sofjan Wanandi mengatakan bahwa seluruh elemen buruh mendukung Jokowi dan JK.
“Saya tadi habis dari Bidakara, pak Jokowi dan JK meminta maaf karena tidak bisa hadir dalam deklarasi buruh malam ini karena beliau kelelahan dan butuh istirahat,” ujar Sofjan terkait ketidakhadiran Jokowi-JK dalam acara nonton debat cawapres yang diadakan di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat pada Minggu (29/6) malam.
Ia mengatakan bahwa pengusaha dan buruh bisa bersatu untuk membawa Indonesia menjadi lebih baik. “Kita mendapatkan komitmen dari pak Jokowi dan JK bahwa setelah sukses menjalankan jaminan sosial bagi masyarakat melalui BPJS Kesehatan dan BPJS Tenaga Kerja, maka pemerintah Jokowi dan JK akan fokus terhadap pengadaan rumah untuk buruh,” tandas Sofjan.
Ia yakin bahwa capres dan cawapres Jokowi dan JK bisa membawa Indonesia maju di segala bidang. “Di Tugu Proklamasi ini, kita buruh harus mengisi kemerdekaan bangsa ini dengan mengawasi jalannya pilpres dan proses penghitungan suara di setiap TPS agar tidak terjadi kekurangan,” kata Sofjan.
Meski Jokowi-JK tidak hadir, semangat para buruh dan relawan Jokowi-JK dalam acara nonton debat Cawapres tersebut tidak surut. Mereka tetap saja mengelu-ngelukan nama Joko Widodo dan Jusuf Kalla serta menyayikan lagu ‘Salam Dua Jari’.
Setelah nonton debat cawapres ccara dilanjutkan dengan doa bersama untuk mendoakan agar pemilu presiden Indonesia berjalan dengan aman dan lancar tanpa terjadi tindakan kekerasan dan ancaman.
Sementara itu, Sukur Sarto, perwakilan SBSI dengan anggota 3,9 juta buruh mengatakan bahwa capres dan cawapres Jokowi JK lebih mampu mengangkat aspirasi buruh. “Kami seluruh buruh dan bersama 14 federasi mendukung, memilih, dan memenangkan capres dan cawapres Jokowi-JK, kami juga mengharapkan seluruh elemen buruh untuk memilih pemimpin yang sudah terbukti hasil kerjanya,” kata Sukur pada investor. [riobaretaz/voa-islam.com]