OPINI PEMBACA:
Ahok Kafir Harbi ! Umat Islam Wajib Tolak Musuh Allah
Menyedihkan! Umat Islam Indonesia kini berada dalam KRISIS KEIMANAN dan LEMAH PEHAMAHAN AQIDAH. Umat Islam di Indonesia memang hidup di negara yang bukan berlandaskan syariat dalam pemerintahannya. Dalam bermasyarakat, Islam juga memberikan aturan dan batasan pedoman hidup sesuai Al-Qur’an dan Sunnah sebagai rujukan utama. Terkait hidup bernegara, ada aturan-aturan syariat yang harus dipatuhi dan dikedepankan di atas segalanya.
Umat Islam dibenarkan untuk taat pada pemimpin dan pemerintahan selama tidak berlawanan dengan hukum Allah Ta'ala. Misal, bila seorang pemimpin memberlakukan larangan Shalat Jum’at, dimana mayoritas penduduknya muslim, maka kita umat Islam tidak boleh berdiam diri dan tunduk dengan alasan patuh pada pemerintah. Bila pemerintah mengeluarkan sesuatu kebijakan yang berlawanan dengan hukum Allah Ta'ala, maka umat Islam WAJIB menolak dan mengedepankan untuk taat pada hukum syariat.
Terkait kepemimpinan, ada larangan keras bagi umat Islam menjadikan pemimpin mereka SEORANG KAFIR, karena hal itu berlawanan dengan apa-apa yang telah DINASH-KAN dalam Al-Qur’an. Adapun yang berpendapat bahwa umat Islam harus patuh pada pemimpin meskipun seorang muslim fasiq,dalam hal ini kita harus memahaminya dengan jeli. Yaitu, selama pemimpin fasiq tersebut tidak membuat kebijakan yang MENYERANG SYARIAT ISLAM, maka kita diperbolehkan mengikutinya. Namun jika jelas-jelas kebijakan pemimpin fasiq tersebut MENGINJAK-INJAK SYARIAT ALLAH TA'ALA, maka kita wajib menolak dan tidak rela dengan kepemimpinannya. Bahkan harus DILAWAN jika mampu selama tidak menimbulkan fitnah.
Misalnya, ada pemerintah yang mengeluarkan kebijakan bahwa minum KHAMAR dan MAKAN DAGING BABI diperbolehkan, tentu umat Islam tidak serta merta ‘boleh’ minum khamar dan memakan daging babi DENGAN ALASAN patuh pada pemerintah. Demikian juga bila konstitusi negara tersebut menetapkan bahwa PEMIMPIN BOLEH DARI KALANGAN NON MUSLIM, maka umat Islam juga tidak serta merta ‘boleh’ memilih pemimpin KAFIR dengan alasan PATUH PADA KONSTITUSI negara.
Jika seorang muslim dengan SENGAJA mengambil pemimpinnya dari orang KAFIR dan meninggalkan calon pemimpin dari ORANG-ORANG YANG BERIMAN, maka ia termasuk golongan Al-Munafiquun yang kelak terancam azab dari Allah Ta'ala di hari kebangkitan. Beberapa maksud firman Allah Ta'ala :
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang KAFIR menjadi wali dengan meninggalkan ORANG-ORANG YANG BERIMAN. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).” [Aali Imraan : 28]
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu MENTAATI orang-orang yang KAFIR itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi. Tetapi (ikutilah Allah), Allahlah Pelindungmu, dan Dia-lah sebaik-baik Penolong.” [Aali Imraan : 149 – 150].
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil Jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu Jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.” [Al-Maidah :57]
“Kabarkanlah kepada orang-orang MUNAFIQ bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (yaitu) orang-orang yang MENGAMBIL ORANG-ORANG KAFIR menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” [An-Nisaa’ : 138 – 139].
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan ORANG-ORANG YANG BERIMAN. Inginkah kamu Mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu) ?” [An-Nisa’ : 144]
Ayat-ayat di atas sangat jelas dan gamblang menetapkan bahwa umat Islam dilarang keras menjadikan orang KAFIR sebagai pemimpin. Ayat tersebut banyak ditujukan kepada orang-orang bersifat munafiq, yaitu diantaranya kaum yang mengaku Islam namun dengan rela meninggalkan calon pemimpin ORANG-ORANG YANG BERIMAN dan memilih yang KAFIR. Mereka ini jika tidak bertaubat, terancam azab Allah Ta'ala kelak di akhirat.
Persis seperti keadaan saat ini. Banyak orang yang mengaku Islam, namun dengan rela memilih bahkan membabi buta membela orang KAFIR, misal ‘Ahok’ yang jelas-jelas seorang KAFIR HARBI (menampakkan permusuhan dan menyerang Islam). Bila kita lihat maksud ayat di atas, maka kelompok ini jelas-jelas siap untuk mendapat siksa Allah Ta'ala… na’udzubillah min dzalik. Bertaubatlah kaum muslimin dan taat pada Allah Ta'ala.
Ahok adalah seorang KAFIR HARBI dan jelas bukan KAFIR DZIMMI, karena ia terbukti bereaksi terhadap umat dan syariat Islam. Tidak selamanya seorang KAFIR HARBI itu menyerang Islam secara fisik (angkat senjata). Demi kepentingan politiknya, Ahok bermanuver dengan segala cara mendekati elemen Islam yang masih awam dan terombang-ambing ‘KEIMANANNYA’ untuk memuluskan dukungan terhadap dirinya menjadi DKI-1.
Sebagai contoh nyata yang patut kita sesali. Sambutan meriah dilayangkan peserta Muktamar Ikatan Pelajar Muhammadiyah ke-19 kepada Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok,yang hadir di lokasi Muktamar di Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka, Jakarta Timur. Peserta Muktamar bernama Irmawati, misalnya, menyebut AHOK LEBIH ISLAMI KETIMBANG BEBERAPA MUSLIM. Ahok, kata peserta asal Aceh itu, adalah pemimpin yang disyaratkan ajaran Islam: jujur, dapat dipercaya, menyampaikan, dan pintar. "Pak Ahok bisa mengaplikasikannya DIBANDING kami yang MUSLIM," ujar Irmawati, seperti dilansir TEMPO.CO, Senin 17 November 2014, yang berjudul: “Pujian ke Ahok: Lebih Islami ketimbang Muslim”.
Ironis, pujian seperti ini justru dilayangkan kepada seorang KAFIR HARBI. Kita saksikan betapa lemahnya iman demi kepentingan duniawi. Belum lagi dukungan dari kelompok liberal dan aliran-aliran sesat lainnya. Mengedepankan hukum konsitusi dan mencampakkan SYARIAT ALLAH TA'ALA, demi kepentingan kelompoknya.
Maksud hadits: "Bersegeralah kalian mengerjakan amal-amal saleh sebelum datang fitnah-fitnah bak gumpalan malam yang gelap pekat, seseorang pagi hari dalam keadaan beriman, di sore harinya (tiba-tiba) menjadi kafir, dan di sore hari ia dalam keadaam beriman, di pagi harinya (tiba-tiba) menjadi kafir, dia menjual agamanya dengan harta duniawi (tak ada nilainya)." [Muslim].
Saudara-saudaraku se-Iman, hati-hati dengan kalimat PELECEHAN dan PEMBODOHAN umat dari kelompok munafiqiin yang merusak aqidah umat Islam, seperti : “Lebih baik PRESIDEN KAFIR jujur dan adil dari pada PRESIDEN MUSLIM khianat dan zalim”…. Atau “Lebih baik GUBERNUR KAFIR rajin dan pekerja keras dari pada GUBERNUR MUSLIM korup dan malas.”…. dan “Lebih Baik MENTERI WANITA PEROKOK BERTATTO TANPA JILBAB tapi tekun dan cerdas dari pada MENTERI WANITA BERJILBAB tapi korup dan culas.”
Seharusnya kita langgengkan kalimat seperti yang dikatakan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Muhammad Rizieq Syihab : “Lebih baik PRESIDEN MUSLIM jujur dan adil dari pada PRESIDEN KAFIR khianat dan zalim”… atau “Lebih baik GUBERNUR MUSLIM rajin dan pekerja keras dari pada GUBERNUR KAFIR korup dan malas.”… dan “Lebih Baik MENTERI WANITA BERJILBAB BUKAN PEROKOK DAN TANPA TATTO yang tekun dan cerdas dari pada MENTERI WANITA PEROKOK BERTATTO DAN TANPA JILBAB yang korup dan culas.”
Semoga kita umat Islam dapat segera bangkit dari tidur, membuka mata kita dengan jernih, bahwa masalah aqidah tidak bisa dianggap remeh dengan alasan apa pun. Sampai kapan kita akan pingsan dengan bualan dan tipu daya musuh Islam, yang tidak akan senang dengan kejayaan Islam. Walhasil, ulama dan umara harus berhati-hati dalam bersikap dan mengambil langkah, karena kelak akan bertanggung jawab dihadapan Allah Ta'ala atas segala urusan umat Islam yang sedang diacak-acak aqidahnya. Katakan benar jika itu benar! Katakan salah jika itu salah! Berbuatlah untuk mendapat keridhaan Allah Ta'ala. Berbuatlah untuk bekal akhiratmu. Utamakan kepentingan agama Allah Ta'ala dari pada urusan duniamu. …..KEHIDUPAN DUNIA ITU TIDAK LAIN HANYALAH KESENANGAN YANG MENIPU (MEMPERDAYAKAN)…[Aali Imran: 185]
Allahumma Arinal Haqqo Haqqon, Warzuqna-Ittiba’ahu.. Wa Arinal Bathila Bahtilan, Warzuqna-Ijtinabahu..
Wallahu A’lam.
Salim Syarief MD