View Full Version
Senin, 26 Jan 2015

Ketika Bunuh Diri Jadi Solusi

Oleh Rina Nurawani

Baru baru ini, seorang pelajar, Rangga Arman Kusuma (14 tahun), nekat mengakhiri hidupnya dengan gantung diri.

Rangga ditemukan oleh saudaranya, Wiwin Dwi Winanto (35 tahun), dalam keadaan tak bernyawa tergantung di lemari pakaian rumahnya di Pancoran Timur, Jakarta Selatan pada Rabu (14/1) sekitar pukul 06.30 WIB. Wiwin pun terkejut mendapati Rangga telah tewas dengan keadaan badan tergantung dan leher terikat sabuk berwarna coklat.

Diduga karena Rangga terinspirasi dari kartun manga karena ia sangat menyukai kartun manga dan kerap menonton film-film kartun asal Jepang itu.

Diduga ia terinspirasi untuk mengakhiri hidupnya dengan “damai” di dalam lemari seperti cerita-cerita yang ia baca dalam kartun tersebut. Kasus di atas adalah satu mata rantai dari kasus kasus bunuh diri sebelumnya. Khalayak dikejutkan dengan kasus bunuh diri yang menimpa aktor dan komedian ternama Robin William yang juga memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan gantung diri, dan penyanyi Whitney Houston.

Ada lagi kasus di Bantul. Seorang ibu, Susanti mengajak serta anaknya, Alfaril Setia Pratama, yang masih berusia 3 bulan,untuk tewas di tali dari kain yang dirangkainya. Belum lagi kasus seeorang yang tidak diketahui identitasnya menjatuhkan diri dari jembatan Semanggi, Jakarta. Badan Kesehatan Dunia menyatakan, tahun lalu (2014), bahwa setiap 40 detik, ada satu orang yang bunuh diri.

Bunuh diri adalah masalah kesehatan publik yang luar biasa. Ada satu kasus bunuh diri setiap 40 detik. Ini jumlah yang sangat besar,” ujar Shekhar Saxena, Direktur Departemen Kesehatan Mental WHO

Jumlah itu mengalahkan korban perang dan bencana alam. “Bunuh diri adalah masalah kesehatan publik yang luar biasa. Ada satu kasus bunuh diri setiap 40 detik. Ini jumlah yang sangat besar,” ujar Shekhar Saxena, Direktur Departemen Kesehatan Mental WHO, dalam pemaparan laporan di Jenewa, seperti dilansir Channel News Asia, Kamis, 4 September 2014.  Angka tersebut memang bukanlah angka main-main.

Sebuah angka yang sangat besar dan patut membuat kita prihatin. Angka ini mengindikasikan bahwa masyarakat di seluruh dunia ini bermasalah. Sebenarnya apa yang menjadi penyebab dari tingginya angka bunuh diri tersebut dan mengapa bunuh diri dianggap menjadi solusi? Penyebab Penyebab Bunuh Diri.

Bunuh diri merupakan tindakan mengakhiri hidup dengan sengaja yang dilakukan oleh seseorang karena seatu alasan Tindakan ini biasanya dilakukan sendiri dengan melakukan tindakan-tindakan yang dapat mengakibatkan hilangnya nyawa. Caranya bisa dengan menggantung diri, meminum racun, menjatuhkan diri dari ketinggian, memotong urat nadi dan lain-lain.

Penyebabnya pun bisa beragam. Menurut detik.com penyebab bunuh diri terbanyak adalah, depresi dan gangguan Bipolar/jiwa, gangguan mental, konsumsi alkohol efek samping obat dan luuka emosional serta rasa bersalah.

Faktor faktor lain adalah, menderita penyakit parah, kehilangan dan kesedihan berkepanjangan serta riwayat keluarga bunuh diri.

Bila melihat faktor-faktor yang disebutkan diatas kita dapat melihat bahwa hal-hal yang memicu bunuh diri tersebut adalah faktor-faktor yang berasal dari luar si pelaku yang berdampak pada bagaimana seseorang mensikapi sebuah persoalan sampai akhirnya berada dalam suatu keadaan yang membuatnys berfikir untuk mengakhiri hidupnya.

Sulit memang untuk menjelaskan mengenai penyebab mengapa orang memutuskan untuk melakukan bunuh diri, sedangkan yang lain dalam kondisi yang sama bahkan lebih buruk tidak melakukannya. Kasus ini tidak dapat kita lihat kasus perkasus saja, namun kita harus melihatnya dalam suatu pandangan yang utuh.

Bahwa semakin hari masyarakat berada dalam kondisi-kondisi dimana ia semakin mudah memutuskan untuk melakukan bunuh diri.

Berdasarkan data WHO pada 2010, angka bunuh diri di Indonesia saja mencapai 1,6 hingga 1,8 per 100.000 jiwa. Dan tahun 2014 telah mencapai 2 orang per 100.000 jiwa.

Menurutnya, apabila tidak ada upaya bersama pencegahan bunuh diri, angka ini bisa makin tumbuh dari tahun ke tahun. WHO meramalkan pada 2020 angka bunuh diri di Indonesia secara global menjadi 2,4 per 100.000 jiwa.

Bunuh Dirinya Rangga dalam Pandangan Islam

Rangga adalah kasus bunuh diri sebagai akibat dari depressi. Lahir dari sebuah keluarga yang broken home, Rangga tinggal bersama nenek dan tantenya.

Sikap Rangga yang tertutup akibat perceraian orang tuanya mengakibatkan ia sibuk dengan aktifitasnya sendiri yaitu mengoleksi DVD dan membaca kartun Jepang Manga. Cerita dalam kartun tersebut akhirnya telah menginspirasinya untuk mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri di dalam lemari pakaian.

Potret retaknya sebuah keluarga dan pengasuhan seperti yang menimpa Rangga memang bukan hal yang aneh pada masyarakat kita. Rangga lahir di tengah manyarakat yang memandang bahwa agama adalah masalah pribadi dan tidak boleh terlibat dalam memecahkan persoalan masyarakat. Padahal, selain mengatur hubungan pribadi antara manusia dan penciptanya, mausia dengan dirinya, Islam juga mengatur masalah manusia dalam masyarakatnya.

Islam menjamin pengasuhan (hadonah) anak-anak yang orang tuanya bercerai. dalam asuhan ibu. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, bahwasanya ada seorang wanita pernah mendatangi Rasulullah mengadukan masalahnya.

Wanita itu berkata: 

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ ابْنِي هَذَا كَانَ بَطْنِي لَهُ وِعَاءً وَثَدْيِي لَهُ سِقَاءً وَحِجْرِي لَهُ حِوَاءً وَإِنَّ أَبَاهُ طَلَّقَنِي وَأَرَادَ أَنْ يَنْتَزِعَهُ مِنِّي



"Wahai Rasulullah. Anakku ini dahulu, akulah yang mengandungnya. Akulah yang menyusui dan memangkunya. Dan sesungguhnya ayahnya telah menceraikan aku dan ingin mengambilnya dariku". 



Mendengar pengaduan wanita itu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun menjawab: 

أَنْتِ أَحَقُّ بِهِ مَا لَمْ تَنْكِحِي

"

Engkau lebih berhak mengasuhnya selama engkau belum menikah". [2]

Hadits ini menunjukkan, bahwa seorang ibu paling berhak mengasuh anaknya ketika ia diceraikan oleh suaminya (ayah si anak). 

Walaupun ada beberapa faktor yang menghalangi seorang ibu mengasuh anaknya seperti Ar-Riqqu (berstatus budak), fasik, kafir, dan telah menikah lagi, namun hak pengasuhan anak-anak di bawah 7 tahun adalah pengasuhan seorang ibu.

Setelah itu, anak-anak pun dapat menentukan pilihan apakah ia akan ikut ayah atau ibunya setelah mumayiz, dengan syarat ; Ayah dan ibunya harus layak mendapatkan tanggung jawab mengasuh anaknya (ahlil hadhonah), si anak sudah aqil (berakal).

Syari'at Islam memberlakukan hak asuh ini, untuk mengasihi, memelihara dan memberikan kebaikan bagi anak-anak “korban” perceraian. Islam tidak akan membiarkan mereka tanpa penanggung jawab, terabaikan, terbengkalai dan terancam bahaya. Dinul Islam mengajarkan kasih-sayang, gotong-royong dan solidaritas.

Sehingga benar-benar melarang dari perbuatan yang bersifat menyia-nyiakan kepada orang lain secara umum, apalagi mereka yang dalam keadaan nestapa. Ini merupakan kewajiban orang-orang yang masih terikat oleh tali kekerabatan dengan si anak.

Dan kewajiban mereka adalah, mengurusi tanggung jawab anggota keluarga besarnya, sebagaimana dalam hukum-hukum lainnya.  Peran Sebuah Sistim Kehidupan dalam Mengatur Kehidupan Masyarakat Sungguh tragis nasib Rangga.

Berada di tengah masyarakat yang individualistis, tampaknya, Rangga tidak mampu memecahkan masalah pribadinya. Akibatnya, si anak merasa kesepian, sendiri, dan tidak ada tempat untuk mencurahkan isi hati. Luka emosional akibat perceraian tersebut membuatnya depresi sampai kemudian memilih untuk mengakhiri hidupnya.

Namun masih banyak “Rangga-Rangga” lain dengan masalah serupa. Mengacu kepada hasil survey WHO bahwa di dunia ini terdapat 1 orang bunuh diri setiap 40 detik, telah menginformasikan pada kita bahwa masyarakat di dunia sekarang ini berada dalam ancaman bunuh diri masal.

Masyarakat dunia sekarang telah dikendalikan oleh sebuah sistim di mana aturan agama tidak dipakai dalam mengatur hubungan bermasyarakat. Sistim yang mengagungkan kebebasan beragama, berpendapat, dan berkepemilikan ini membuat hidup masyarakat menjadi semakin individualis.

Sifat manusia individualis inilah yang mengakibatkan keadaan masyarakat menjadi mudah stress, depresi, kecewa, dan marah. Keadaan masyarakat yang mudah stess dan depresi inilah yang kemudian memicu tingginya angka bunuh diri di dunia saat ini.

Sistem kapitalis sekular yang diterapkan ini telah membuat orang rentan stress dan depresi berkepanjangan. Sulitnya kehidupan akibat liberalisme ekonomi membuat orang sulit mencari pekerjaan yang diikuti dengan tingginya harga kebutuhan pokok. Korban terus berjatuhan karena aktifitas ekonomi sepenuhnya diserahkan kepada mekanisme pasar; kaum pemodal seakan dimanjakan, namun banyak orang dimarjinalkan.

Namun, depresi dan stres tidak hanya menimpa mereka yang berekonomi lemah. Mereka dengan kapital yang sangat tinggi pun rentan terhadap stress dan depresi. Ketika keinginan manusia disamakan dengan kebutuhan manusia, maka yang terjadi adalah kegelisahan. Manusia tidak pernah merasa puas dengan apa yang sudah dicapainya.

Tidak kurang banyak orang terkenal dan kaya raya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Sebut saja Marylyn Monroe, Adolf Merckle dan yang terakhir Robin Willliam yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

Masyarakat liberal individualistik ini selalu mencari solusi sesuai dengan keinginan mereka sendiri, jauh dari bimbingan wahyu. Kebebasan ke tingkat keluarga menyebabkan tingginya angka perceraian serta hamil di luar nikah. Peredaran miras, narkoba dan obat- obatan terlarang begitu marak karena masyarakat mencari jalan agar dapat keluar dari masalah yang mendera mereka. Bagai fenomena gunung es, masyarakat kapitalis liberal ini memendam potensi stress dan depresi yang sangat tinggi.

Bunuh diri seakan menjadi silent killer. Satu-satunya cara untuk mengatasi tingginya angka bunuh diri ini adalah mengganti sistim kehidupan sekular liberal dengan sistim kehidupan.

Islam adalah satu satunya agama terlengkap yang mampu mengatur tidak saja masalah manusia dengan Tuhannya

Islam adalah satu satunya agama terlengkap yang mampu mengatur tidak saja masalah manusia dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan masyarakatnya.

Penerapan Islam ini haruslah ditunjang oleh 3 pilar.

Pilar pertama adalah akidah yang benar dalam diri setiap individu muslim. Akidah yang benar akan menghasilkan pola pikir dan pola sikap yang benar. Seorang muslim sejati akan mempunyai pola berfikir sesuai dengan pola pikir Islam, dan bertingkah laku sesuai dengan apa yang diatur dalam Islam.

Pilar kedua adalah masyarakat. Masyarakat Islam bukanlah masyarakat individualistis yang tidak peduli dengan keadaan masyarakat di sekitarnya. Pola pikir Islam menghantarkan masyarakat untuk peduli sesama karena kaum muslimin diibaratkan satu tubuh yang akan saling menopang satu sama lain. Berjalannya kontrol sosial akan menghasilkan masyarakat dinamis, yang meminimalisir keresahan masyarakat sehingga depresi dan stress dapat ditekan.

Yang juga penting adalah pilar ketiga, yaitu negara. Pilar ini akan melindungi rakyatnya, dan memastikan seluruh kaum muslimin mendapatkan hak dan menjalankan kewajiban sesuai dengan taklif yang dibebankan Allah kepada setiap manusia. Negaralah yang melindungi nyawa dan harta rakyatnya, sehingga semua sebab yang akan menimbulkan keresahan dan kegelisahan masyarakat harus dihilangkan.

Telah diriwayatkan dari Abi Hurairoh,dari Nabi SAW, beliau pernah bersabda: عَنْ ‏ ‏أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ ‏‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ‏ ‏قَالَ‏” ‏إِنَّمَا الْإِمَامُ ‏‏جُنَّةٌ ‏ ‏يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدَلَ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ وَإِنْ يَأْمُرْ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ” رواه مسلم

Sesungguhnya Imam itu adalah perisai. Umat akan diperangi dari belakangnya dan akan dijaga olehnya. Jika ia memerintahkan taqwa kepada Allah dan berbuat adil maka ia akan akan mendapatkan pahala (yang sangat besar). Namun jika memerintahkan selain itu maka ia akan mendapat dosa karenanya. HR.Muslim

Demikianlah Islam menjaga nyawa setiap rakyatnya. Setiap aktifitas atau penyebab depresi dan stess seperti masalah ekonomi dan lainnya yang mengakibatkan seseorang kehilangan nyawanya harus dihilangkan. Islam akan menjamin suasana masyarakat adalah masyarakat yang saling tolong menolong dan peduli terhadap keadaan orang lain.

Bila Islam kelak tegak dalam bingkai negara Khilafah Islamiah, niscaya mati hina karena bunuh diri akan ditekan diganti dengan mati mulia di dalam naungan Islam.

Wallahualam bi shahwab,

Rina Nurawani

Pendidik Sekolah Madania/pengamat sosial


latestnews

View Full Version