View Full Version
Selasa, 03 Feb 2015

Charlie Hebdo dan Bopeng HAM

Sahabat VOA-Islam...

Peristiwa penembakan di markas Charlie Hebdo telah membuka bopeng ide Hak Asasi Manusia (HAM) yang dijajakan Barat. Kaum muslim menjadi terbelalak dengan berbagai penghinaan kepada Rasulullah SAW.

Ternyata, majalah Charlie Hebdo banyak sekali mengejek Nabi Muhammad dalam bentuk Satir. Satir adalah gaya bahasa untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang.

Satir biasanya disampaikan dalam bentuk ironi, sarkasme, atau parodi. Salah satu satir yang pernah dibuat majalah tersebut adalah menggambarkan Rasulullah SAW dalam kondisi (maaf) telanjang. Sungguh sangat biadab.

Ide HAM ditopang oleh 4 kebebasan. Kebebasan beragama, berperilaku, berpendapat dan kepemilikan. Apa yang dilakukan Charlie Hebdo adalah bagian dari kebebasan berpendapat, yang dijamin oleh HAM.

Tetapi ide kebebasan mutlak ini benar-benar rancu. Misal, bila satir terhadap Rasulullah SAW dikatakan legal karena berdalih HAM. Seorang teman bertanya, bisakah dengan berdalil pada HAM, kemudian para korban penembakan di Charlie Hebdo dijadikan objek satir pula? Tentunya, para pejuang kebebasan itu pun akan diam seribu basa.

Kebebasan seseorang harus dibatasi oleh aturan. Namun, bila sistem yang dipakai bersandar pada sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan), pembuatan aturan tersebut tetap akan bersumber pada ego manusia semata, bukan berdasarkan pada aturan Sang Pencipta.

Aturan tersebut pun biasanya akan berpihak kepada mereka yang dapat meng’kondusif’kan penetapannya. Yakni, segelintir para legislator, yang di didukung atau mereka sendiri adalah para kapitalis. Begitulah filosofi munculnya sebuah tata aturan masyarakat yang menganut ide HAM dan Demokrasi.

Sehingga, wajar saja bila para pembuat kartun yang mengejek Rasulullah SAW dibiarkan, karena pastinya tidak akan ada aturan yang melarang hal tersebut. Sebagaimana yang dikatakan oleh Charbonnier, bahwa pijakan ia adalah hukum Perancis, bukan hukum Islam.

Senada dengan komentar Obama pasca insiden di kota Paris tersebut, Charbonnier pun berdalil bahwa satir yang dilakukannya adalah suatu bentuk kebebasan berekspresi, yang tentunya dijamin oleh HAM. Karena itulah, mungkin HAM memang cocok bagi penjajah seperti Obama, atau penghina seperti Charbonnier juga para pengikutnya.

Tetapi apakah HAM cocok untuk umat Islam yang mulia? Bahkan bagi kita, HAM laksana racun bagi pemikiran. Ide tersebut dapat memalingkan kaum muslim dari kewajiban taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Ia pun bisa membuat kaum muslim lalai, bahwa seluruh perbuatannya harus terikat syariat.

Selain itu, berbagai fakta selama ini pun bisa menjadi penguat kepalsuan ide HAM. HAM impoten menghentikan kekejaman AS, Israel dan antek-anteknya terhadap umat Islam.

Tetapi sebaliknya, HAM sangat efektif dijadikan dalil untuk melecehkan Islam, menghina Rasulullah SAW, membiarkan pemurtadan, menyuburkan aliran sesat, pornoaksi dan seks bebas, juga berkontribusi dalam peredaran miras di tengah masyarakat. Karena, semua pelaku maksiat tersebut berlindung di balik HAM.

Karena itulah, daripada kaum muslim latah mengampanyekan HAM yang beracun, lebih baik bersama-sama mendakwahkan penerapan Syariah dalam bingkai Khilafah. Wallohu a’lamu bishshowwaab. [syahid/voa-islam.com]

Kiriman Ary Herawan, (Pendidik di Kota Tasikmalaya)


latestnews

View Full Version