View Full Version
Senin, 09 Feb 2015

Berjuanglah Terus Pers Islam!

Oleh: Adi Permana Sidik (Dosen LB Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Unpas dan Wartawan Voa-Islam.Com)

Sahabat VOA-Islam...

Setiap pekan pertama bulan Februari - tepatnya pada tanggal 9 Februari -, di negeri Indonesia diperingati sebagai Hari Pers Nasional (HPN).  Tentunya apa pun yang berkaitan dengan Indonesia,  tidak mungkin terlepas dari pengaruh agama Islam dan atau umat Islam. Termasuk dalam  dunia pers. Istilah pers sendiri di sini mengacu pada media massa, baik cetak seperti surat kabar, tabloid, dan majalah, maupun media elektronik, seperti radio, televisi, dan internet.

Pada era sebelum kemerdekaan, Pers Islam sudah muncul sejak tahun 1911 dengan lahirnya media yang bernama Al-Munir. Al Munir sendiri merupakan media gerakan kaum muda di Minangkabau. Media Islam ini tak bertahan lama, empat tahun kemudian, tepatnya tahun 1915, media ini tidak terbit lagi.

Tiga tahun kemudian, pada 1918 terbit Al-Munir Al-Manar yang dipimpin oleh Zainuddin Labay El-Yunusy, seorang anak muda yang cerdas. Majalah ini diterbitkan atas anjuran Haji Abdullah Karim Amrullah. Pada tahun 1924, majalah ini tutup menyusul wafatnya Zainuddin Labay.

Pasca kemerdekaan, pada era Orde Lama (Orla), 15 Juni 1959 berdiri Panji Masyarakat (Panjimas), yang menjadi majalah Islam tertua, paling besar, dan berpengaruh di antara media yang disebarkan untuk umum. Didirikan oleh KH Fakih Usman (tokoh Muhammadiyah), Buya Hamka, dan Yusuf Abdullah Puar, majalah ini tutup pada 1990-an.

Pada masa ini pers Islam berkiprah sesuai dengan ideologisnya, dan kurang memperhatikan orientasi ekonomi, yang diperlukan sebagai penyangga kehidupan pers. Media Islam sekedar pembawa misi amar makruf nahi munkar.

Era Orde Baru (Orba), nampaknya merupakan “masa kelam” bagi pers Islam. Alasannya karena berdasarkan data secara kuantitatif, tiras pers Islam secara keseluruhan dan riil tidak lebih dari 300 ribu eksemplar. Sedangkan, media umum tirasnya mencapai jutaan eksemplar pada saat itu. Penyebab utamanya, kemungkinan besar adalah sistem pemerintahan saat itu yang bergaya otoriter yang tidak memberikan kesempata kepada media, khususnya media islam untuk mengeluarkan “suaranya”.

Baru pada era reformasi, banyak media Islam yang terbit lagi, baik harian maupun mingguan. Ada harian Terbit, Pelita, Duta Masyarakat, Republika. Majalah dan tabloid ada Sabili, Ummi, Suara Islam, Hidayatullah, Tarbawi, Noor, Alia, Era Muslim.

Kemudian media online jumlahnya mencapai puluhan, seperti voa-islam.com, eramuslim, dakwatuna, sabili, islampos, ar-rahmah, hidayatullah.com, dan lain-lain. Di samping itu, radio dan televisi juga sudah ada.

Pers Islam itu sendiri diartikan sebagai percetakan atau media massa yang menggunakan prinsip Islam dalam pengelolaan redaksional. Dalam proses penulisan, biasanya pers Islam menggunakan konsep jurnalistik bernapaskan nilai Islam. Lebih jelasnya, pers Islam berbeda dengan pers pada umumnya. Dakwah menjadi karakteristik pers Islam. Hal inilah menurut hemat penulis, yang menjadi garis pemisah, demarkasi antara media Islam dengan media sekuler.

Jika kita melihat perkembangan media-media Islam terkini, secara kuantitatif media Islam memang dikatakan sudah banyak, akan tetapi secara kualitas, media massa Islam masih harus membenahi beberapa aspeknya. Misalnya seperti yang ditulis oleh Dja’far Assegaf dalam bukunya “Jurnalistik Masa Kini” memaparkan beberapa faktor penyebab lemah dan  terpinggirkannya media massa Islam antara lain, kurangnya dukungan dana, lemahnya kesadaran informatif umat Islam, serta lemahnya manajemen perusahan pers.

“Kurang profesionalmya pengelola sehingga gaya bahasa, teknik penulisan, pemilihan dan pemilahan topik, serta tampilan produk kurang menarik perhatian dan minat pembaca,” jelasnya.

Sedangkan anggota Peace and Journalism Network Fajar Iqbal menyatakan Pers Islam semestinya dapat melebarkan pasar dengan tidak terpaku pada ayatisasi. Caranya, dengan memasukkan nilai-nilai secara cantik dan cerdas.

“Pers Islam harus mampu membahasakan Islam dengan bahasa yang dapat diterima oleh masyarakat luas. Menyampaikannya secara arif dengan memperbanyak aspek-aspek kultur atau budaya,” tuturnya. (Republika, 20/01/2013).

Dua pandangan Dja’far dan Fajar mengenai kondisi pers Islam terkini, jangan dianggap enteng dan harus diperhatikan dengan cukup serius oleh para stake holder Pers Islam di Indonesia, agar kuantitas dan kualitas Pers Islam terus meningkat dari waktu ke waktu, yang tentunya dengan hal itu sedikit atau banyak akan sangat mempengaruhi keberlangsungan dakwah, serta perjuangan menengakkan Al-Islam di bumi Indonesia ini, bahkan juga di seluruh dunia.

Kemudian untuk menuju ke arah sana, apa yang harus kita lakukan oleh umat Islam dalam rangka membantu tugas para stake holder pers Islam? Beberapa hal bisa dilakukan oleh umat Islam di antaranya;

Pertama, jika ada hal-hal  semacam kejadian/peristiwa maupun berita berupa opini yang berkaitan dengan ajaran Islam maupun kehidupan kaum Muslimin secara luas,  maka “wajib” hukumnya bagi umat Islam untuk menjadikan media-media Islam sebagai rujukan utama untuk mendapatkan informasinya, hal ini juga bisa dianggapsebagai bentuk “wala” terhadap Pers Islam.

Kedua, kepada siapapun kaum muslimin yang mempunyai pengetahuan dan  keilmuan dalam bidangnya masing-masing yang ditinjau dari perspektif Islam, diusahakan dengan keras untuk dituliskan, sehingga bisa disebarkan oleh media Islam, sehingga ilmunya bisa dinikmati dan dibaca oleh kaum muslimin secara luas.

Ketiga,kaum muslimin harus selektif dalam memilih dan mengkonsumsi media, baik cetak maupun elektronik. Jangan ragu untuk meninggalkan media yang menjerumuskan kita kepada kemaksiatan dan kesesatan.

Kita tidak memungkiri bahwa untuk mencapai cita-cita tidaklah mudah, banyak hambatan yang ada, baik internal maupun eksternal. Tapi tentunya umat Islam sudah tahu, bahwa ALLAH telah mengajarkan kepada kita lewat Al Qur’an untuk tidak berputus dari rahmat ALLAH, karena yang berputus asa dari rahmat hanyalah patut dilakukan oleh orang-orang kafir.

Berjuanglah terus Pers Islam! Berjuanglah terus Pers Islam! Sesungguhnya ALLAH bersama kita. Wallahu’alam bis showab.

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung (QS Ali Imran: 104).  

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu (QS Al Hujuraat: 6). [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version