View Full Version
Sabtu, 21 Feb 2015

Generasi dalam Jerat Liberalisasi Globalisasi

Sahabat VOA-Islam…

Serentetan ironi di awal tahun terjadi di negeri dengan mayoritas penduduknya muslim ini. Perayaan tahun baru masehi yang bersumber dari ritual penyembahan pagan tak luput dirayakan oleh pemuda pemudi muslim. Pergantian tahun disambut hingar bingar pesta sepanjang malam dan diakhiri aktivitas kemaksiatan.

Seperti yang dilansir merdeka.com penjualan kondom meningkat pada malam pergantian tahun hingga penambahan stok mencapai 50%. Tak jauh beda dengan pesanan kamar hotel serta penjualan miras dan narkoba yang meningkat  drastic khusus pada malam tahun baru ini.

Kemaksiatan berlanjut, aktivitas dosa menemukan pembenaran dalam perayaaan hari kasih sayang. Momentum yang dikampanyekan secara masal ke seluruh dunia ini, sejatinya hanyalah strategi dagang para kapitalis.

Seperti dikutip dari Wikipedia, penjualan kartu Valentine setiap tahunnya di Amerika Serikat saja mencapai 1 milyar. Padahal jamak diketahui, perayaan Valentine tak hanya bertabur kartu ucapan namun juga coklat, bunga, dan souvenir serba merah jambu. dan sekali lagi, penjualan kondom dan booking kamar hotel meningkat jelang hari rayanya para pencinta ini.

Tak kalah miris, di Indonesia beredar paket coklat dan kondom yang dapat ditemui di beberapa pusat pertokoan di awal bulan Februari ini. Jadilah, perayaan Valentine yang tidak jelas sejarahnya ini menjadi ajang pelegalan kebebasan pergaulan laki-laki dan perempuan, atas nama cinta dan didukung sepenuhnya oleh para kapitalis yang focus utamanya keuntungan semata.

Indonesia dengan jumlah penduduk yang sangat  besar tak pelak menjadi pasar yang sangat menggiurkan. Gempuran budaya asing masuk melalui beragam komoditas impor yang membanjir. Negara kehilangan perannya dalam melindungi karakter generasi. Tak  cukup gempuran dari asing, kurangnya pengawasan pemerintah pun turut meningkatkan kerusakan generasi.

Lolos terbitnya buku berjudul “Saatnya Aku Belajar Pacaran” yang isinya pemakluman bagi remaja untuk pacaran bahkan melakukan hubungan fisik, adalah salah satu bukti lemahnya pengawasan pemerintah. Begitupun temuan-temuan konten tidak senonoh dalam buku pelajaran siswa serta beragam tayangan televisi dan media yang tidak layak bertebaran bebas.

Iniah buah dari liberalisasi dan globalisasi. Untuk menyelesaikan persoalan ini beberapa hal harus dilakukan. Remaja khususnya, harus ditempa dengan pendidikan yang berbasis ketaqwaan. Selain ketaqwaan individu, remaja yang ditempa dengan kepribadian Islam akan menjadi remaja yang tangguh dan memikirkan keberlangsungan peradaban ke depan, bukan remaja yang hanya disibukkan oleh pergaulan bebas dan hiburan-hiburan yang melenakan.

Berikutnya, diperlukan peran orang tua dan lingkungan masyarakat yang peduli dan peka dalam suasana amar makruf nahi mungkar. Dan yang tak kalah penting adalah pemerintah yang hanya merujuk pada aturan Islam semata, yang akan memberikan edukasi agar terbentuk kepribadian Islam dan tidak akan mengakomodir budaya liberal masuk ke kalangan generasi muda. [syahid/voa-islam.com]

Kiriman Oktavia Nurul Hikmah (Mahasiswa Fak. Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga)


latestnews

View Full Version