View Full Version
Jum'at, 01 May 2015

Bunuh Diri; Pilihan atau Keterpaksaan?

Sahabat Smart Teens yang Shalih dan Shalihah...

Angka bunuh diri di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Tahun 2010 ada sekitar 5.000 orang pertahun, kemudian tahun 2012 menjadi sekitar 10.000 pertahun dan sampai sekarang angka itu terus mengalami peningkatan. Untuk skala dunia disebutkan oleh WHO bahwa angka bunuh diri di Negara-negara berpenghasilan tinggi malah jauh lebuh tinggi. (11/9/2014, www. Beritasatu.com).

Modus bunuh diri memang tidak hanya disebabkan oleh satu hal. Ambil contoh kasus bunuh diri satu keluarga di Kediri Jawa Timur awal bulan April 2015 lalu diduga karena himpitan ekonomi. Lain lagi kasus bunuh dirinya ABG berinisial AFP 16 tahun, ahad 26 April 2015, yang diduga karena tekanan psikologis hidup bersama ibu tirinya. Dan masih banyak lagi factor penyebab bunuh diri seperti broken heart, tekanan pekerjaan, pergaulan dan lainnya.

Bunuh diri memang seolah menjadi solusi. Karena dengan kematian, tidak akan lagi menghadapi persoalan hidup. Namun, tepatkah bila hal ini dilakukan oleh seorang Muslim? Yang mana Alloh SWT telah menjelaskan bahwasanya ada kehidupan setelah dunia yakni kehidupan akhirat. Dan bukankah Alloh SWT telah menerangkan bahwasanya kehidupan akhirat itu kekal abadi. Sehingga ketika seseorang itu mendahului takdirNya dengan bunuh diri maka sungguh kehidupan yang kekal baginya dalam kegelapan. Na’udzubillahi min dzalik.

 

Faktor Pemicu Bunuh Diri

Sempitnya orang memandang dunia serta tidak bertahannya mereka menghadapi ujian hidup bisa disebabkan oleh beberapa factor. Pertama, oleh system yang ada saat ini. Demokrasi kapitalisme yang diterapkan dinegeri ini telah merubah mindset manusia. Kapitalisme menjadikan orientasi kehidupan manusia adalah untuk materi. Sehingga muncullah dalam benak manusia untuk mengejar dunia dan lupa akan makna hakiki kebahagiaan.

Kapitalisme mendorong terbentuknya mental kapas pada manusia sehingga mudah diombang-ambingkan oleh materi. Padahal materi (harta) itu tidak akan pernah menjadikan pemiliknya puas. Sehingga persaingan ekonomi dibawah sekulerisme kapitalisme yang menihilkan peran agama  tidak lagi melihat halal haram, saudara atau bukan tapi yang diingat hanyalah kesenangan perut pribadi. Dan mereka yang kalah bersaing akan mengalami depresi, stress, bahkan gila hingga mengambil jalan pintas yakni bunuh diri. Inilah bunuh diri sistemik.

Factor berikutnya adalah individu dan lingkungan tempat tinggal. Individu yang memiliki iman dan ilmu agama yang rendah berakibat pada lemahnya keyakinan kepada Alloh SWT. Hal ini tentu saja berakibat kepada kesalahan memaknai hidup dan konsep rezeki. Ujian bukan lagi dipandang sebagi jalan mendekat kepada Alloh tapi malah menjadi jalan ingkar akan kekuasaanNya. Kemuliaan baginya bukan lagi karena takwa tapi standar nafsu dan duniawi. Akhirnya hidupnya disibukkan dengan urusan duniawi dan bila harapan tidak sesuai kenyataan menjadikan dirinya stress, putus asa hingga memilih bunuh diri.

Demikian pula lingkungan keluarga dan masyarakat yang individualis sekuleristik akan mendorong hilangnya sikap taawun dan nasehat menasehati dalam kebajikan. Kedua orang tua yang lemah agamanya akan mendidik putra putri mereka dengan pendidikan yang jauh dari aqidah yang benar dan minim keterikatannya pada hukum syara. Hingga kemudian jadilah mereka remaja yang hedon dan mudah putus asa.

 

Back to Islam  

Membenahi iman dalam diri setiap muslim adalah hal pokok yang harus dilakukan untuk membentengi diri dari bujuk rayu syetan yakni bunuh diri. Orang beriman paham bahwa ujian yang ada didunia ini bersifat sementara. Kebahagiaan baginya adalah saat bisa mentaati RabbNya. Qonaah dengan apa yang diberikan Alloh dan bersabar saat diuji dan bersyukur saat mendapat nikmat. Berikutnya adalah perubahan sistem dari demokrasi kapitalisme menjadi sistem Islam -Khilafah 'ala min hajin nibuwwah-. Sistem Khilafah akan menjaga aqidah umat, mewujudkan suasana hidup yang Islami dengan penerapan syariah Islam di setiap aspek kehidupannya.

Hal ini akan menjadikan seluruh warga Khilafah memiliki pemahaman yang benar terhadap dunia. Sehingga manusia tidak lagi sempit pikirannya dalam menghadapi masalah. Dan amar ma'ruf diamanahkan kepada setiap muslim akan mereducing karakter indivialistik pada diri seseorang. Oleh karena itu mari terus berjuang hingga kehidupan Islam itu benar-bebar terwujud. Wallahua'lam. [syahid/voa-islam.com]

Kiriman Puji Pogalan

image: ilustrasi/sindo


latestnews

View Full Version