Sahabat VOA-Islam...
Saat ini, Indonesia sedang mengalami gejolak ekonomi yang carut-Marut. Akibat terjadinya penurunan rupiah berdampak terhadap para pengusaha-pengusaha di Indonesia, khusunya perusahaan Tahu-Tempe yang mengadopsi kedelai sebagai bahan utamanya, yang harus diambil dari negeri Cina. Karena sampais sekarang Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Joko Widodo selaku presiden Republik Indonesia menyarankan agar Rupiah bisa kembali dalam keadaan stabil, maka diharapkan Rakyatnya harus menggunakan produk Lokal. Tetapi, hal itu tidak bisa berjalan, karena rakyat lebih mementingkan harga yang murah, jika yang murah itu adalah produk luar negeri maka itulah yang dibeli. Bukan lagi persoalan produk lokal.
Proyek Infrastruktur yang sudah dirancang oleh pihak pemerintah hanya dapat menangani proyek infrastruktur yang hanya menguntungkan pihak asing dan pemilik modal
Data yang didapatkan adalah bahwa perusahaan tahu-tempe mengalami penurunan omset, akibat rupiah menurun. Untuk saat ini, kebutuhan konsumsi kedelai di Indonesia mencapai 2,5 Juta ton. Dan target produksi kedelai Indonesia adalah 1,34 Juta ton. Dan Indonesia harus mengimpor sekitar 62 sampai 72 persen. Hal tersebutlah yang membuat pengusaha tahu tempe kewalahan menghadapi melemahnya nilai tukar rupiah.
Proyek Infrastruktur yang sudah dirancang oleh pihak pemerintah hanya dapat menangani proyek infrastruktur yang hanya menguntungkan pihak asing dan pemilik modal, yang mempunyai modal semakin naik pangkat, dan yang tidak ada modal semakin melarat. Dan proyek ini tidak dapat menyerap tenaga kerja, yang terjadi adalah yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin, inilah yang disebut dengan konsep neoliberalisme.