Sahabat VOA-Islam...
Apa yang terjadi dengan nurani pejabat kita? Di saat rupiah terjun bebas ke dalam titik nadir yang membuat ekonomi Indonesia semakin suram, tiba-tiba berita memalukan datang dari negeri Paman Sam.
Sebuah virus selfie saat kampanye Donald Trump menunjukkan dua pejabat kita tersenyum merekah di hadapan publik dunia. Tak sedikit pun insiden tersebut membuat kedua pejabat Indonesia malu ataupun menyesal, apalagi mereka menghabiskan dana rakyat untuk sekadar pamer di depan kamera hp.
Memang semua yang berhubungan dengan kampanye presiden Amerika mampu membetot jagat raya. Yah...Amerika negara adidaya yang selalu melancarkan pengaruhnya tak terkecuali kebijakan luar negerinya terhadap negara Timur-Tengah. Namun tahukan kita siapa Donald Trump?
Seperti yang kita pahami, Amerika adalah penganut sekularisme. Hal ini pun berlaku terhadap kebebasan setiap individunya untuk maju ke dalam bursa calon presiden, asalkan punya modal termasuk Donald Trump. Sebuah analisis terbaru mengungkapkan bahwa miliarder dunia, Donald Trump ternyata bukanlah orang kaya karena otaknya.
Sungguh ironi apabila kedua pejabat tersebut betindak gegabah, seolah bangga bersanding satu podium bersama si raja judi, apalagi pemandangan ini terjadi di saat bangsa Indonesia mengalami kelesuaan ekonomi
Trump menjadi miliarder karena warisan. Seperti dikutip dari VOX, Senin (7/9/2015), analisis itu menyebutkan, Trump akan tetap jadi seorang miliarder meskipun dia tak pernah sukses di bisnis real estate. Warisan dari ayahnyalah yang membuatnya menjadi seperti ini. Dalam Jurnal Nasional, reporter S.v, Date mencatat pada 1974, kerajaan bisnis real estate milik ayah Trump senilai US$ 200 juta.
Trump sendiri adalah anak pertama dari 5 bersaudara, yang saat itu punya porsi warisan senilai US$ 40 juta. Donald adalah seorang yang rasis terhadap para imigran dan anti Islam. Parahnya, Donald memiliki sebutan si raja judi, pemilik kasino lengkap dengan hiburan malam, sexy dancer, minuman keras dan wanita penghibur.
Donald berkilah dia mampu menjadi presiden dengan kemampuannya di dunia pasar bisnis internasional. Sungguh ironis apabila kedua pejabat tersebut bertindak gegabah, seolah bangga bersanding satu podium bersama si raja judi.
Apalagi pemandangan ini terjadi di saat bangsa Indonesia mengalami kelesuan ekonomi. Di manakah akal mereka? Apakah pantas mereka disebut wakil rakyat yang katanya intelektual? [syahid/voa-islam.com]
Kiriman Anastasia
(Alumni Pendidikan Bahasa Jerman UPI Bandung)
editor: RF