Sahabat VOA-Islam...
Kembali dengan berdalih kepada HAM, para pegiat HAM menuntut dengan gencar kepada Negara untuk mengambil inisiatif meminta maaf dan bertanggung jawab terhadap apa yang di klaim sebagai pelanggaran HAM pasca G30SPKI terus dilakukan, hal ini menunjukkan adanya indikasi untuk memutarbalikkan fakta sejarah seakan –akan PKI adalah korban, sementara para pelanggaran adalah tentara, umat islam dan ulama.
Banyak fakta sejarah yang sebenarnya menjadi korban adalah umat islam dan tentara, salah satu peristiwa berdarah yang terjadi di pondok pesantren al –jauhar desa konigoro Kediri, pada tanggal 13 Januari 1965, saat 127 peserta pelatihan mental pelajar islam Indonesia ( PII ) membaca Al-qur’an dan bersiap sholat subuh, tiba-tiba sekitar 1000 orang anggota PKI dengan membawa berbagai senjata menyerbu, mereka masuk mesjid, mengambil Al-qur’an, kemudian melemparkannya ke halaman mesjid dan menginjak-nginjaknya dan mengaiaya para pengasuh pondok.
...puluhan juta jiwa umat Islam di berbagai wilayah seperti Uzbekistan, Tajikistan, checnya yang di caplok uni soviet dibantai dengan keji. Partai komunis uni soviet demi ideologinya telah membunuh 61 juta orang
Keganasan partai beridiologi komunis ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Dunia juga mencatat puluhan juta jiwa umat Islam di berbagai wilayah seperti Uzbekistan, Tajikistan, checnya yang di caplok uni soviet dibantai dengan keji. Partai komunis uni soviet demi ideologinya telah membunuh 61 juta orang.
Harus di waspadai meskipun sudah bangkrut dan tidak laku lagi ideologi komunis tidak akan pernah mati selama pengusungnya masih ada. Dan kebangkitan idiologi komunis bukan isapan jempol belaka. Kalau kita melihat pada fakta sekarang munculnya kembali idiologi komunis di ungkap dari beberapa indikasi yang ada, seperti yang yang di ungkapkan oleh ormas islam diantaranya adanya tuntutan pencabutan TAP MPRS No XXV/1966, penghapusan sejarah penghianatan PKI dalam sejarah Indonesia, hal ini menunjukkan semakin jelas untuk pemutar balikkan fakta sejarah bahwa PKI adalah korban.
Dalam Negara liberal seperti ini, bermunculan situs dan buku-buku yang mengajarkan atheis yang menjadi pemikiran penting idiologi ini, termasuk buku bografi tokoh –tokoh komunis seperti aidit dan muso, tentunya dengan pemikiran yang merusak, pada tahun 2002 terbit sebuah buku berjudul “Aku bangga menjadi anak PKI" yang isinya memberi kesan humanistik bahwa PKI itu tidak berbahaya.
Bukan hanya itu saja, aliran sesat , penistaan agama akan terus berkembang termasuk tidak memiliki agama pun tidak menjadi masalah, karena itu adalah tabiat system demokrasi kapiptalisme yang lahir dari rahim sekuler, semua menjadi bebas tanpa batas yang akhirnya membuat semakin rusak tatanan kehidupan individu, masyarakat dan Negara.
Hal ini akan terus terjadi akibat di tengah –tengah umat islam tidak ada lagi Negara khilafah aqidah kaum muslimin, menjaga darah kaum muslimin , menjaga dan memelihara pemikran umat islam dari semua idiologi yang merusak termasuk komunis, karena itu perjuangan penegakkan khilafah merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan agar tatanan kehidupan generasi muda dan masyarakat dapat terjaga. Karena khilafah merupakan kewajiban dari syariah islam yang pastinya membuat ini akan terlindung dari kekejaman musuh-musuh Islam