Sahabat VOA-Islam...
Ilmu Pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam kehidupan. Tetapi ilmu pengetahuan sendiri memiliki berbagai macam keterbatasan dalam penerapannya. Ilmu alam hanya bisa digunakan untuk mengetahui, mengukur, dan mencari tahu sebab-sebab dari suatu fenomena atau objek ilmiah. Tetapi ilmu pengetahuan tidak dapat melawan kehendak alam.
Ilmu pengetahuan dapat mengetahui bagaimana proses terjadinya hujan, tetapi sama sekali tak dapat menurunkan atau menghentikan hujan itu sendiri. Betapa angkuhnya ilmu pengetahuan saat ini, yang selalu berbicara paling depan mendahului wahyu Ilahi, seakan-akan bisa menyelesaikan semua masalah dalam kehidupan ini.
Bisa kita lihat seberapa mahalnya teknologi hari ini. Sampai saat ini, Riau masih diselimuti dengan kabut asap yang sangat tebal sehingga menimbulkan banyak masalah kehidupan. Oleh karenanya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggalangkan anggaran 3-4 Miliar per harinya untuk membuat hujan buatan selama 60 hari. Tetapi, apa daya manusia yang lemah, tak dapat mengalahkan kehendak alam, yang akhirnya tak ada jaminan sedikit pun hujan turun untuk menghilangkan tebalnya kabut asap.
Itulah angkuhnya ilmu pengetahuan hari ini, berbicara paling depan tetapi tak dapat menyelesaikan masalah di barisan depan. Kekeliruan kaum Muslimin hari ini, mereka lupa bahwa dunia ini ada yang menciptakan, ada yang memiliki, ada yang menggenggam, dan ada yang menghendaki. Kita telah meletakkan wahyu samawi di bawah akal manusia, yang penuh keterbatasan, kekeliruan, dan kesalahan.
Tetapi fakta berbicara sebaliknya, aqidah muslimin hari ini belum sepenuhnya tunduk dan patuh kepada syari’at Allah. Ketika kita mendengar hadits bahwa Nabi memerintahkan kita untuk makan sambil duduk, kita acuh tak acuh. Namun ketika ilmu pengetahuan membuktikan bahwa hal itu baik untuk kesehatan, kita kita sangat antusias melakukannya.
Pun demikian dengan perintah sholat di waktu sepertiga malam terakhir. Kita mengetahui betapa banyak dan melimpahnya keutamaan serta pahala dari ibadah tersebut. Tetapi tak satu malam pun kita lewati dengan sholat di sepertiga malam terakhir. Kita justru melakukannya ketika ilmu pengetahuan mengungkap manfaat dari sholat malam dari segi kesehatan. Dengan ini, aqidah kita telah runtuh di bawah ilmu pengetahuan.
Islam bukanlah agama yang anti ilmu pengetahuan. Bahkan Islam adalah satu-satunya agama yang selalu sesuai dengan ilmu pengetahuan
Islam bukanlah agama yang anti ilmu pengetahuan. Bahkan Islam adalah satu-satunya agama yang selalu sesuai dengan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa minum dengan keadaan duduk jauh lebih baik dari pada dalam keadaan berdiri. Dan ini telah diajarkan oleh suri tauladan kita (Nabi Muhammad SAW) sekitar 14 abad yang lalu, tetapi ajaran beliau sangat sesuai dengan ilmu pengetahuan hari ini.
Dalam Islam menuntut ilmu sangat diprioritaskan dan menjadi sebuah kewajiban bagi setiap muslim di muka bumi. Sebagaimana yang pernah dikatakan Nabi Muhammad SAW, “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan muslim perempuan” (HR. Ibnu Abdil Barr). Hadits ini menjadi dasar dari wajibnya menuntut ilmu bagi setiap muslim.
Bahkan dalam Al-Quranul Karim, ratusan ayat di dalamnya menyuruh manusia berpikir dan memuliakan akal. Menggambarkan betapa pentingnya ilmu pengetahuan dalam pandangan Islam.
Namun demikian, Islam tidak sekali-kali menuhankan ilmu pengetahuan, menjadikan ilmu pengetahuan sebagai penentu keselamatan manusia, dan menjadikan ilmu pengetahuan sebagai sumber petunjuk dalam membuat sebuah pilihan.
Lemahnya ilmu pengetahuan tak dapat mengatahui semua yang Allah ketahui. Karena alam semesta ini milik Allah, dan hanya Dialah yang mengetahui segala perkara. Allah berfirman:
“Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluar-kan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab, “Allah”. Maka katakanlah, “Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)”” (QS. Yunus : 31).
Jadi mana yang kita pilih? Kelemahan atau kesempurnaan? Hasil sementara atau janji yang jelas-jelas sudah pasti? Pertanyaan-pertanyaan yang hanya dapat dijawab oleh mereka yang memuliakan akal.
Semoga kita selalu menjadi muslim yang selalu taat pada sebuah kebenaran dari Allah, juga kepada perkataan Nabi yang senantiasa terbimbing oleh wahyu Allah. Karena tiada sebuah kebe-naran kecuali yang datang dari-Nya. [syahid/voa-islam.com]
Penulis: Irfan Saeful Wathon
(Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi, dan Pengurus DKM Ulul Abshor Unpas)