Sahabat VOA-Islam...
Anak adalah dambaan setiap orang tua. Tetapi menjaga anak, tidak semudah yang kita bayangkan. Sebab, sekarang banyak berita yang pelaku dan korbannya adalah anak-anak. Mulai dari kekerasan pada anak yang dicekoki narkoba, pembunuhan, pencurian, pacaran, menjual diri, sampai aborsi. Sungguh miris, lingkungan sekarang benar-benar tidak ramah untuk anak. Sebagai orang tua, tentu kita sangat khawatir dengan nasib anak-anak kita nantinya.
Jika kita amati, kondisi lingkungan semakin hari semakin rusak. Ini terlihat dari perilaku anak usia remaja kita sekarang, diantara cirinya: terbuka, ekspresif, instan dan nyandu (teknologi HP, games, social media). Hidup mereka juga tidak lepas dari food, fun, dan fashion. Dampaknya, anak-anak SD sekarang pun sudah mengenal rokok, narkoba, pacaran, adegan-adegan porno, juga hafal lagu-lagu cinta. Ditambah lagi, kebanyakan orang tua cenderung sibuk bekerja hingga melupakan kewajibannya memberi kasih sayang ataupun perhatian pada anak-anaknya. Sulitnya mencari sesuap nasi pun telah menjadikan para orang tua ‘abai’ menuntut ilmu Islam untuk dirinya juga untuk anak-anaknya.
Sesungguhnya penyebab makin rusaknya generasi muda kita tidak lain akibat faham liberalisme sekulerisme. Faham yang lahir dari ideology kapitalisme tersebut masuk melalui media-media, baik media elektronik maupun media massa. Setiap hari anak-anak remaja kita pun di‘cekoki’ tayangan-tayangan yang menggerus aqidah dan moral mereka. Sehingga tidak aneh jika mereka lupa dengan Tuhannya dan meninggalkan sholatnya. Dalam benak mereka yang ada hanya fun. Fun bergaul dengan teman-temannya, fun menonton film, fun mendengarkan musik, juga kesenangan-kesenangan lainnya yang sifatnya sesaat.
Itulah yang terjadi jika system kapitalisme diterapkan di negeri ini. Kerusakan demi kerusakan akan terus muncul bila system ini terus dibiarkan berjalan. Tidak hanya kerusakan generasi muda tapi juga kerusakan keluarga. System kapitalis juga telah menjadikan para orang tua sulit mendapat pekerjaan yang layak. Sebagian besar sumber daya alam Indonesia yang melimpah telah ‘dijarah’ asing. Sehingga menjadikan lapangan pekerjaan susah didapat.
Kondisi di atas akan berbeda jika system Islam yang diterapkan. Notabene, system Islam adalah system yang berasal dari Sang Pencipta yang mengerti akan makhlukNya. Sehingga ketika system ini diterapkan akan membawa rahmat tidak hanya bagi manusia tapi juga semesta alam.
Dalam Islam, system pendidikannya mencetak anak-anak menjadi manusia yang berkepribadian mulia, yakni insan yang berkepribadian Islam. Kepribadian ini akan nampak dari pola pikir dan pola sikapnya. Tidak hanya itu, system pendidikan Islam juga menjadikan setiap anak dapat memiliki keahlian tertentu yang diinginkannya. Akhirnya orientasi hidupnya adalah untuk kemajuan umat Islam dan agamanya. Hidupnya akan diliputi kebahagiaan karena tujuan hidupnya semata-mata meraih ridha ilahi.
Selain itu, dalam system Islam, Islam telah menjadikan negara sebagai penanggung jawab penuh urusan pembiayaan pendidikan dan kesehatan. Sehingga ketika seorang kepala keluarga bekerja, maka penghasilannya diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan pokok saja (sandang, pangan, papan). Seorang kepala keluarga tidak akan dipusingkan dengan biaya pendidikan anaknya maupun biaya kesehatan jika keluarganya sakit. Para istri pun juga akan lebih terjaga kehormatannya. Karena mereka tidak harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Dan mereka akan bisa lebih fokus mendidik anak-anaknya.
Di dalam Islam, system sosialnya didasari ketakwaan individu. Kontrol masyarakat terjalin penuh. Sehingga ketika terjadi pengabaian terhadap hukum Islam, akan ada yang saling mengingatkan. System pemerintahan dalam Islam juga benar-benar menegakkan hukum dengan seadil-adilnya. Sehingga tidak akan ada lagi kasus main hakim sendiri dikarenakan tidak percayanya rakyat pada hukum.
Untuk itu, ketika Sistem Islam diterapkan, maka dunia akan menjadi ‘ramah’. ‘ramah’ untuk anak-anak, remaja juga para orang tua. Para orang tua pun tidak akan khawatir dengan pergaulan anaknya. [syahid/voa-islam.com]
Kiriman Khusnul Hidayati (Ibu Rumah Tangga di Blitar, Jawa Timur)