Oleh: Ridwan Bukhori
Sudah menjadi kesepakatan anak bangsa bahwa pancasila merupakan dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Seluruh lima Sila dalam pancasila siapapun anak bangsa di Negeri ini baik dari sabang sampai merauke harus suka dan mampu melaksanakan sila-sila tersebut yang diiringi akan toleransi beragama dan harus paham akan “Bhineka Tunggal ika“.
Secara nalar logika awan, orang yang mampu mengamalkan dan harus mampu memberi panutan kepada anak bangsa di Negeri ini dalam mengamalkan pancasila adalah mereka-mereka yang menjadi pemimpin di Negeri ini mulai dari Presiden samapai ke pemimpin tingkat RT. Memang seharusnya mereka begitu dan mampu mengamalkan mulai dari sila pertama dengan benar hingga mampu mengamalan sila kelima.
...ternyata mereka-mereka yang disebut pemimpin terutama yang berada di pusat pemerintahan telah menampakan dengan jelas penyimpangan-penyimpangan diantara sila-sila dalam pancasila
Tetapi pada kenyataan seperti apa yang kita lihat saat ini, ternyata mereka-mereka yang disebut pemimpin terutama yang berada di pusat pemerintahan telah menampakan dengan jelas penyimpangan-penyimpangan diantara sila-sila dalam pancasila, salah satu contohnya seperti yang kita tahu bersama, sengajanya dilakukan pemecahan antara pemimpin partai, seperti pecahnya PPP dan GOLKAR. Okelah “itukan politik” , tetapi proyek atau rencana adu domba sangat tidak sesuai dengan sila ketiga yaitu “Persatuan Indonesia”.
Kondisi seperti sekarang ini yang sangat membingunkan masyarakat adalah masih banyak nya uang negara yang dirampok oleh para koruptor. Padahal mereka sebelumnya menduduki jabatan dan telah disumpah diantaranya “ berbakti kepada bangsa dan negara juga mengamalkan pancasila”.
Tetapi pada kenyataanya ternyata mereka merupakan sekumpulan perampok yang bersatu menjarah uang negara. Coab kita bayangkan mereka terlalu berani bahkan sangat berani , padahal mereka telah disumpah, kemudian adanya hukum , aparat kepolisian dan KPK. Kenapa mereka tetap berani? Ada apa dengan semua ini?
Dan masih banyak sangat banyak hal-hal yang menyimpang yang dilakukan para pejabat di Negeri ini sehingga sangat tampak “ Pancasila” sebagai dasar negara hanya mereka jadikan simbol yang tidak memiliki arti apa-apa.
Perjuangan yang sangat panjang untuk negeri ini merdeka. Jutaan nyawa telah banyak berkorban agar negeri ini menjadi merdeka. Tetapi apa yang kita lihat saat ini, keserakahan, kerakusan, ambisi pribadi, telah mampu merusak negeri ini.
Sehingga cita-cita negeri merdeka sepertinya hanya mimpi para pahlawan kita. Pancasila sebagai dasar negara tampaknya sudah banyak dilecehkan oleh mereka yang ingin memimpin.
Pancasila telah mampu menyatukan seluruh anak bangsa, kini dan yang akan datang sudah seharusnya kita mampu menyatukan sikap yang sama, semangat perjuangan agar negeri ini mampu menjadi bangsa yang setara dengan negara-negara maju lainnya. Melalui penyatuan yang sama akan pengamalan pancsaila maka kita akan tetap mampu bersatu walaupun serangan dari berbagai arah.
Diantara pemahaman pengamalan “pancasila”, kalau yang lalu pada “piagam jakarta” ada yang dihapus. Maka pemahaman pada itu ialah harus mampu memberi arti yang lebih luas yaitu menjalakan syariat/perintah agama yang dipeluk oleh masing-masing warga negara.
Jadi dari setiap individu harus mematuhi perintah agamanya, maka perbuatan seperti korupsi , pembunuhan, LGBT, penistaan agama, dapat dihindari. Karena saya yakin dari setiap agama pasti melarang hal-hal tersebut. [syahid/voa-islam.com]