Sahabat VOA-Islam...
Sungguh menyedihkan kondisi remaja kita saat ini. Pergaulan mereka begitu bebas dan tanpa aturan. Tayangan-tayangan di televisi pun banyak memberi pengaruh negatif. Ditambah lagi dengan derasnya perkembangan informasi melalui internet/smartphone.
Mereka menjadikan budaya barat sebagai pandangan hidup. Fun, food and fashion barat adalah fokus kiblat mereka. Yang mana awalnya mereka dikenalkan dengan rokok. Diberi rokok gratis oleh temannya. Mencoba sekali rasanya pahit, tidak enak. Tapi karena gengsi, tidak mau dikatai banci, akhirnya mau lah si remaja tadi menghisap rokok.
Ditambah pula racun pemikiran dibenak mereka bahwa dengan merokok, stres akan hilang. Tidak cukup sampai di situ, minuman keras pun mulai dikenalkan. Yang awalnya gratis, lama-lama mereka kecanduan juga. Efek melayangnya yang dicari. Ketika harga minuman keras tidak terjangkau, miras oplosan jadi alternatifnya. Kemudian para remaja ini berkumpul dengan teman-temannya yang sama-sama ‘nakal’, untuk membunuh waktu, menghilangkan stres, melepaskan diri dari masalah-masalah mereka.
Di sisi lain, di tengah makin derasnya krisis moral yang menghinggapi remaja kita, terdengarlah di banyak media yang memberitakan tentang korban miras oplosan. Yang sebelumnya miras oplosan dikonsumsi oleh kalangan biasa, kini malah diminati para mahasiswa yang pastinya mereka lebih mengerti akan bahayanya. Selain itu, menurut pakar psikologi ada beberapa faktor lain yang menyebabkan miras oplosan banyak beredar. Yaitu karena faktor kesenjangan ekonomi, perilaku menentang bahayanya miras dan identitas diri, serta sebagai pelampiasan dalam menghilangkan beban pikiran.
Padahal kita ketahui, banyak bahaya dibalik miras oplosan. Diantara yang ditimbulkannya, mulai dari kerusakan hati, jantung, syaraf, dan pembuluh darah. Selain itu, alkohol dalam jumlah banyak secara permanen akan merusak jaringan otak. Alkohol juga mampu menekan pusat emosi di otak, sehingga menjadikan peminumnya menjadi anti sosial dan mudah tersinggung serta pemarah. Ketika orang mengonsumsi miras, maka mereka akan kehilangan kesadaran dan kendali atas dirinya.
Dengan terganggunya kesadaran,maka dapat memunculkan permasalahan baru. Seperti pembunuhan, pemerkosaan, kecelakaan kendaraan, dan kematian. Jakarta (ANTARA News/01/09/2013) - Gerakan Moral Anti Miras (Genam) mencatat bahwa sekitar 18.000 orang tewas setiap tahun di Indonesia akibat minuman keras. Bisa kita bayangkan, begitu banyak generasi muda kita yang akhirnya mati konyol hanya gara-gara miras. Bak pedagang di pasar yang mengobral dagangannya, generasi muda kita malah dengan rela mengobral nyawanya dengan harga ‘murah’.
Saudara-saudaraku, Allah SWT dengan tegas melarang manusia meminum minuman yang beralkohol atau khamr. FirmanNya dalam QS. Al Maidah90“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”
Selain itu,Nabi Muhammad SAW juga bersabda “Setiap yang memabukkan berarti khamr, dan setiap khamr hukumnya haram”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka sungguh amat jelas bahwa khamr itu dilarang. Karenahanya akan menimbulkan mudharat. Tinggal bagaimana masyarakat dan pemerintah memandang persoalan ini. Apakah akan dijadikan sebagai masalah yang penting untuk secepatnya diselesaikan ataukah menganggap masalah ini sebagai masalah ringan.
Untuk menyelesaikan persoalan miras, memang membutuhkan kerja sama dari pihak-pihak terkait. Terutama ketegasan pemerintah untuk menutup semua pabrik pembuat miras, menindak para penjual, pengedar dan pemakai. Selain itu, pemerintah juga harus membuka lapangan kerja seluas-luasnya untuk menampung para mantan buruh pabrik miras. Menggratiskan semua biaya pendidikan, sehingga potensi generasi muda kita dapat tersalurkan. Agar tidak ada lagi cerita-cerita tentang remaja-remaja yang putus sekolah – menjadi sampah masyarakat – gara-gara tidak mampu mengenyam pendidikan.
Langkah di atas hanyalah langkah praktis semata. Namun ketika tidak ada keseriusan dan keberanian dari pemerintah, maka langkah-langkah di atas hanya akan menjadi wacana belaka. Sebab untuk menutup pabrik miras saja, bisa jadi pemerintah akan berhadapan dengan para kapitalis besar yang akan melakukan apa saja demi mempertahankan bisnis mereka.
Sesungguhnya negeri ini sedang mengalami banyak problem berat yang menuntut secepat mungkin diselesaikan. Dan masalah miras yang notabene dianggap ‘kecil’, bisa memunculkan masalah-masalah lain jika tidak disikapi dengan benar. Jika kita mau jujur, persoalan-persoalan yang muncul di negeri ini sejatinya disebabkan karena penerapan system kapitalisme. Yang mana system ini mendewakan aturan buatan manusia dalam mengatur kehidupan. Dan karena berasal dari akal manusia yang sifatnya terbatas, tentu aturan ini sangat rapuh. Sebab memungkinkan bagi siapapun untuk melanggarnya. Lihat saja, banyaknya kasus hukum yang menjerat para pejabat pemerintahan. Itu sudah cukup membuktikan bahwa system kapitalisme memang rawan dengan kecurangan-kecurangan.
System kapitalisme juga menjadikan para pemilik modal dengan mudahnya mendirikan bisnis sekalipun bisnisnya berdampak buruk untuk lingkungan. System ini pun memiskinkan rakyat Indonesia karena pemerintah telah memberikan pengelolaan sumber daya alam pada pihak swasta ataupun negara-negara asing. Jadi masihkah kapitalisme layak memimpin negeri kita?
System Islam telah membuktikan kesempurnaan aturannya dalam mengatur kehidupan manusia. Sistem ini pernah memimpin dunia selama 13 abad. Dan selama itu pula, kesejahteraan umat manusia terjamin seluruhnya. Tidakkah kita merindukan hidup sejahtera seperti umat terdahulu? Jika kita menginginkan kemakmuran hidup dirasakan oleh kita dan anak cucu kita nanti, tentu tidak ada pilihan lain bagi kita untuk kembali kepada aturan Allah.
Semoga Allah mengampuni dan menerima taubat kita akan kesalahan yang sudah terjadi; serta kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran akan bahaya miras. [syahid/voa-islam.com]
Ilma Kurnia Pangetuti Mahasiswa di Blitar, Jawa Timur