View Full Version
Rabu, 29 Jun 2016

Sinergitas Keluarga dan Sekolah dalam Pendidikan Anak

Oleh: Adi Permana Sidik, S.I.Kom., M.I.Kom

(Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Sangga Buana dan FISIP Unpas)

Baru-baru ini dunia pendidikan dikagetkan dengan berita seorang Guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) swasta di Sidoardjo, Jawa Timur, bernama Samhudi (45). Samhudi dilaporkan ke polisi dan diseret ke Pengadilan Negeri Sidoarjo atas dugaaan penganiyaan. Hal itu dilakukan karena Samhudi yang merupakan guru matematika ini mencubit siswa karena tidak mengikuti salat berjamaah.[1]

Sebulan sebulannya, seorang guru Biologi bernama Nurmayani harus merasakan pengapnya sel jeruji di Rumah Tahannan Klas II Bantaeng, Sulawesi Selatan, karena mencubit dua muridnya yang bermain air sehingga cipratannya mengenai Nurmayani yang hendak melaksanakan salat duha.[2] 

Dua berita di atas, hanyalah contoh dari sekian kasus serupa yang menimpa para pendidik di Indonesia. Dua peristiwa itu tentu saja membuat hati kita miris karena guru tersebut dilaporkan hanya gara-gara mencubit anak didiknya, yang itu dilakukan dalam rangka mendidik mereka.

Tak ayal peristiwa ini cukup menarik perhatian masyarakat, tak terkecuali Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Seolah tidak setuju jika seorang guru dipenjara lantaran mencubit muridnya, Dedi Mulyadi pernah mengatakan bahwa jika anak sudak tidak mau dididik di sekolah oleh guru maka dipersilahkan anaknya dididik sendiri.

Lepas dari itu semua, dua peristiwa di atas adalah menjadi bukti bahwa belum adanya sinergitas antara keluarga dan sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan untuk anak. Paradigma berpikir dan sikap bahwa orang tua (keluarga) sudah ‘pasrah’ karena sudah menitipkan pendidikan anaknya ke sekolah, sehingga orang tua tidak mau tahu seperti apa proses pendidikan yang ditempuh anaknya, yang penting anaknya menjadi cerdas, pintar, berprestasi harus sudah dihilangkan.

Begitu juga pemahaman dan sikap sekolah dalam hal ini sebagai penyelenggara pendidikan, yang menganggap bahwa sekolah seperti ‘ladang bisnis’ untuk meraup keuntungan finansial sebanyak-banyaknya melalui biaya pendidikan anak, tanpa memperhatikan bagaimana sekolah memberikan pelayanan pendidikan yang berkualitas, juga harus dihilangkan.  

Sejatinya, keluarga dalam hal ini utamanya orang tua, dan sekolah yang dalam ini merupakan tempat anak mendapatkan pendidikan, haruslah bersinergi. Sinergitas ini akan sangat membantu dalam keberhasilan mendidik anak. Bagaimana sinergitas yang harus dibangun antara keluarga dan sekolah?  

Salah satunya adalah sekolah harus rutin melakukan pertemuan dengan orang tua. Apakah itu per satu pekan, dua pekan, per satu bulan atau dua bulan, yang pasti pertemuan itu rutin. Sifat pertemuannya, bisa sekolah mengundang orang tua ke sekolah.

Jika orang tua siswa sulit untuk datang ke sekolah dengan berbagai alasan, maka sekolah yang harus berkunjung ke rumah orang tua siswa agar dapat melakukan pertemuan. Dalam pertemuan itu pihak sekolah dapat memberikan pemahaman bahwa sekolah bukanlah satu-satunya tempat untuk ‘menghasilkan’ anak yang sukses baik dibidang akademik maupun perilaku, akan tetapi ada juga peran lingkungan, dan utamanya adalah keluarga.

Juga orang tua harus mengerti, paham dan tidak punya prasangka buruk kepada sekolah, bahwa ketika sekolah, melalui guru-gurunya ketika memberikan hukuman kepada anaknya dalam berbagai bentuknya asal tidak bertentangan dengan Undang-Undang Negara maupun Agama, percayalah itu dilakukan dalam rangka memberikan pendidikan kepada anak. Sehingga tidak akan ada lagi berita seorang guru dilaporkan ke polisi gara-gara memberikan sanksi atau hukuman kepada anak didiknya.

Jika sudah ada sinergitas yang baik antara keluarga dan sekolah maka menghasilkan anak-anak yang cerdas, kreatif, berkarakter, jujur, disiplin, punya jiwa sosial tinggi serta religius, yang dikemudian hari akan menjadi para pemimpin bangsa ini, bukanlah sesuatu yang mustahil. Ingat, anak adalah investasi yang paling berharga bagi sebuah bangsa.    

 

 

[1] http://daerah.sindonews.com/read/1120287/23/cubit-anak-tentara-guru-matematika-dilaporkan-ke-polisi-1467098526

[2] http://www.kiblat.net/2016/05/18/hendak-shalat-dhuha-guru-tersiram-air-oleh-murid-murid-dicubit-guru-dibui/


latestnews

View Full Version