Sahabat VOA-Islam...
Beberapa waktu terakhir, setidaknya ada 3 permasalahan yang sering diperbincangkan masyarakat. Pertama, masalah kemacetan yang sangat parah saat mudik. Kedua, masalah harga-harga kebutuhan yang tak terkendali. Ketiga, masalah vaksin palsu. Ketiga permasalahan ini menunjukkan lemahnya perencanaan, antisipasi dan pengawasan dari Pemerintah.
Kemacetan parah saat mudik dan harga-harga yang tak terkendali merupakan cerminan dari buruknya perencanaan dan antisipasi pemerintah. Budaya mudik bukannya baru satu dua kali dilakukan, tapi aktivitas itu selalu dilakukan setiap tahun. Kemacetan parah harusnya tidak ikut menjadi budaya yang selalu terjadi ketika mudik lebaran. Ia harusnya bisa diminimalisir dengan perencanaan dan antisipasi yang baik. mulai dari pembangunan jalan tol, fasiitas pendukung seperti rest area, fasilitas mck, pom bensin dan lainnya. Kemacetan juga bisa diminimalisir dengan memprediksi puncak arus mudik dan volume kendaraan berdasarkan data tahun-tahun sebelumnya. Harusnya semuanya bisa disimulasikan dengan berbagai scenario dan kondisi dari jauh-jauh hari. Sayangnya, hal ini belum terihat dari pemerintah karena faktanya tahun ini 13 orang meninggal di tengah kemacetan mudik.
Dalam kasus harga-harga bahan pokok dan daging yang tidak terkendali. Memang, Presiden menyatakan bahwa harga daging akan dikontrol tidak lebih dari 80 ribu per kg. Nyatanya, hal ini tidak terwujud. Pemerintah berpikir harga daging bisa dikontrol dengan mendatangkan daging beku dari luar. Faktanya, masyarakat enggan membeli daging beku dan lebih memilih daging segar. Seharusnya, pengendalian harga yang baik bisa dilakukan dengan pengendalian dan manajemen stok logistic. Merencanakan dan mengatur dengan baik pra produksi, produksi hingga distribusi bahan pokok dan daging. Ini tentu saja dilakukan jangka panjang dan melibatkan berbagai pihak.
Belum lagi kasus peredaran vaksin palsu yang ternyata sudah ada sejak tahun 2003. Hal ini menunjukkan kegagan pemerintah untuk memberikan dan menjamin pelayanan kesehatan yang baik dan aman bagi masyarakat. Bahkan negara dianggap membiarkan peredaran vaksin palsu karena sudah ada kasus sejak tahun 2003 tapi sampai tahun 2016 belum juga hilang.
Ketiga masalah ini menyadarkan kebutuhan akan sosok pemimpin yang bertakwa. Pemimpin yang bertakwa akan selalu memperhatikan urusan dan kemashlahatan rakyatnya. Karena ia takut akan pertanggung jawabannya di hari Kiamat dan takut rakyat yang akan menuntutnya jika melalaikan dan mendzalimi rakyat.
Pemimpin yang bertakwa pun akan memilih Islam sebagai aturan yang diterapkan. Karena Islam memiliki aturan yang lengkap, yang bisa menjamin pemenuhan kebutuhan pokok dan kebutuhan dasar seluruh manusia. Semoga segera hadir pemimpin yang bertakwa di tengah-tengah kita yang akan menerapkan syari’at islam secara kaffah. Wallahu’alam bish shawab. [syahid/voa-islam.com]
Kiriman Fatimah Az-Zahra