View Full Version
Kamis, 29 Sep 2016

Memaknai Idul Adha Agar Tak Lekang Waktu

Oleh: Siti Aisyah_Guru RA (Raudhathul Athfal)

Allahu Akbar, Allahu akbar Allahu Akbar, Kumandang takbir membahana di setiap sudut negeri kaum muslim, dari desa sampai kota seolah sahut menyahut tiada henti. Hal ini menunjukkan bahwa kaum muslimin begitu semangat dan antusias dalam menyambut Idul adha atau disebut juga Id kurban ini.  Melafalkan kalimat takbir inipun menjadi bukti keyakinannya kepada Allah sebagai zat yang maha Besar dan Agung.

Namun bukan hanya kumandang takbir yang membahana  di momentum Idul adha ini.  Idul Adha ini  adalah satu momentum yang mengingatkan kita sebagai muslim bagaimana kita menjadikan diri kita dan hawa nafsu kita senantiasa tunduk dan patuh kepada ajarannya. Inipun adalah momentum untuk menjadi bagian dari orang yang selalu yakin bahwa setiap apapun perintah Allah dan larangan Allah  merupakan ketetapanNya pasti yang terbaik. Kesimpulannya, memaknai Idul Adha berarti  kita menjadi manusia yang mau menerapkan aturannya, dan itu kapanpun dan dimanapun kita berada. Kitapun menjadi hamba yang selalu berhusnuzdzan atas ketetapannya.

Idul Adha ini  adalah satu momentum yang mengingatkan kita sebagai muslim bagaimana kita menjadikan diri kita dan hawa nafsu kita senantiasa tunduk dan patuh kepada ajarannya

Makna Idul adha seperti dijelaskan di atas, sejatinya bukan hanya ada di bulan Dzulhijjah saja tetapi hakikatnya harus sepanjang hayat, sehingga tak lekang  oleh waktu. Hal ini sebagaimana firman Allah Surat Adz Dzariyat ayat 56 bahwa “Tidaklah kami menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah”. Dan ibadah itu bukan hanya ketika  di bulan dzulhijjah,  tapi kapannpun dimanapun kita diperintahkan taat pada Allah. 

Ada  2 (dua) peristiwa besar yang terjadi pada bulan Dzulhijjah ini yaitu  ibadah haji dan  ibadah kurban. Dari dua peristiwa ini kita bisa melihat gambaran bahwa manusia akan dituntut untuk mengikuti arahan Allah SWT.Pertama,  ibadah haji yang mengajarkan tentang persamaan arahan.  

Misalnya dalam  ibadah haji,  orang dari latar belakang apapun, seberapa besarpun kekayaanya orang yang beribadah haji harus memakai baju yang sama, tatacara ibadah yang sama dan memohon kepada Tuhan yang sama. Dan ini menjadi simbol bahwa harta jabatan bukan nomor satu tapi yang jadi ukurannya apakah mematuhi dan mentaati aturannya. Kedua, ibadah kurban mengajarkan kepada kita bahwa ketika Allah swt memberikan rizki kepada kita, rizki tersebut harus didapatkan dan dikeluarkan untuk menjalankan perintah Allah. Hal ini mengajarkan kita agar tidak menikmati kenikmatan harta sendiri tapi belajar untuk berbagi bersama orang lain.

Terakhir, mari kita jadikan momentum Idul adha ini untuk kita selalu ridha dan patuh terhadap ketetapanNya dan selalu yakin bahwa ketetapan Allah pasti yang terbaik untuk kita dan semua makhlukNya. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version