Sahabat VOA-Islam...
Pemilik Padepokan Kanjeng Dimas di Probolinggo, Jawa Timur, Kanjeng Dimas Taat Pribadi (46), menghebohkan jagat pemberitaan nasional karena aksi penipuannya yang berkedok penggandaan uang. Akibat ulahnya, Kanjeng Dimas bisa mendapatkan uang puluhan miliar rupiah dengan cara mengkomersialkan kemampuannya dalam bentuk bisnis multilevel marketing (MLM).
Jika kita mengetik nama Kanjeng Dimas Taat Pribadi di Youtube, akan bermunculan berbagai video yang merekam aksinya “menggandakan” uang. Dalam setiap aksinya, Kanjeng Dimas duduk di sebuah kursi menghadap para pengikut-pengikutnya. Mengenakan jubah putih, pria berbadan tambun itu mulai membacakan rapalan-rapalan.
Setelah selesai, Kanjeng Dimas mulai beraksi seolah-olah bisa menggandakan uang. Kedua tangannya mengambil tumpukan uang dari belakang tubuhnya. Uang tersebut kemudian dilempar ke depan para pengikutnya. Ribuan lembar uang Rp100 ribu dan Rp50 ribu menumpuk di lantai rumah tempatnya beraksi.
Begitulah aksi kanjeng Dimas yang telah melakukan "sulapannya" menggandakan uang. Disisi lain banyak korban telah dirugikan secara materi, ada yang sampai menggadaikan rumah, tanah, kendaraan dan sebagainya yang jumlahnya tidak sedikit.
Belum lagi kasus Gatot Brajamusti yang sedang tertimpa masalah yang sangat besar. Ia harus berurusan dengan hukum karena tindak penyalahgunaan narkoba dan juga kepemilikan senjata api ilegal. Gatot pun dimungkinkan dijerat dengan pasal berlapis.
Belum lagi istrinya, Dewi Aminah yang juga tertangkap narkoba bersama dengan dirinya. Tentu ia harus berpikir keras karena bakal mengeluarkan nominal dengan jumlah yang sangat besar selama kasus ini berjalan.
Aqidah Ummat Sedang Krisis
Percaya akan takhayul, lebih memilih jalan praktis dan cepat untuk mendapatkan uang itulah gambaran ummat saat ini. Jalan singkat dicari walaupun harus mengorbankan harta benda. Bermunculanlah sosok yang dielu-elukan menjadi pemimpin. Sosok ini dipercaya dapat dijadikan panutan untuk membuat harta lebih banyak. Dimulailah bergabung dengan mengamalkan banyak amalan yang mengatasnamakan Islam. Shodaqoh yang diluar nalarpun dijalankan. Sampai harus menjual harta benda yang dimiliki.
Ada juga yang bergabung dengan padepokan semacam ini karena butuh ketenangan jiwa. Lewat perantaraan jin, sang pemimpin padepokan mengeluarkan amalan-amalan dzikir yang harus ditempuh agar menjadi tenang. Akidah Islam merupakan harta yang tak ternilai harganya bagi seorang Muslim.
Sebab, ia adalah pangkal dari seluruh keluhuran dan kebajikan. Atas dasar itu, Allah dan Rasul-Nya telah mewajibkan seorang Muslim untuk menjaga akidahnya dengan sungguh-sungguh dalam keadaan dan kondisi bagaimanapun. Pencemaran aqidah harus diwaspadai, karena kotoran perusak aqidah bisa masuk lewat apapun pada zaman ini. Percaya akan jin dan manusia yang mampu menanggulangi masalah manusia termasuk dalam pencemaran aqidah ummat.
Sekulerisme dan Liberalisme
Sekularisasi dan liberalisasi di dunia Islam tidak hanya merusak kehidupan dan struktur sosial kaum Muslim, lebih jauh dari itu keduanya juga mengubah mainstream berpikir mayoritas umat Islam. Betapa tidak, Rasulullah dulu sebagai kepala negara sangat menjaga Aqidah rakyatnya. Berhala dan thogut hancur rata dengan tanah adalah bukti penjagaan aqidah dari kesyirikan.
Sikap ridho dengan rejeki yang Allah berikan akan membawa keberkahan. Sementara ketamakan akan berujung pada bencana. Percaya bahwa hanya Alloh yang berkuasa memberikan rejeki adalah keharusan bagi seorang muslim. Wallohua'lam bi sshowab. [syahid/voa-islam.com]
Kiriman Nina Amelia