Sahabat VOA-Islam...
Waktu berjalan beriringan dengan berkembangnya para ilmuan yang memberikan sumbangannya terhadap ilmu pengetahuan modern, dan dari berbagai penelitian-penelitian yang membuahkan ilmu pengetahuan ini, tentu sangatlah berguna untuk mendukung kemajuan pada pembangunan aspek keilmuan, politik, dan teknologi untuk era modern saat ini.
Namun, dari semua hasil penemuan-penemuan yang sangatlah berharga ini, tentu saja ada faktor lain yang menciptakan suatu karya indah tersebut, sehingga para ilmuan telah menemukannya, dan katakan sebagai penemu karya indah tersebut, bukanlah pencipta. Karena yang menciptakan suatu karya yang sangatlah berharga itu adalah Allah SWT. Dalam Firman-Nya,
“Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan kembali jasad-jasad mereka yang sudah hancur itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui”.(QS.Yaasiin(36):81)
Dengan keselarasan antara bergeraknya zaman dan pengetahuan, tidak sedikit beberapa pengetahuan yang muncul dengan memberikan argument dari sisi penolakan pengakuan sang sosok pencipta karya semesta ini yakni Allah SWT. Namun argument para ilmuan yang menyatakan bahwasannya dunia ini tercipta tanpa adanya Tuhan, memiliki sisi gelap, yang sebenarnya para ilmuan tersebut telah mengakui adanya sosok tuhan, dan dalam beberapa pengakuan, bahwa mereka adalah orang yang membenci Tuhan. Merekalah golongan orang-orang Atheis.
Sebagai contoh, diantara ilmuan modern yang memiliki intergritas tinggi, dan memiliki argument tentang ketiadaan tuhan, ia di kenal dengan nama Salman Rushdie (1947) dari belahan negara India. Shikha Dalmia dengan hasil wawancaranya dengan Salman Rusdie mengatakan,
“Tidak muncul karena semata-mata di butuhkan oleh topik yang di tulis oleh Rushdie tetapi berasal dari nalurinya; kebenciannya terhadap segala bentuk ortodksi, terutama ortodoksi agama. Meskipun ia besar dalam keluarga muslim, ia telah membuang agamanya pada usia sangat muda dan (sampai sekarang) dia masih seorang Atheis yang gigih)”.
Rushdie sedang membuat alusi tentang Nabi Muhammad SAW, dengan sengaja menghina beliau, kesucian keluarga beliau dan membuat fitnah apa yang di sebutnya ‘Ayat-Ayat Setan’. Banyak pengeritikannya menyesalkan sikap Rushdie tersebut, firnah yang ia lakukan yang pada gilirannya akan menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.
Dan orang-orang seperti ini tidak hanya muncul di luar penduduk yang menjadi minoritas islam, bahkan mulai bermunculan di negara-negara yang penduduknya mayoritas muslim. Jika di lihat pada akhir-akhir ini, di Indonesia mulai bermunculan orang-orang yang secara terang-terangan telah melakukan pelecehan terhadap Al-Qur`an dan menyakiti hati umat Islam Indonesia. Bahkan, seorang petinggi atau pejabat daerah yang seharusnya menjadi minimalnya seorang yang netral dalam menyambut agama lain walaupun dia bukanlah berasal dari agama yang ia hina itu.
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama 27 september 2016, saat menyampaikan arahan di hadapan masyarakat, telah dengan sengaja membuat suatu pernyataan yang sangat membuat marah Umat Islam saat itu dengan melakukan sebuah penistaan terhadap kitab suci Al-Qur`an, “bisa saja dalam hati kecil Bapak Ibu enggak bisa pilih saya, ya kan dibohongi pake Surat al-Maidah : 51 macem-macem itu," ujar Ahok ketika itu”. Tentu ini sangatlah jelas perlakuannya dengan menghina ayat suci Al-Qur`an dan melangggar undang-undang Pasal 156 a KUHP yang menerangkan terhadap larangan pelecehan agama. Di dalam Al-Qur`an memberikan hukuman bagi orang yang mengolok-olok islam, dalam Firman-Nya,
Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur’an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam jahannam. [An Nisa’:140].
Di berbagai media sekuler memberikan berbagai pernyataan yang memojokan umat islam, umat islam di sebut rasis, teroris, radikalis. Sesungguhnya mereka tidak sadar siapa yang sebenarnya rasis dalam beragama. Flemming Rose yang tanpa merasa bersalah karena telah menghina agama islam, mengatakan dalam bahasa lugas bahwa islam telah di terima di barat,”Anda orang islam harus siap di hina, di maki dan di perolok oleh kami (orang kristen) supaya anda bisa di terima di negara barat.” Menurut Dr. Habbib Siddiqui menunujukan betapa rendahya IQ para rasis penghujat tersebut.
Sejarah tidak pernah sepi dari tokoh dan peristiwa. Selalu saja ada tokoh yang tampil meramaikannya. Baik ia dalam posisi mewakili kebenaran. Atau sebaliknya, tampil mati-matian membela ke bathilan. Seperti itulah Allah mengkhendaki untuk membuktikan perjuangan, loyalitas, afilisasi, bahkan keimanan seseorang terhadap kebenaran itu sendiri. Wallahu A`lam. [syahid/voa-islam.com]
Kiriman Ahmad Ghozi Abdullah (Mahasiswa STEI SEBI)