View Full Version
Rabu, 26 Oct 2016

Membui Siti Fadilah Supari, Membungkam Pembocor Rahasia Para Mafia?

Oleh: Yusuf Maulana

Siti Fadillah, mantan Menteri Kesehatan, ditahan KPK. Bagi yang mengikuti kasusnya, atau sekadar mengamati rekam jejaknya, perempuan ceplas-ceplos ini sudah lama diprediksi ke arah sana. Hanya menunggu waktu yang tepat untuk dibui.

Orang boleh saja mengaitkan kesigapan KPK dengan soal (lagi-lagi) penguasa Jakarta. Semacam pengalihan isu. Tapi soal Bu Siti tidak sesederhana itu. Ini ada hubungannya dengan kekuatan yang imbangannya di atas para cukong reklamasi. Hanya momentumnya pas rezim sekarang, Bu Siti musti "diakhiri". Berkali-kali ia menjadi saksi kasus korupsi anak buahnya. Orang pun bisa saja berasumsi bahwa ia juga turut menikmati.

Siti Fadilah memang lama menggoreskan luka ke kekuatan kapitalis global. Buka-bukaannya soal mafia farmasi di balik penyebaran virus "mematikan" menohok dan membuka banyak negara. Namun ini sama artinya membuka rahasia periuk mesin perang industri farmasi global.

...Siti Fadilah memang lama menggoreskan luka ke kekuatan kapitalis global. Buka-bukaannya soal mafia farmasi di balik penyebaran virus "mematikan" menohok dan membuka banyak negara...

KPK, atau bahkan Pemerintah RI sekarang, hanyalah pion lemah. Bu Siti tak berguna apa pun. Slogan nasionalisme di kepala partai penguasa hanya simulakra dan realitas ciptaan (hiper-realitas). Tapi, bagi saya, meski Bu Siti dibui karena soal sangkaan korupsi, mungkin ada hikmahnya pada era rezim sekarang. Publik yang waras pahamlah perilaku jejaring rezim. Menuding korupsi orang lain di saat kalangan sendiri korup setali garong triliunan, semacam  teriak copet bermental Robin Hood.

Boleh jadi, ditahan dan dirusak namanya sekarang ini jauh lebih baik daripada hidup seorang Siti Fadilah tak nyaman terus selepas berseberangan dengan kekuatan "gaib" di bumi. Para sniper dan pembunuh bayaran itu paling tidak bisa  sedikit lega, sementara Bu Siti bisa menghimpun keberanian berikutnya untuk menyadarkan rakyat Indonesia. Terutama mereka yang hari ini masih terpikat realitas semu penguasa. (riafariana/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google

 


latestnews

View Full Version