Oleh: Yodhi Setiawan
(Ketua Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus Surabaya, Anggota Ikatan Mahasiswa Gresik)
Kota Gresik, Kota Santri dengan Jargon Gresik Berhias iman. Gresik kental dengan nuansa religius serta sejarah penyebaran Islam di Nusantara. Bagaimana tidak, 2 makam sunan agung ada di Kota Pudak ini. Sunan Giri dan Sunan Maulana Malik Ibrahim.
Acara acara spiritual pun tak jarang diadakan di Kota industri ini. Namun, kini Kota Gresik kembali dinodai dengan adegan tak senonoh dari komunitas pemudanya yang masih lemah imannya. Pemuda yang menjadi hasil dari sistem pergaulan sekuleristik dan hedonis.
Bagaimana tidak, di tengah kota 'berhias iman', dihadirkan kontes tarian striptis yang merusak dan menyalahi aturan namun dibiarkan terlaksana.
Ini bukanlah kejadian yang pertama, ada banyak konser serupa yang digelar dibeberapa daerah di gresik dengan mengundang Orkes Musik yang menyajikan acara tak senonoh. Tidak hanya itu, fenomena warung pangkon di Bumi Wali ini begitu memprihatinkan. Hal ini tentu tidak boleh dianggap masalah remeh, justru disisi inilah salah satu penentu moral remaja dan masyarakat gresik.
Sungguh miris kita mendengarnya. Kejadian ini menjadi tanggung jawab kita bersama, terlebih yang harus bertanggung jawab adalah pemerintah daerah. Ya, Pemerintah daerah dan pemberi kebijakan.
Setidaknya ada tiga faktor yang membuat liberalisasi yang menyasar remaja marak.
*PERTAMA*, bangsa kita hari ini tumbuh dalam pola pikir sekuleristik, agama hanya dianggap sebagai pelengkap, bukan pedoman hidup sebagaimana mestinya. #Ironis
*KEDUA*, karena asas negaranya sekulerisme maka banyak pihak merasa sah saja membuat karya yang berorientasi seksual, film, lagu, bacaan, dsb. Lihat saja sinetron untuk remaja dan anak-anak selalu ada bumbu percintaan, berpelukan, atau keintiman. #Miris
*KETIGA*, Pemerintah abai terhadap realita ini. Nyaris tak ada tindakan preventif untuk keamanan moral remaja. Pemerintah pun tak cukup hanya bersifat responsif. (Jika ada kasus baru ditangani). Namun, juga harus proaktif dan progresif melalui berbagai program untuk melindungi Aqidah umat. Jika hanya bersifat responsif ini sama saja dengan tambal sulam, berhenti satu, muncul lagi, berhenti lagi dan akan muncul lagi, demikian seterusnya.
Setidaknya, ada 3 Kunci yang harus dijalankan jika menginkan kehidupan kota gresik pada khususnya dan nusantara pada umumnya yang penuh berkah dan terbebas dari segala bentuk kemaksiatan.
***
1. KETAQWAAN INDIVIDU
***
Ketaqwaan individu menjadi sangat penting dalam menjaga Aqidah umat. Dengan meningkatnya ketaqwaan individu, akan dengan mudah menilai, mana hal yang boleh dilakukan dan yang dilarang oleh Islam. Memahami hal ini menjadi sangat penting. Karena, denga. Lemahnya ketaqwaan seseorang, ia akan dengan mudah terjerumus pada jurang kemaksiatan.
***
2. KONTROL MASYARAKAT
***
Ya, Kontrol masyarakat adalah bentuk kepedulian sosial dan mewujudkan tatanan masyarakat yang beradab. Selama ini, masyarakat bersifat pasif bahkan cenderung tidak mau tahu, apakah itu membayakan atau tidak. Seperti contoh, di lingkungan dekat tempat tinggalnya ada warung remang - remang yang sering dipakai untukb tempat 'minum' dan maksiat lainnya, sebagai anggota masyarakat, masyarakat berhak mengingatkannya dan melaporkannya kepada pihak yang terkait atas hal tsb.
***
3. PERAN NEGARA
***
Kedua hal pertama tadi (Ketaqwaan Individu & Kontrol Masyarakat) akan menjadi sia sia belaka jika peran negara dalam melindungi Aqidah umat tidak dijalankan. Fakta yang terjadi saat ini, pemerintah seolah abai dengan urusan tsb. Justru, malah mengkampanyekan gaya hidup hedonis (hura - hura) yang sangat minim edukasi. Pemahamah Sekuleristik yang diajarkan pemerintah saat ini menjadi biang dari segala permasalahan yang ada saat ini. Peran pemerintah ibarat sebuah Kran Air, yang mampu membuka maupun menutup segala bentuk kemaksiatan.
Dengan demikian, Jargon 'Gresik Berhias Iman' akan mudah diwujudkan.. #PeduliGresik [syahid/voa-islam.com]