View Full Version
Jum'at, 11 Nov 2016

Banjir Bandung, Salah Siapa?

 

Oleh: Marwah Hayati Nufus (Mahasiswi Pendidikan Fisika UPI)

Bandung darurat banjir? Mungkin inilah salah satu pertanyaan yang sekarang sama-sama ada di benak kita. Hujan ekstrim yang terus-menerus konon katanya membuat air di selokan-selokan meluap hingga terjadilah banjir.

Sore itu (31/10), saya menyaksikan sendiri bagaimana air mengalir begitu derasnya di daerah Setiabudi, Bandung Barat. Saya yang saat itu mencoba menyebrangi jalan, seakan sedang menyebrangi sungai. Sebagaimana kita tahu, bahwa Setiabudi terletak di posisi atas Bandung sehingga tak heran kiriman air ditemani dengan sampah-sampahnya mengalir begitu cepat mencari tempat yang lebih rendah. Alhasil, daerah-daerah sekitar Bandung yang posisinya terletak dibawah pasti akan mendapatkan banjir kiriman yang hebat. Karena, memang begitulah sifat alamiah air, senantiasa mengalir dari tempat tinggi menuju ke tempat yang lebih rendah.

Sekilas, mungkin banyak dari kita yang menyimpulkan bahwa banjir yang terjadi hari ini di Bandung adalah karena hujan yang tak henti-hentinya dan letak geografis dari Bandung itu sendiri. Namun, apakah benar begitu? Banjir ini, siapa yang salah?

Jika memang benar, banjir ini adalah kesalahan hujan yang terus menerus. Bukankah hujan memang proses alam yang akan senantiasa terjadi? Dimana, air akan terus mengalami siklus air yang akhirnya menyebabkan air menguap, berkondensasi lalu jatuh ke bumi dan diserap oleh pohon. Sehingga, pernyataan banjir disebabkan cuaca ekstrim ini kurang tepat.

Lalu, apakah salah manusia?

Allah SWT berfirman:

“Bukanlah Kami yang menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri, (disebabkan) citra (kondisi) lingkungan mereka, sehingga tidak mampu menolong saat banjir, bahkan mereka semakin terpuruk dalam kehancuran” (QS. Hud: 101)

“Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat) manusia, suapaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Rum: 41).

Bandung saat ini, sudah memiliki banyak taman-taman yang menyebar. Adapun, aktivitas yang dilakukan di dalam taman tersebut adalah aktivitas yang sia-sia, taman dijadikan tempat pacaran, ikhtilat dan bahkan berkumpul untuk menggunjing orang. Sehingga sudah sepatutnya banjir yang terjadi, menjadi momem muhasabah untuk kita semua

Kedua firman Allah di atas kiranya sudah cukup untuk menjawab, bahwa persoalan banjir ini merupakan ulah tangan manusia sendiri, kerusakan lingkungan, membuang sampah sembarangan, menggunduli  hutan, merusak alam. Bukankah itu semua dilakukan oleh tangan-tangan manusia?

Tak sampai disitu, kemaksiatan-kemaksiatan yang dilakukan pun seharusnya menjadi sorotan. Bandung saat ini, sudah memiliki banyak taman-taman yang menyebar. Adapun, aktivitas yang dilakukan di dalam taman tersebut adalah aktivitas yang sia-sia, taman dijadikan tempat pacaran, ikhtilat dan bahkan berkumpul untuk menggunjing orang. Sehingga sudah sepatutnya banjir yang terjadi, menjadi momem muhasabah untuk kita semua.

Apakah cukup hanya dengan kesalahan masyarakat luas? Tentu tidak, ayat di atas pun berlaku untuk pemimpin yang sekarang menjabat di kursi pemerintahan. Banjir ini terjadi karena kesombongan penguasa yang tidak mau menerapkan sistem Islam secara kaffah. Mengapa? Karena, sesungguhnya itulah yang merupakan kemaksiatan yang sangat besar yang masih dilakukan di negeri Indonesia. Sehingga, selain masalah teknis untuk menyelesaikan banjir kuncinya adalah membangun keimanan dan ketaqwaan umat dan yang terpenting adalah keimanan para penguasa yang rakus dan lebih mementingkan kepentingan individu serta pengusahanya ketimbang urusan rakyat.

Penguasa yang rakus dan tidak perduli rakyat sejatinya dilahirkan oleh sistem yang ada saat ini. Sehingga, yang kita harus lakukan adalah menghentikan bentuk kemaksiatan besar dengan mengganti sistem demokrasi-kapitalisme menjadi sistem Islam. Wallahu’alam bi Shawab. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version