View Full Version
Rabu, 08 Feb 2017

Inilah Hakekat Persaudaraan

Oleh: Rahmat Saputra

Bangsa Indonesia hidup dengan berbagai suku, bahasa daerah dan agama. Telah lama bangsa ini hidup dalam kedamaian meski dalam perbedaan. Saling menghormati dan tidak menjatuhkan. Walaupun riwayat umat Islam banyak tertindas di negeri sendiri oleh minoritas, tapi tidak menjadi penyebab keretakan persaudaraan atas nama bangsa.

Umat Islam melakukan hal itu karena Islam mengajarkan umatnya untuk cinta damai. Menjauhi segala perpecahan demi langgengnya sebuah kedamaian.

Namun Islam memiliki prinsip yang tidak bisa berubah. Sesuatu pondasi yang menghujam kuat pada diri hati muslim sejati. Yaitu persaudaraan atas dasar iman. Persaudaraan yang menembus batas teritorial. Tidak pandang siapa mereka, apa kedudukan dan dimana tempatnya. Asal mereka beragama Islam, mereka adalah satu saudara. Hebatnya, persaudaraan ini mengalahkan persaudaraan atas nama bangsa, negara, suku bahkan persaudaraan atas ikatan darah sekalipun.

“Sesungguhnya kaum mukminin itu adalah bersaudara.” (QS. Al-Hujurat: 10).

Jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara sebagaimana yang diperintahkan Allah. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak boleh menganiaya, tidak boleh menelantarkannya dan tidak boleh menghinanya

Rosulullah bersabda: ”Jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara sebagaimana yang diperintahkan Allah. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak boleh menganiaya, tidak boleh menelantarkannya dan tidak boleh menghinanya" (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Tidak akan pernah berselisih selama dalam ikatan iman. Mereka bersaudara karena Allah. Tidak ada yang memisahkan mereka kecuali atas kehendak-Nya. Saling mengingatkan dalam benar dan menasehati saat lalai. Persaudaraan yang terus mendukung dalam kebaikan dan berlomba untuk mendapatkan pahala. Bahkan persudaraan ini akan bertahan hingga bersua di syurga.

Sangat berbeda dengan persaudaraan yang hanya berlandaskan bangsa dan satu bahasa. Suatu saat akan pecah hanya karena sebuah perselisihan sepele. Persaudaraan selain atas Iman rentan retak. Tidak ada jaminan kedamaian akan berlangsung lama. Terlebih muslim yang menjadi minoritas.

Lihatlah Rohingnya. Mereka adalah warga yang sah. Dulu telah bertahun-tahun tinggal di Myanmar. Namun Pemerintahnya mengusir dan bahkan membantai mereka. Padahal Warga Rohingnya adalah rakyatnya sendiri. Satu bahasa dan satu bangsa.

Persaudaraan atas dasar kecintaan dunia tidak akan menjamin kedamaian. Dan Umat Islam selayaknya jangan mudah tertipu dengan slogan-slogan yang seakan memepersatukan bangsa dengan cinta damai atas dasar satu tanah air.

Musuh-musuh Islam selalu bersembunyi dibalik slogan itu, karena kekuatan mereka belum besar.  Suatu saat mereka akan mengeluarkan taringnya tatkala umat Islam lemah dan tercerai berai.

Dulu, Andalusia (Spanyol hari ini) adalah sebuah negara Islam. Islam menguasai sepertiga Eropa hampir 800 tahun lamanya. Namun kembali hancur hanya karena umat Islam telah tercerai berai. Tidak satu pemimpin. Saling menjatuhkan antara satu dengan yang lain. Padahal penemuan-penemuan terhebat, baik dari sains, astronomi, maupun kedokteran lahir dari Negeri Andalusia.

Negeri-negeri Eropa masih buta terhadap ilmu-ilmu tersebut. Tidak maju dan berkembang dalam hal apapun. Dari segi kebersihan dan kenyamanan saja  masih jauh dibandingkan dengan kota-kota dibawah kekuasaan Islam. Andalusia telah berkembang pesat baik dari segi ekonomi, sosial, budaya, militer dan terlebih agama.

Itu semua telah menjadi sejarah emas yang terukir dalam lembaran buku sejarah Islam. Dan menjadi pelajaran penting untuk umat Islam selanjutnya akan betapa berharganya sebuah persatuan atas dasar Iman. Bukan hanya karena satu bangsa dan negara. Terlalu sempit bila persaudaraan selain Iman.  Jika bersaudara hanya karena suku, bangsa dan satu negara, berarti selain mereka tidak bersaudara. Rawan perpecahan dan rentan pertikaian.

Maka, persaudaraan dalam Islamlah menjamin sebuah keniscayaan. Kedamaiannya dalam tak terukur, luas tak bertepi. Wallahu a’lam bishowab. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version