Oleh: Eka Sugeng Ariadi
2017 dan tahun-tahun yang akan datang, banyak yang menyakini merupakan tahun-tahun dimana kita telah memasuki fase-fase akhir zaman dan mendekati hancurnya seluruh bumi seisinya (the end of the day).
Kondisi ini telah dibuktikan dalam berbagai pernyataan berdasarkan hasil penelitian, peristiwa fenomena alam, fakta-fakta pergerakan manusia secara individu maupun kelompok (dalam bidang sosial, politik, ekonomi, dll) menurut kacamata beberapa disiplin ilmu yang bisa berdiri sendiri atau kemudian dikonfirmasikan ke ilmu-ilmu yang lain).
Misalnya: informasi Nubuwwah (kenabian) tentang Ilmu Tanda-tanda Akhir Zaman, salah satu ilmu dalam Agama Islam yang menjelaskan bahwa Rasulullah Saw memberikan informasi akan semakin dekatnya umat manusia dengan kiamat jika di seluruh jazirah Arab daratannya kembali menjadi hijau (artinya tanahnya akan kembali subur, daratannya dipenuhi tumbuh-tumbuhan, dll.).
Keakuratan informasi ini kemudian dikuatkan dengan peristiwa fenomena alam yang telah terjadi beberapa bulan yang lalu bahwa di negara-negara telah turun hujan salju. Bila kemudian dua informasi ini dikuatkan lagi dengan ilmu Ekologi (Biologi, Kimia, atau lainnya) yang membahas manfaat salju bagi tanah daratan, maka bisa dibuktikan bahwa salju merupakan elemen penting dalam menyuburkan humus tanah daratan.
Maka kesimpulannya, bisa dipastikan informasi Nubuwwah diatas telah menemui kebenarannya secara ilmiah, disamping memang bagi seorang muslim wajib hukumnya beriman atas apa-apa yang disampaikan oleh Nabinya, Muhammad Saw. Lantas, apa yang harus dilakukan oleh birokrat muslim ketika berada di fase akhir zaman seperti sekarang ini? Setelah mengikuti beberapa kegiatan daurah (seminar) yang memang benar-benar fokus membahas penyikapan terhadap fase-fase akhir zaman, maka ada beberapa informasi yang harus dan wajib dijadikan pedoman bagi para birokrat akhir zaman.
Dr. Al Habib Abubakan al Adni bin Ali al Masyhur (2016, p. 54) dalam An Nubdztus Sughro, memberikan Metode Keselamatan (manhaj salaamah) bagi seluruh umat muslim, khususnya para birokrat muslim, ketika berada di masa seperti sekarang ini. Ada dua sikap yang harus diambil, pertama adalah jaga lisan dari mencela dan yang kedua adalah jaga tangan dari menumpahkan darah.
Maksud sikap yang pertama, yakni sebagai seorang birokrat muslim, bagian dari pelaksana pemerintahan, jagalah diri dan institusinya dari menyampaikan informasi hoax atau fitnah atau mengadu domba baik secara lisan maupun tulisan yang disampaikan secara langsung atau melalui media-media elektronik dan internet kepada sesama muslim.
Bukti demi bukti bahwa pesan ini belum benar-benar sampai ke telinga kita, termasuk ke birokrat kita, antara lain: beberapa hari yang lalu kita baca di media ada birokrat yang mengatakan bahwa fatwa MUI berpotensi memecah-belah warga negara, padahal fatwa MUI sejak awal didirikan berfungsi melindungi khususnya umat Islam dalam menjalankan syariat agamanya atau ada juga birokrat yang menyampaikan bahwa ormas A menuntut pembubaran ormas B, padahal ormas A tidak pernah menyampaikan hal tersebut atau yang populer ada birokrat muslim yang memberikan informasi sama-sama membuat bingung warga negara, yang A mengatakan kenaikan STNK karena B, yang B mengatakan karena C, yang C mengembalikan ke A.
Adapun maksud sikap yang kedua, sebagai seorang birokrat muslim, adalah jangan sampai dengan mudahnya kita berbuat anarkis, kekerasan, menyakiti secara fisik terhadap sesama saudara muslim. Contohnya: beberapa hari yang ada birokrat yang menangkap pemuda pembawa bendera merah putih bertuliskan kalimat tauhid dengan cara-cara yang tidak jauh beda dengan penangkapan gembong teroris atau narkoba atau penjahat kelas berat.
Ada juga birokrat yang menjadi Pembina LSM, lalu anggota LSMnya menyerang dan memukul hingga tangannya patah dan berdarah-darah seorang massa yang sedang pulang dengan damai dan tertib. Ada pula, ketika massa umat Islam meminta keadilan pada kasus penistaan agama kepada pemerintah dengan demo yang damai, prosedural dan sesuai dengan aturan demo, kemudian oleh birokrat dibubarkan paksa dengan tembakan gas air mata, watercanon, ditabrak dengan sepeda motor, dll.
Cuplikan beberapa contoh di atas adalah fakta sosial kehidupan manusia yang telah menemui pesan hadits yang telah disampaikan oleh Rasulullah Saw ribuan tahun yang lalu, “Selain Dajjal ada yang lebih aku takuti atas ummatku, yaitu para pemimpin yang menyesatkan” (Musnad Imam Ahmad, no. 21287). Seperti apa pemimpin yang menyesatkan tersebut? mereka adalah orang-orang yang bertindak di jalan konflik, mengadu domba dan penghasut perselisihan di antara orang-orang shalat (Adni, 2016, p. 54).
Selain memberikan informasi Nubuwwah kondisi manusianya pada akhir zaman, tentu sebagai Agama yang sempurna dan paripurna, Rasulullah Saw juga memberikan informasi bagaimana ummat yang hidup pada masa itu harus bertindak dan bersikap.
Oleh karena itu, kepada para birokrat yang berkaitan sangat erat dengan rezim pemimpin-pemimpinnya sangat perlu paham Metode Keselamatan ini. Tentu, tujuannya agar mampu menjaga lisan dan tangannya dari berbuat sesuatu yang tercela. Karena tulisan ini menggunakan sudut pandang agama, maka yang dikatakan tercela adalah perbuatan yang melanggar syariat Islam.
Birokrat muslim akhir zaman akan selalu berhati-hati jikalau pemimpinnya meminta dia melakukan sesuatu yang diperintahkan, tidak serta merta dilaksanakan. Secara sadar, dia akan menilai tugas yang diperintahkan ini akan bermanfaat, berakibat baik, atau sebaliknya berakibat buruk dengan mencela, menghina, mengadu domba warga negara yang dilayaninya.
Alhasil, jadilah birokrat muslim akhir zaman yang paham Metode Keselamatan yang itu semua harus dipelajari dari ahlinya seperti belajar kepada Dr. Al Habib Abubakar Al Adni Al Masyhur. [syahid/voa-islam.com]
BIBLIOGRAPHY
Adni, A. A. (2016). An Nubzatus Sugro (M. R. Maulana, Trans.). Yaman: Al Adni.