Sahabat VOA-Islam....
Pasca kesatuan opini umat pada 212 lalu, energi perjuangan dan persatuan umat pun kian terasa. Umat menjadi semakin melek dan memperlihatkan ketegasan terhadap para manusia yang menyinggung hal terkait aqidah dan agama mereka.
Indonesia adalah negeri dengan penduduk mayoritas muslim bahkan menduduki posisi pertama dari sepuluh negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar, namun meski dengan predikat yang disandangnya itu tak lantas menjadikan keadaan negeri ini menjadi Islami.
Pemerintahan yang seharusnya sebagai garda terdepan untuk menjaga akidah umat pun tampak abai akan hal itu. Hukuman atas kasus penistaan agama yang dilakukan oleh petinggi negeri ini nampaknya begitu rumit untuk ditegakkan. Semangat persatuan umat dalam memperjuangkan hal tersebut malah menjadi rambu merah bagi mereka yang takut akan bangkitnya umat Islam. Upaya provokasi untuk mengkriminalisasi para ulama dan Ormas Islam pun semakin gencar dilakukan rezim pemerintahan dalam sistem demokrasi kapitalis ini.
Lihat saja di Sintang, Kalimantan Barat, KH Tengku Zulkarnaen, Wakil Sekjen MUI Pusat, dihadang oleh kelompok tertentu dengan senjata tradisional di apron Bandara Sintang ketika turun dari pesawat terbang untuk memenuhi undangan resmi Bupati Sintang.
KH Habib Rizieq Shihab terus-menerus dicari-cari kesalahannya. Tatkala memenuhi panggilan untuk Polda Jabar terkait kasus yang diada-adakan ,ormas Islam FPI yang mengawal kehadiran Habib Rizieq Shihab pun diserang oleh GMBI yang diduga kuat dihadirkan oleh Kapolda Jabar.
Kriminalisasi terhadap ulama bukanlah sekadar isu angin atau hal yang dilebih-lebihkan tetapi ini adalah kebenaran yang memang sedang diberlakukan oleh rezim pemerintahan saat ini. Penguasa kembali ke masa silam, era dimana ulama dan Islam selalu dicari-cari kesalahannya untuk dikriminalisasi. Tidak jadi masalah jika tindakan yang sama dilakukan oleh selain kelompok islam, tapi menjadi sensitif ketika Islam dan ulama yang melakukannya. Provokasi dan kriminalisasi terhadap ulama adalah bentuk represif penguasa yang menunjukkan bahwa mereka berkeras hati mempertahankan sistem ekonomi, sistem politik yang makin Nampak kebobrokannya. Sementara sikap kritis ulama dan umat Islam tidak dipandang sebagai masukan/kritik menuju perbaikan tapi dianggap sebagai ancaman atas kekuasaannya yang makin lemah dukungan.
Sekarang semakin nyata terlihat bahwa saat ini umat islam butuh suatu institusi yang dapat mengurus umat, memanusiakan umat, memuliakan ulama, bukan sistem tempat para penguasa yang candu diskriminasi dan menindas umat.
Apa yang terjadi di negeri ini, dan apa yang kita harapkan pada negeri ini hanya akan menjadi khayalan belaka selama pemecahannya bersifat parsial. Bukan sekedar rezim yang perlu kita ganti, tapi sistem yang memang sangat tidak memanusiakan manusia pun harus diganti. Sadarilah wahai saudara, hadirkan terus semangat perjuangan itu demi menggapai ridho Allah semata.
Sudah waktunya kita memperjuangkan suatu yang pantas kita perjuangkan yaitu diterapkannya syariat dalam bingkai Khilafah. Karena hanya khilafahlah sistem yang mampu mewujudkan keadilan, kemuliaan, kesejahteraan, dan menjaga kondusifitas dari keimanan kita untuk mentauhidkan Allah dan menjadikan Rasulullah Muhammad sebagai satu-satunya tauladan. [syahid/voa-islam.com]
Kiriman Adiba Shafiyya, Kedamean Gresik