Sahabat VOA-Islam...
Semenjak kasus penistaan Al Qur’an oleh Ahok yang akhirnya memicu aksi 411 dan 212, muncul berbagai aksi adu domba antar umat muslim. Diantaranya, kasus adu domba antara FPI dan GMBI, kedua ormas ini dihadapkan satu sama lain ketika FPI mengawal sidang Habib Rizieq. Juga kasus adu domba antara Muhammadiyah dan FPI karena berita dari Humas Kapolda yang berjudul “Pimpinan Muhammadiyah Jawa Barat Mengecam Tindakan Anarkis FPI”.
PW Muhammadiyah mengklarifikasinya dengan menyatakan bahwa PW Muhammadiyah tidak pernah mengecam tindakan FPI, bahkan mendukungnya dalam koteks dakwah amar ma’ruf nahi munkar.
Secara kasat mata, terihat kasus adu domba yang terjadi diantara kaum muslim ini diaktori oleh mereka yang kepentingannya terganggu sejak kasus Ahok muncul. Adanya adu domba ini karena beberapa faktor. Pertama, menjaga kepentingan kekuasaan pihak tertentu, salah satunya Ahok. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan dukungan masyarakat terhadap Ahok.
Hal ini bisa terlihat dari fakta, sejak September 2016 Ahok sampai saat ini hanya berstatus sebagai tersangka, dan ia dibebaskan melenggang kemana saja. Kedua, faktor uang. Salah satu fakta yang kita ingat dalam aksi tandingan 212, yakni aksi 412, para peserta aksi dijanjikan sejumlah uang untuk mengikuti aksi tersebut. Tidak mustahil jika aksi adu domba umat muslim pun melibatkan faktor uang. Dan yang paling penting adalah faktor ketiga, sistem kapitalisme demokrasi yang diterapkan negeri ini dekat dengan uang dan kekuasaan. Apapun akan dilakukan untuk memenangkan pertempuran perebutan kekuasaan, termasuk mengadu domba umat muslim.
Allah berfirman, “Sesungguhnya kaum Mukmin itu bersaudara” (TQS. Al Hujurat: 10). Setiap Mukmin bersaudara karena ikatan keimanan mereka, dan ikatan ini lebih kuat dari ikatan manapun termasuk darah. Karena bersaudara, haram diantara sesama muslim saling mencela, menyakiti apalagi membunuh.
Harus disadari, bahwa musuh sebenarnya bagi kaum muslim adalah ide kapitalisme sekuler dan para pengembannya. Karena ide ini bertentangan dengan Islam dan takkan pernah membiarkan Islam dan Muslim tenang. Sudah saatnya kita kembali kepada Islam secara kaffah, sempurna.
Mengambil Islam tidak hanya diwaktu tertentu dan pada tempat tertentu saja. Tapi, mengambil Islam seluruhnya kapanpun dimanapun, dengan menerapkannya dalam aturan kehidupan. Sehingga tidak akan ada lagi adu domba diantara Muslim manapun. Wallahu’alam bish shawab. [syahid/voa-islam.com]
Kiriman Fatimah Azzahra