Sahabat VOA-Islam...
Dalam banyak hadits khususnya yang berbicara tentang keutamaan sebuah amal, nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam banyak memberikan motivasi kepada umatnya. Motivasi agar umatnya semakin banyak melakukan amal kebaikan di dunia, di samping karena singkatnya umur umat beliau. Dan yang menjadi luar biasa adalah beliau memberikan kabar gembira berupa balasan yang begitu besar dan istimewa, ketika seorang muslim beramal. Banyak sekali amalan-amalan yang sesungguhnya sangat ringan jika dikerjakan seorang muslim.
Namun, berlimpah berkah, berlimpah balasan, berlimpah kebaikan di dalamnya. Inilah wujud kasih sayang Allah ta’ala kepada hamba-Nya, serta kecintaan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya. Maka, bersyukurlah.
Kabar gembira tersebut, akan banyak dijumpai dalam kitab-kitab bertemakan fadhail ‘amal. Sebagai contoh, Atsar min Alfi Thariq ilaa al-Jannah karya Amin Al-Anshari, Alfu Hasanatin wa Hasanatin fil Yaumi wal Lailati karya Majdi Fathi Ali Kahil, Fadhilah Amal karya Ubaid Al-Sindy dan sebagainya. Di dalamnya akan ditemukan banyak amalan-amalan “kecil” namun besar kebaikan yang didapat tatkala mengamalkannya. Di antara amalan tersebut adalah dzikir lisan.
Dzikir secara bahasa adalah mengingat. Secara istilah ada yang mengatakan dzikir adalah segala sesuatu, baik fikiran, hati, ucapan dan perbuatan yang semata terpaut (mengingat) kepada Allah ta’ala. Sehingga kemudian ada yang menyebut dengan istilah, dzikir hati, dzikir lisan dan dzikir perbuatan.
Berbicara tentang dzikir lisan, banyak keutamaan-keutamaan di dalamnya. Antara lain dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata. “Suatu hari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam melewati sebuah gunung yang disebut dengan gunung Jamadan, kemudian beliau berkata, “Akan melihat gunung ini ‘sabaqal mufradun’.”Kemudian mereka bertanya, “Apa yang dimaksud dengan al-Mufradun, wahai Rasulullah?” Ia berkata, “Mereka adalah orang-orang yang banyak dzikir kepada Allah.” (HR. Muslim no. 2676).
Selain itu ada dalam riwayat Imam Bukhari, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah berfirman, “Aku bersama dengan hamba-Ku jika ia mengingat-Ku dan kedua bibirnya bergerak karena mengingat-Ku.” (HR. Bukhari, dan juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ahmad).
***
Maka, merugi jika lisan yang Allah ta’ala sudah anugerahkan kepada hamba-Nya kemudian hanya menjadi hiasan, bahkan banyak mengeluarkan kesia-siaan tanpa keluar darinya kebaikan-kebaikan. Untuk itu, di tengah hiruk-pikuk kehidupan ini, serta kesibukan yang mewarnainya, jangan lupa isi waktu yang berharga ini dengan kebaikan, salah satunya dzikir lisan.
Saat berkendara, gunakan momen sepanjang perjalanan untuk melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran yang telah di hafal. Karena membaca ayat suci Al-Quran adalah bagian dari dzikir lisan. Kemudian secara bergantian diselingi dengan kalimah-kalimah thayyibah. Selain itu, tatkala dalam kesendirian dan tidak ada aktivitas yang hendak diselesaikan, buka mushaf Al-Quran, lalu baca dengan menikmati setiap huruf, kata, kalimat dan makna yang keluar dari lisan. Pautkan hati kepada-Nya semata, ikat fikiran agar fokus menginat-Nya semata. Maka, ketenangan dan kesejukan jiwa dalam limpahan berkah-Nya akan menutupi keluh-kesah yang ada. Yakinlah.
Sekali lagi, juga sejenak diselingi dengan lantunan kalimah-kalimah thayyibah, dengan mengerahkan segenap jiwa, hati serta akal fikiran hanya untuk mengingat-Nya, bukan yang lain. Basahi pipi-pipi ini, dengan tetesan bulir-bulir air mata, karena dosa-dosa yang telah diperbuat. Tertunduk dalam kekhusyu’an memohon kebaikan kepada-Nya, agar menjadi hamba yang layak dan pantas bersua dengan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam di syurga kelak. Juga bersama orang-orang yang dikasihi.
***
Laa ilaaha illallah, Alhamdulillah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seutama-utama dzikir adalah Laa ilaaha illallah dan sebaik-baik doa adalah alhamdulllah.” (Shahihul Jami’ no. 1104, al-Albani).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, “Aku bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling bahagia dengan syafaatmu pada hari kiamat?” Kemudian Rasulullah menjawab, “Aku sudah menduga bahwa tidak ada seorang pun yang paling awal bertanya tentang hal ini kecuali engkau, wahai Abu Hurairah. Sebab aku tahu engkau adalah orang yang paling haus tentang hadits. Orang yang paling bahagia dengan syafaatku di hari Kiamat adalah dia yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan sepenuh keikhlasan dari dalam hatinya atau dalam jiwanya.” (HR. Bukhari no. 99).
Laa ilaaha illallahu wahdahu laa syarika lahu, lahu al-mulku wa lahu al-hamdu wa huwa ‘ala kulli syaiin qadiir
Dari Abu Ayyub radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa mengucapkan tidak ada ilah yang haq selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan dan pujian, dan Dia maha kuasa atas segala sesuatu sepuluh kali, maka dia seperti membebaskan empat budak dari keturunan Ismail.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa mengucapkan tidak ada ilah yang haq selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan dan pujian, dan Dia maha kuasa atas segala sesuatu dalam seratus kali, maka baginya setara dengan membebaskan sepuluh budak, ditulis untuknya seratus kebaikan, dihapuskan darinya seratus kejelakan, dan ia mendapat perlindungan dari syaitan pada hari itu hingga sore. Dan tidak ada seorang pun membawa yang lebih utama dari yang ia kerjakan, kecuali orang yang mau beramal lebih dari itu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, Laa ilaaha illallahu wahdahu laa syarika lahu, lahu al-mulku wa lahu al-hamdu wa huwa ‘ala kulli syaiin qadiir
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang bertasbih kepada Allah (setiap) setelah shalat 33 kali, memuji Allah 33 kali, mengagungkan Allah 33 kali. Maka jumlah tersebut ada 99, dan beliau berkata, sempurnakan menjadi 100 kali (dengan membaca) tidak ada ilah yang haq selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan dan pujian, dan Dia maha kuasa atas segala sesuatu, dihapuskan kesalahan-kesalahannya meski sebanyak buih di lautan (ghufirat khatayahu wa in kaanat mitslu zabadil bahri).” (HR. Muslim).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Ada orang-orang miskin datang menghadap Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka berkata, orang-orang yang kaya itu pergi membawa derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal. Mereka shalat sebagaimana kami shalat. Mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa. Namun mereka memiliki kelebihan harta sehingga bisa berhaji, berumrah, berjihad serta bersedekah. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Maukah kalian aku ajarkan suatu amalan yang dengan amalan tersebut kalian akan mengejar orang yang mendahului kalian dan dengannya dapat terdepan dari orang yang setelah kalian. Dan tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada kalian, kecuali orang yang melakukan hal yang sama seperti kalian lakukan. Kalian bertasbih, bertahmid dan bertakbir di setiap akhir shalat sebanyak 33 kali.” Kami pun berselisih. Sebagian kami bertasbih 33 kali, bertahmid 33 kali, bertakbir 34 kali. Aku pun kembali padanya. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ucapkahlah subhanallah wal hamdulillah wallahu akbar, sampai tida puluh kali.” (HR. Bukhari no. 843) .
Subhanallah wabihamdihi
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa mengucapkan mahasuci Allah dan segala puji bagi-Nya dalam sehari seratus kali, dihapuskan kesalahan-kesalahannya meski sebanyak buih di lautan (ghufirat khatayahu wa in kaanat mitslu zabadil bahri).” (HR. Muslim no. 2691).
Subhanallah wabihamdihi, Subhanallahil ‘azhim
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dua kalimat yang ringan di lisan, berat di timbangan dan dicintai Ar-Rahman: maha suci Allah dan segala puji bagi-Nya, maha suci Allah yang maha agung.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Subhanallah, walhamdulillah, walaa ilaaha illallahu wallahu akbar
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh aku mengucapkan subhanallah, walhamdulillah, walaa ilaaha illallahu wallahu akbar lebih aku sukai dari segala yang matahari terbit di atasnya (ahabbu ilayya mimmaa thala’at ‘alaihi asy-syams).” (HR. Muslim no. 26 95).
Subhanallah, walhamdulillah, walaa ilaaha illallahu wallahu akbar, wa laa haula walaa quwwata illa billah
Dari ‘Abdullah bin ‘Amru radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada di atas muka bumi seorang pun yang mengucapkan subhanallah, walhamdulillah, walaa ilaaha illallahu wallahu akbar, wa laa haula walaa quwwata illa billah melainkan diampuni dosa-dosanya meski sebanyak buih lautan (kaffarat ‘anhu khatayahu wa law kaanat mitslu zabadil bahri).” (HR. At-Tirmidzi).
Laa haula wala quwwata illa billah Abu Musa radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya sebagai berikut, “Ucapkanlah, Laa haula wala quwwata illa billah atau tiada daya dan kekuatan kecuali karena Allah. Karena ia adalah sebagian dari harta karun syurga.” (HR. Bukhari dan Muslim)
***
Semoga kita semua termasuk hamba-Nya yang beruntung, kelak dapat berjumpa dengan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, serta berkumpul bersama dengan orang-orang yang kita kasihi di syurga-Nya. Aamiin. [syahid/voa-islam.com]
***
Kiriman Abu Sulthan (Twitter: @lutfisarif)