Oleh: Umar Syarifudin*
"Kita seharusnya menjalankan usaha ekonomi dengan berlandaskan kekeluargaan dan kebersamaan. Bukan menang-menangan," kata Zulkifli di Jakarta, Ahad (23/4) (http://www.republika.co.id)
Lihat Kapitalisme dengan Jujur
Kondisi ekonomi nasional kita adalah penampakan dari kondisi masyarakat yang tidak sehat. Beragam persoalan membelit bangsa, seperti ketidakadilan, kemiskinan, serta banyak lagi. Salah satu biang problem bangsa yakni sistem politik dan ekonomi dinilai justru menyuburkan praktik penyimpangan. Manifestasinya dapat diketahui dari banyaknya produk perundangan dan kebijakan yang jauh dari rasa keadilan. Misalnya terkait undang-undang di bidang energi dan sumberdaya alam, membuka peluang eksploitasi oleh pihak asing. Begitu pula kebijakan menaikkan TDL yang memberatkan rakyat banyak.
Demokrasi dan sistem ekonomi liberal itu gagal menjadikan negeri ini lebih baik dan sejahtera. Sebaliknya, negeri ini makin terpuruk. Sistem ekonomi liberal menjadi salah satu sumber masalah di negeri ini. Biaya politik demokrasi yang amat mahal terbukti menjadi pemicu utama maraknya korupsi. Demokrasi yang dipropagandakan “dari, oleh, dan untuk rakyat” pada praktiknya hanya untuk kepentingan para pemilik modal dan korporasi. Berbagai undang-undang liberal yang dihasilkan justru menyengsarakan rakyat. Bahkan demokrasi juga menjadi pintu masuk bagi negara-negara penjajah untuk menguasai kekayaan alam Indonesia.
Riba yang dijadikan dasar utama dalam transaksi dan utang piutang adalah perusak yang membebani negara debitur (penghutang). Selain itu, negara debitur yang menerbitkan obligasi Treasury (Treasury bond) untuk meminjam uang riba harus menjamin obligasi ini, sehingga ia membayar jumlah uang yang besar lainnya untuk asuransi. Akibatnya, beban negara debitur semakin meningkatkan, dan itu tidak menyelamatkannya sama sekali, melainkan tetap menderita defisit dalam anggaran dan kemampuan untuk membayar utang, sehingga ia tetap berada dalam kendali negara kreditur. Sementara rakyatnya tetap hidup dalam kesempitan dan kesulitan sebagai akibat kebijakan-kebijakan liberal terhadapnya.
Jika Anda mengaitkan hal di atas dengan penerapan Kapitalisme, maka terlihat bahwa hal ini dibangun di atas kebebasan, yakni kebebasan kepemilikan (freedom of ownership), yang merupakan hal yang utama dari kebebasan-kebebasan yang lain. Krisis multidimensi membuktikan, sekali lagi, bahwa kapitalisme adalah ideologi yang rusak, sistem ekonomi yang gagal, solusinya berbahaya dan hasilnya menyebabkan kerusakan, ia tidak mampu mengobati penyakit, yang dilakukannya hanya meredamnya, sehingga berbagai masalah akan tetap terjadi, dan penyakit akan menjadi kronis.
Akibat kapitalisme sekuler, pemiskinan dan kerusakan terjadi, baik di Indonesia atau pun di seluruh negeri Islam. Hendaknya masyarakat bisa memahami sejauh mana keburukan rezim kapitalis dan keburukan sistem-sistem yang digunakan memerintah mereka.
Sebagai muslim, sistem yang diambil haruslah sistem yang holistik atau komprehensif. Maka dari itu, harus ada pemikiran yang mampu menerangi dan membalikan kondisi saat ini, karena jika kita tidak melakukannya maka kita akan semakin jauh terperosok dalam kekacauan ekonomi ini.
Kami Melihat Islam Solusi Riil
Kami, sebagai Muslim, mengatakan bahwa tidak ada makan siang gratis dari rezim kolonial barat. Di sinilah pentingnya peran Muslim untuk maju dan menampilkan solusi karena kita sedang memasuki krisis yang jauh lebih besar dari krisis yang telah dihadapi pada tahun-tahun ke depan.
Ketika Anda bertanya kapan keruntuhan atas kegagalan utama kapitalisme? Ini adalah hal yang sulit diprediksi. Namun, kita dapat melihat kepastian akan keruntuhannya. Bicara keadilan ekonomi dalam sistem ekonomi liberal-kapitalistik adalah ilusi. Sistem ini hanya menjamin kesejahteraan bagi orang-orang yang ada dalam oligarki kekuasaan. Rakyat hanya jadi sapi perah dengan kebijakan-kebijakan yang memberatkan. Solusi final problem ini hanya dengan tegaknya sistem ekonomi Islam. Penerapan sistem ekonomi Islam berlawanan dengan sistem kapitalisme saat ini, sistem ekonomi Islam terpancar dan digali dari al-Quran dan as-Sunah.
Indonesia tidak akan mampu menjadi ekonomi raksasa dunia selama berada dalam kungkungan sistem kapitalisme liberal dan kepatuhan pada lembaga kolonial dan negara-negara imperialis. Potensi luar biasa Indonesia hanya bisa terwujud dalam sistem khilafah. Khilafah akan menerapkan sistem ekonomi Islam, mengatur sumber daya energi yang melimpah ruah dan menjaganya sebagai sumber daya milik umum, serta memastikan produktivitas penggunaan sektor energi yang luar biasa ini dengan menghasilkan manfaat maksimal dalam menjaga urusan umat. (riafariana/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google