Oleh: Wahyudi Irawan
Sholat adalah ibadah yang utama bagi setiap muslim, terlebih sholat merupakan sarana yang menghubungkan antara seorang hamba dengan Robbnya. Dalam sehari seorang hamba minimal 5 kali berdialog bersama Robbnya. Layaknya seorang hamba pasti akan terasa nikmat jika bisa berdialog dengan seorang raja, apalagi Raja seluruh alam yakni Allah SWT.
Sungguh beruntung bagi orang yang merasakan nikmat dalam sholatnya, seperti rosulullah SAW yang hanyut dalam nikmatnya sholat sampai kakinya membengkak, atau Abbad bin Bisyr yang sama sekali tidak merasakan sakit ketika anak panah yang menembus tubuhnya dicabut dalam kekhusyuan sholat. Ini hanya sebagian contoh kecil dari orang orang yang merasakan nikmat dalam sholatnya.
Namun kenikmatan sholat hanyalah terasa bagi orang orang yang khusyu. Hamba yang khusyu’ akan merasakan sholat itu ringan dan menyenangkan, tidak merasa bahwa sholat adalah beban. Seorang hamba yang merasa terbebani dalam sholatnya atau melaksanakan sholat hanya sebatas menggugurkan kewajiban, maka sejatinya ia tersiksa dalam sholat. Karena kebalikan dari sebuah kenikmatan adalah siksaan.
Tak bisa dipungkiri, bahwa iblis dan bala tentaranya selalu berusaha agar umat manusia sulit merasakan nikmat dalam sholat, terkadang didalam sholat seseorang digoda dengan kantukan, menguap, sampai mengingat sesuatu yang tadinya terlupa. Ini yang menjadi sebab sholat yang seharusnya terasa nikmat mala menjadi siksa.
Lalu apa makna khusyu agar sholat kita terasa nikmat? Dalam surat Al- baqoroh ayat 45- 46 Allah SWT berfirman “dan mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan sholat. Dan sholat itu sungguh berat kecuali bagi orang orang yang khusyu’. yaitu mereka yang yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepadanya”.
Di dalam kitab Al-Khusyu’ karya Al-Hilali makna khusyu’ dalam sholat yakni “kondisi hati yang penuh dengan ketakutan, mawas diri dan tunduk pasrah dihadapan keagungan Allah. Kemudian semua itu membekas dalam gerak gerik anggota badan yang penuh khidmat dan konsentrasi dalam sholat, bila perlu menangis dan memelas kepada Allah, sehingga tidak memperdulikan yang lain."
Dua defenisi diatas sudah cukup jelas, bahwa seorang hamba yang hati, pikiran, jiwa dan raganya menghadap kepada Sang pencipta ia akan merasakan nikmatnya sholat. Dan sebaliknya bagi seorang hamba yang hati, dan raganya berat, tidak merasakan manis saat berdialog dengan Robbnya bahkan ia ingin segera menyelesaikannya maka sejatinya ia tersiksa dalam ibadah. [syahid/voa-islam.com]