Oleh: Nujiya Rusyda Mukhbita
Sahabat. Apa yang terfikirkan oleh mu tentang sahabat? Banyak orang bilang sahabat itu adalah teman sejati yang selalu ada untuk kita. Baik suka maupun duka sahabat selalu menemani. Namun itu adalah sebuah teori. Ya sebuah teori yang memiliki kebenaran dan kesalahan. Bagaimana sahabat dalam dunia di luar teori? Dunia yang kita jalani.
Banyak kalangan manusia yang menganggap ia telah menemukan sahabat sejatinya. Sahabat yang ada di kala ia sedang down, marah, kesal ataupun dikala ceria sahabat selalu mencoba memposisikan dirinya. Namun apakah itu cukup? Benarkah ia sahabat sejati mu? Dan siapakah yang seharusnya disebut sebagai sahabat? Salahsatu sahabat Rasulullah saw. berkata ‘akan ku lihat seberapa banyak sahabat ku di kala aku sakit/terjatuh’.
Ya setiap orang memiliki versi sahabatnya masing-masing. Namun tahukah kamu siapa yang seharusnya menjadi sahabatmu bukan hanya di dunia namun juga di akhirat yakni surga Allah swt. Sebagai makhluk ciptaan yang tak ada apa-apanya ini seharusnya memiliki kriteria sahabat dunia akhirat.
Bukan hanya sahabat dunia yang penting, yang lebih penting dari sahabat dunia adalah ia sahabat dunia yang dapat membawa kita menjadi sahabat akhirat. Maka renungkan dan fikirkan sejenak untuk apa kita diciptakan didunia ini dengan status makhluk sosial jika kita tak memiliki sahabat? Dalam memilih sahabat kita pun diajarkan untuk dapat memilih sahabat yang dapat membawa kita ke dalam surgaNya Allah swt.
Rasulullah saw. bersabda:
“Seseorang itu diatas agama sahabatnya, maka perhatikanlah dengan siapa ia bersahabat dan berteman akrab.”
Ketika kita bergaul dengan sahabat yang imannya kaki lima maka iman kita pun akan turun ke kelas kaki lima. Begitupun sebaliknya. Namun, dari kebanyakan orang jika diingatkan tentang dosa, hari kiamat, surga, neraka dan lain-lainnya yang berhubungan dengan dunia akhirat akan berkomentar, baik komentar menyindir sampai bahasa yang kasar walaupun itu adalah sahabatnya sendiri. Tahukah kamu kenapa sahabat mu senang mengingatkan mu pada akhirat? Ketahuilah bahwa itu sebenarnya adalah rasa sayang terhadapmu dimana sahabat mu tak menginginkan persahabatan yang hanya berada pada dunia yang fana ini, namun ia juga ingin bersahabat dengan mu di akhirat nanti.
Rasulullah saw. bersabda:
“Perumpamaan teman duduk yang baik dengan teman duduk yang buruk adalah seperti bergaul dengan tukang minyak wangi atau bergaul dengan seorang pandai besi. Adapun bergaull dengan penjual minyak wangi maka ada 3 kemungkinan yang akan terjadi :
1) Dia menghadiahkan minyak wangi kepada dirimu
2) Engkau membeli minyak wangi darinya lalu engkau kenakan ditubuhmu
3) Atau jika tidak mampu keduanya, setidanya kita dapat mencium aroma wangi darinya
Adapun bergaul dengan tukang pandai besi, maka :
1) Percikan api akan mengenaimu dan membakarnya
2) Atau kita akan terkena bau yang tidak enak darinya. “
Bergaulah dengan orang yang selalu mengingatkan kita untuk selalu berdzikir kepada Allah. Jangan bergaul dengan tukang fitnah, orang yang suka mencari-cari kesalahan orang lain, orang yang tidak taat kepada Allah. Karena ada diantara manusia yang berfungsi untuk membuka pintu-pintu kebaikan dan adapula untuk menupu pintu-pintu keburukan.
Jika ada orang yang seperti itu maka pegang eratlah ia jangan kau jauhi. Imam Syafi’i pernah berkata ‘aku ingin selalu dekat dengan orang- orang yang baik walaupun diriku sendiri belumlah baik’.
Allah swt. berfirman:
“Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang- orang yang mneyeru Rabbnya di pagi dan di senja dengan mengharap Ridha-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan ini. dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi : 28). [syahid/voa-islam.com]