View Full Version
Kamis, 17 Aug 2017

Sudahkah Kita "Merdeka"?

Oleh: Fathimah Bilqis (Praktisi Pendidikan di Tulungagung)

Merdeka merdeka merdeka.  Itulah ucapan yang bisa menggetarkan hati.Namun, apakah dengan kondisi seperti saat ini kita masih bisa mengucapkan kata "Merdeka" dengan penuh semangat? Coba kita amati dan merenungkan kembalijasa para pahlawan yang telah gugur memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Kalau kita mengamati dengan cermat, kondisi kita saat ini seakan-akan kembali pada masa penjajahan. Memang tidak dijajah secara fisik dengan peperangan, tapi kita dijajah dengan perang pemikiran. Secara halus dan membuat kita tidak menyadari sejatinya saat ini kita belum merdeka sepenuhnya.contohnya pengelolaan SDA di indonesia.

Semua pasti faham bahwa Indonesia kaya akan aneka barang tambang seperti Emas, minyak, batu bara, tembaga, dan lain-lain. Tapi guys, sayangnya emas itu bukan hak milik Indonesia sepenuhnya. Melainkan hak milik freeport bahkan baru-baru ini kontrak pengelolaannya diperpanjang. Begitu juga dengan produksi garam yang melimpah karena indonesia merupakan negara kepulauan dengan pantainya yang panjang. Namun anehnya garam saat ini menjadi langka. Ironisnya pemerintah membuka kran impor garam dari Australia.

Lantas, apakah kita harus diam dengan semua ini? SDA dikelola dan menjadi milik asing padahal kita mampu mengelola sendiri. Garam impor padahal produksi petani lokal sangat melimpah, tarif listrik mahal, kemiskinan semakin merajalela, dan masih banyak lagi. Tentu kita masih ingat dengan kisah sahabat rasulullah umar bin khatab yang memanggul gandum untuk umatnya yang kelaparan yaitu seorang ibu yang memasak batu untuk menenangkan anak-anaknya yang kelaparan. Umar menangis dan meminta ampunan pada Allah SWT karna telah melakukan dzolim. Umar menangis karena beliau menyadari bahwa kelak di akhirat pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dipimpinnya.

Dengan usia kemerdekaan yang memasuki 72 tahun semestinya Indonesia lebih maju dalam segala hal, memiliki prinsip yang teguh, dan tidak mudah diinjak-injak oleh asing.Sebagaimana perjuangan para pahlawan untuk kemerdekaan Indonesia yang mengerahkan segenap kemampuan baik jiwa maupun harta. Andaikan para pahlawan kemerdekaan mengetahui kondisi negeri yang diperjuangkan dengan darah dan air mata saat ini pasti akan menangis. Menangis karena kemerdekaan yang mereka perjuangkan hilang lenyap tertelan penjajah asing dan aseng. Dengan mudahnya wilayah negeri ini beserta isinya dilepas dan diserahkan kepada swasta asing.

Patutnya hari kemerdekaan bangsa ini kita gunakan untuk bermuhasabah, merenungi, dan meneladani sikap para pejuang yang begitu gigih dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini. Bukan malah mengadakan perayaan kemerdekaan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan perjuangan para pahlawan.

Semoga untuk ke depan, kondisi negeri ini jauh lebih baik. Tidak seperti saat ini yang bisa diibaratkan masyarakat miskin di negerinya yang kaya. Aamiin. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version