View Full Version
Jum'at, 01 Sep 2017

Kemerdekaan yang Dirindukan

Sahabat VOA-Islam...

Pagi itu Aku disuruh ibu untuk pergi ke pasar, membeli kerupuk untuk perlombaan yang akan diadakan di kampungku. Aku bertanya, pada ibuku ? Bu, Apa makna kemerdekaan itu dengan lomba-lomba kerupuk seperti ini ? Ibuku menjawab, “Bukan hanya ini nak, Ini salah satu atau bentuk kebahagiaan kita saja menyambut hari kemerdekaan. Selebihnya kamu harus banyak berkontribusi untuk bangsa dan Negara. Dalam segala hal, misalnya mentaati aturan sekolah dan cintai NKRI.

Kemerdekaan merupakan sesuatu yang sakral dan manusia wajib mempertanggungjawabkannya pada bangsa ini. Bagaiman kita menghargai kemerdekaan saat ini? Apakah dengan lomba balap karung? Balap kerupuk? Bukan. Kemerdekaan sesungguhnya ialah terbebasnya manusia dari segala antek-antek yang membuat keruntuhan NKRI itu sendiri.

Jika aku bertanya, sudah kah kita terlepas dari hal-hal yang membuat keruntuhan NKRI? Perpecahan dan fitnah sesama bangsa, seakan tak hiraukan. Jika aku bertanya? Apa kabar keragaman NKRI? Bagaimana Bhineka Tunggal Ika?

Kemerdekaan Indonesia sesungguhnya berada ditangan rakyat itu sendiri. Rakyat diatas segala-galanya. Saat keragaman sudah tak kukuh lagi, perpecahan sesame bangsa sudah tak dielakan lagi, kehausan kekuasaan yang di damba, adu domba, fitnah, dan lainnya.

Aku muak. Jika melihat kondisi negeri ini ngeri bagaikan orang asing di negera sendiri. Bagaimana aku bisa tidur nyenyak saat bangsaku di jajah secara halus, bagaimana aku bisa makan dengan nikmat jika masih banyak saudara ku yang kelaparan. Bagaimana aku memahami arti pancasila jika keadilan itu masih dibungkam.

Aku muak. Sebagai anak bangsa, generasi selanjutnya yang akan mewujudkan sebuah peradaban baru untuk bangsa dan dunia. Namun, aku masih berkata malas untuk belajar. Berkata tidak mau untuk membantu sesamaku. Aku muak pada diriku sendiri.

Lalu, seperti apa aku harus menikmati kemerdekaan saat ini. Pertama, Senang berkontribusi untuk bangsa dan Negara. Disaat usiaku sudah menginjak kepala dua. Kira-kira apa yang sudah kuberikan untuk negeriku ini? Tentunya tak sebanyak pejuang-pejuang terdahulu. Membela negeri sampai berlumuran darah. Berkontribusi dapat dimulai dari hal-hal yang terkecil. Implementasikan sila yang ada dalam pancasila. Junjung tinggi UUD 1945. Jangan sampai kita melupakan sejarah.

Membantu sesama, berbuat keadilan, bermusyarah tanpa permusahan dan sebagainya adalah salah bentuk kontribusi kita terhadap bangsa. Kedua, saring budaya asing yang masuk ke dalam negeri. Disaat perkembangan modernisasi ini membuat masyarakat meninggalkan budaya atau tradisi bangsa. Karena ini salah satu keruntuhan NKRI tatkala masyarakat nya sendiri meninggalkan seni-seni bangsanya sendiri. Ketiga, banyak mempelajari sejarah. Bermuhasabah untuk diri lebih baik dan belajar dari sejarah. Bagaimana para pejuang memperjuangkan NKRI ini dengan susah payah.

Ingat! Kita pernah dijajah oleh asing ratusan tahun lebih. Masih relakah, saat ini kita dijajah secara halus? Tentu tidak. Keempat,  Jalin keharmonisan sesame bangsa. Bukankah ini tunggal ika? Berbeda namun satu. Sudah seharusnya masyarakat cerdas dalam memilih lawan mainnya. Jangan sampai kita mengalami permusuhan dalam negeri. Saling bersinergi untuk kemajuan negeri. Kelima, upgrade pengetahuan teknologi bangsa. Karena perkembangan tekonologi saat ini yang dapat merusak pikiran masyarakat secara perlahan dalam menggiring opini khususnya. Maka dari itu, bangsa Indonesia harus cerdas dalam menambah ilmu pengetahuan dan teknologi. Kuasai dan andalkan.

Sesungguhnya ini lah kemerdekaan yang dirindukan, saat aku tak melihat orang kelaparan dipinggir jalan. Saat aku melihat orang-orang cerdas dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa. Kemerdekaan bukan hanya pada tanggal 17 Agustus saja setiap tanggal tentunya kita harus merdeka. Merdeka dalam segala hal.

Semoga diusia Indonesia saat ini. Menjadikan kita bangsanya untuk menjaganya lebih erat dalam barisan, dan satu suara dalam aspirasi masyarakat. kemerdekaan sesungguhnya adalah ditangan rakyat. [syahid/voa-islam.com]

Kiriman Reni Marlina


latestnews

View Full Version