View Full Version
Jum'at, 08 Sep 2017

Rohingya Oh Rohingya, Jangan Minta Kami Diam

Oleh: Ummu Naflah (Cikupa-Tangerang)

Pahlawan demokrasi Myanmar, Aung San Suu kyi, mengaku terganggu dengan sikap negara lain terkait masalah yang menimpa Muslim Rohingya di Rakhine. Suu Kyi menganggap beberapa negara terlalu ikut campur atas masalah yang terjadi di negaranya.

"Publik Indonesia selalu mengganggu kami. Mereka seakan lebih tahu tentang kondisi yang terjadi di sini, ," kata Suu Kyi, dalam sebuah pernyataan seperti dilansir BBC, Sabtu (26/8).

Peraih Nobel Perdamaian itu terlihat naik pitam saat ditanya tentang Muslim Rohingya yang jadi sasaran kekerasan di Myanmar.

"Kami hanya ingin orang-orang di Indonesia tutup mulut dan diam. Stop pembahasan mengenai Muslim Rohingya. Urus saja negeri kalian. Karena kalian tak berhak mengatur hidup kami," kata Suu Kyi.

(http://radar-islami.blogspot.co.id/2017/08/myanmar-minta-publik-indonesia-diam-dan.html)

 

Komentar:

Bagaimana kami dapat diam sementara saudara-saudara kami Anda biarkan mati terbunuh dengan cara bengis dan sadis? Bukan hanya kami sebagai saudara sesama muslim yang diikat oleh aqidah dan keimanan Islam yang mulia yang marah, mengecam dan mengutuk berbuatan biadab tersebut, dalam doa-doa kami bagi etnis muslim Rohingya. Tapi siapa pun manusia, apa pun agama mereka, apa pun ras dan suku mereka jika mereka masih memiliki hati nurani, pasti akan memiliki “rasa” yang sama. Lalu bagaimana dengan Anda? Wahai Sang Peraih Nobel Perdamaian? Di mana hati nurani Anda?

Apakah hati nurani Anda tak bergetar sedikit pun melihat suara jeritan dan tangisan anak-anak Rohingya yang murni dan suci disakiti bahkan dibunuh dengan moncong-moncong senjata militer Myanmar? Tak perihkah hati Anda melihat mata-mata mereka yang tak lagi bersinar karena cahaya kehidupan mereka, kedua orang tua mereka mati terbunuh akibat kebrutalan militer Myanmar? Bahkan tak sedikit dari mereka menyaksikan bapak ibunya direnggut nyawanya dihadapan mereka dengan cara bengis dan brutal.

Suatu hal yang tak pernah mereka bayangkan dalam benak mereka yang masih polos dan suci. Atau tak sakitkah hati Anda melihat perempuan-perempuan Rohingya yang kehormatannya dilecehkan dan diinjak-injak oleh militer Myanmar? Tak terhitung berapa nyawa perempuan Rohingya yang hilang setelah berjuang mempertahankan kehormatannya, keluarganya, hartanya dan anak-anak yang dicintainya. Tahukah Anda tak satu pun dari mereka ingin kehilangan nyawa dengan cara yang tak beradab seperti yang dilakukan oleh algojo-algojo militer Anda. Tak terhitung pula berapa banyak perempuan Rohingya yang menjadi janda karena kehilangan suami mereka. Padahal suami-suami mereka hanya berjuang mempertahankan apa yang menjadi milik mereka.

Bukankah Anda Sang Peraih Nobel Perdamaian yang terhormat? Bukankan Anda seorang perempuan dan seorang ibu? Bagaimana jika yang terbunuh itu adalah anak-anak Anda? Bagaimana jika yang dilecehkan kehormatannya sampai mati meregang nyawa itu adalah saudara perempuan atau bahkan ibu Anda? Bagaimana jika yang mati dengan cara brutal akibat peluru dan senjata militer itu adalah suami Anda? Bagaimana jika…

Faktanya Anda hanya diam menyaksikan semua itu. Hati nurani Anda tak pernah ada untuk mereka. Bagi Anda mereka bagai duri dalam daging yang harus segera dicabut. Padahal bukankah Anda tahu mereka telah bertahun-tahun bahkan berpuluh tahun menjadi pesakitan di rumah mereka sendiri. Dan selamanya akan terus seperti itu karena kebisuan Anda dibalik pembantaian yang dilakukan oleh militer Myanmar dan siapa pun yang ada dibelakang mereka. Karena itu jangan minta kami untuk diam!

Peluru-peluru kami hanya kata-kata di media sosial. Senjata-senjata kami hanya amarah dan kecaman yang kami bagikan lewat foto dan video di dunia maya. Lalu mengapa Anda begitu terganggu? Tahukah Anda betapa sakitnya hati kami? Betapa terlukanya hati kami menyaksikan saudara-saudara kami mati dibantai? Sedangkan kedua tangan kami tak berdaya untuk menghalanginya. Tahukah Anda berapa ribu tetes air mata yang telah mengalir lewat kedua mata kami akibat rasa penyesalan yang menggunung karena tak mampu membebaskan mereka dari derita yang berkepanjangan?

Harapan kami pada penguasa-penguasa muslim di negeri-negeri muslim pun telah pupus akibat sekat nasionalisme semu. Mereka hanya dapat mengecam tapi tangan mereka tak berbuat apa pun. Mereka sibuk melayani kepentingan-kepentingan tuan-tuan mereka. Kekuatan-kekuatan mereka simpan dibelakang punggung-punggung tuan mereka. Kalaupun mereka membantu hanya sebatas dialog semu untuk pecitraan diri.

Karena itu jangan minta kami untuk diam. Jari-jari kami akan senantiasa bergerak menjadi peluru-peluru dan senjata yang membuat jiwa dan hati Anda tak akan pernah tenang. Doa-doa kami akan terus mengalir bagi saudara kami di Rohingya. Segala daya upaya akan kami lakukan untuk membebaskan mereka dari belenggu dan tirani rezim zalim. Kami ibarat ribuan pasukan yang sedang terdiam dan mengumpulkan kekuatan.

Kami tinggal menunggu komando dari seorang Khalifah, sebagaimana komando Khalifah Al-Mu’tashim kepada 4000 ribu pasukannya yang menunggang kuda balaq menembus jantung kota Ammuriyah untuk membebaskan seorang perempuan mulia keturunan Rasulullah SAW. Dan sampai waktu itu tiba jangan minta kami untuk diam! [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version