Sahabat VOA-Islam...
Saat ini keperawanan rupanya menjadi sesuatu yang langka. Pasalnya keperawanan dinisbatkan layaknya barang langka dan mahal hingga ada pihak yang memfasilitasi untuk dilelang.
Bagi adat ketimuran, status keperawanan adalah simbol keluruhan seorang wanita. Dalam islam pun demikian. Muslimah sangat dihormati jika mampu menjaga kehormatannya apalagi keperawanannya.
Di era kapitalis saat ini, di mana materi sebagai sumber kebahagiaan, rupanya status keperawanan dijadikan ajang menggait materi. Dengan menjual keperawanan akan menghasilkan uang ratusan juta hingga milliaran. Hal ini bisa terjadi karena ada yang memfasilitasi. Salahsatunya munculnya situs nikah siri online.
Tak hanya di Indonesia, menjual keperawanan pernah menjadi trend di Jepang. Di negeri yang katanya masih menjunjung adat ketimuran ini, keperawanan juga dijadikan ajang menggait materi. Tahun 2005 silam tayang sebuah film Memories Of Gheisa yang mengisahkan gadis-gadis di Jepang yang menjual keperawanannya dengan harga selangit. Dikisahkan sosok gheisa tak sama dengan seorang pelacur. Gheisa adalah gadis yang menjual keperawanannya dengan harga mahal. Ada yang menjualnya kepada seorang dokter, pengusaha atau orang yang berduit lainnya. Intinya keperawanan bisa dinikmati oleh kalangan berduit kapanpun selama mereka mampu membayar sesuai harga yang ditawarkan gheisa.
Krisis multidimensi yang melanda negeri ini tak hanya perawan saja yang langka, perjakapun mungkin juga lebih langka. Degradasi moral menjadikan tak mampu menjaga sesuatu yang seharusnya dijaga yaitu kehormatan. Kehormatan seseorang akan terjaga jika mampu menjalani kehidupannya sesuai perintah dan larangan Sang Pencipta.
Sungguh sangat disayangkan negeri mayoritas muslim tapi langka yang mampu menjaga kehormatannya serta keperawanan. Hingga muncul fenomena lelang keperawanan, yang beberapa hari ini heboh adanya situs nikah siri online yang disana ada fasilitas lelang keperawanan atau keperjakaan. Hal ini pastinya akan dimanfaatkan oleh kalangan minim iman untuk mengkapitalisasi keperawanan seseorang. Hampir mirip dengan sosok gheisa di Jepang. Hanya saja gheisa tidak memakai situs online.
Meskipun ada sanggahan dari pemilik situs nikah siri online bahwa tak ada lelang keperawanan, akan tetapi hal ini sudah sangat jelas kemudhorotannya. Kemeninfo mewacanakan akan memblokir situs online tersebut.
Munculnya situs nikah siri online bisa jadi ditengarai berbagai hal. Misalnya mahalnya biaya pernikahan. Trend pesta pernikahan yang "wah" layaknya selebritis yang diekspos media secara besar-besaran memang bikin galau jika berniat mengadakan pesta pernikahan. Akhirnya bikin jomblo enggan bersegera nikah meskipun sebenarnya sudah mampu secara lahiriyah akan tetapi tak memiliki dana cukup untuk menggelar pesta pernikahan. Padahal jika nikah di KUA saja dengan pesta sederhanapun sudah bisa sah secara agama dan negara.
Entah apalagi yang mendasari munculnya situs nikah siri. Yang pasti situs tersebut akan banyak mudhorotnya daripada manfaatnya. Dan akan memicu kontroversi akibat degradasi moral yaitu lelang keperawanan. [syahid/voa-islam.com]
Kiriman Ibu Nanik Farifa P, Tulungagung