View Full Version
Rabu, 04 Oct 2017

Krisis Rohingya, Jelas Krisis Agama!

Oleh:

Nada Shareen, S.Si*

 

DEWASA ini umat Islam dilanda berbagai macam ketidakadilan baik secara politik, ekonomi, perbudakan atas manusia oleh para tiran, pembantaian missal dengan cara yang sangat keji, kehinaan dan kesengsaraan akibat umat Islam tidak menerapkan pengaturan hukum-hukum Islam. Palestina, Suriah, Yaman juga Rohingya yang saat ini tengah menanggung derita hebat dan negeri-negeri muslim yang lain menjadi bukti betapa lemah dan hinanya kaum muslimin sehingga dengan murahnya darah mereka mungucur deras setiap waktu.

Sudah sekian kali tragedi kemanusiaan berulang, mereka melakukan pembantaian sangat biadab dan sangat keji. Ribuan muslim Rohingya dibunuh, ribuan rumah dibakar selanjutnya merekapun terusir dari kampung halamannya sendiri. Human Rights Watch (HRW) menyebut bahwa ratusan rumah suku Rohingya dihancurkan hingga luluh lantak oleh militer Myanmar.

Kekejaman militer Myanmar sudah diluar batas kemanusiaan. Sejak tahun 1824, 1937, 1942, 1948, 1962, 1978, 1982, 1988, 1991, 2012, hingga terbaru tahun 2017 hingga kini. Mirisnya, kaum muslimin di negeri-negeri yang lain seperti tutup mata, telinga dan hati mereka. Sebagai bukti ketika muslim Rohingya berupaya keras untuk mencari suaka atau tempat berlindung, namun ditolak oleh berbagai negara, termasuk negeri-negeri muslim menolaknya, dengan terpaksa mereka terombang-ambing di laut hingga banyak dari mereka yang terenggut nyawanya.

Padahal bukankah Rohingya adalah saudara kita? Mereka memiliki Tuhan yang sama, kitab yang sama, kiblat yang sama, mereka adalah bagian dari tubuh kita umat muslim. Kaum muslimin ibarat satu tubuh, ketika ada bagian tubuh yang sakit sudah sewajarnya bagian tubuh yang lain juga ikut merasakan sakitnya. Seperti halnya apa yang dirasakan muslim Rohingya sudah seharusnya ikut dirasakan oleh negeri-negeri muslim yang lainnya, tanpa memperhatikan batas-batas teritorial negara bangsa. Mereka diperlakukan sangat tidak manusiawi sangat jelas karena mereka adalah muslim. Ashin Wirathu Monk telah dengan jelas mengungkapkan kebenciannya kepada muslim Rohingya. Artinya, konflik yang terjadi di Rohingnya adalah konflik agama.

Namun, rendahnya taraf berpikir kaum muslimin menjadikan mereka kesulitan untuk melihat akar masalah yang sesungguhnya, sehingga banyak pernyataan yang masih kabur di tengah-tengah masyarakat. Akhir-akhir ini misalnya, Wahid Foundation mengajak masyarakat Indonesia untuk tidak terjebak dalam melihat konflik Rohingya sebagai konflik antara agama Islam dan Budha. "Apalagi sampai berujung pada sikap memusuhi komunitas atau penganut agama tertentu sebagai respons atas kejadian di Rohingya," ujar Yenny seperti dikutip dari keterangan pers Wahid Foundation, Selasa (5/9/2017).

Liberal Geram

Dari pernyataan tersebut menegaskan bahwa sesungguhnya kaum sekuler dan liberal menegasikan atau menyangkal bahwa kekerasan terhadap Rohingya terjadi karena faktor agama. Bahkan opini tentang Rohingya sengaja digiring untuk membenarkan bahwa pembersihan etnis Rohingya terjadi sekedar karena konflik etnis dan sosial ekonomi internal negara Myanmar.

Semakin tampak lahirnya beragam respon dari orang-orang liberal tersebut terjadi karena umat Islam bersatu menyuarakan penghentian kekerasan terhadap muslim Rohingya.  Baik itu berupa bantuan kemanusiaan, dan desakan serta seruan langkah tegas pemerintah untuk mengirim tentara dan lain-lain yang dilakukan oleh semua komponen umat Islam mulai dari aksi 1000 sahabat muslimah Rohingya, kalangan mahasiswa, masyarakat umum, juga lembaga pendidikan yang merasa geram dengan tindakan militer Myanmar.

Begitu besarnya suara penentangan terhadap kekerasan yang didukung Rezim Budha Myanmar,  menunjukkan makin tingginya kesadaran umat Islam untuk membela saudaranya dan menunjukkan manifestasi ukhuwah Islamiyah. Maka dari itu kaum liberal ingin menyurutkan kesadaran itu dengan menyangkal bahwa isu Rohingya adalah krisis agama dan menakut-nakuti publik bahwa krisis Rohingya bisa menjalar dan terjadi di Indonesia.

Akan tetapi kaum muslimin terlanjur memiliki kesadaran yang tidak bisa terbendung karena berbagai ketidak adilan sangat nyata. Kaum sekuler dan liberal juga akan semakin dibuat geram karena kaum muslimin akan terus mengokohkan kesadarannya untuk bahu membahu menuntut diterapkannya Islam secara kaffah, secara menyeluruh sebagai jawaban atas problem yang terjadi di negeri-negeri muslim. Dengan demikian akan terwujud Islam Rahmatan lil Alamin dan menjadi lonceng kematian yang berdentang keras menumpas kepemimpinan kaum sekuler dan liberal.  Wallahu’alam bi ash-showab.*Penulis adalah pemerhati pendidikan dan remaja, serta staf pengajar salah satu SMK di Jember, Jawa Timur    

 


latestnews

View Full Version