View Full Version
Ahad, 29 Oct 2017

Wahai Pemuda Islam, Bangkitlah! Songsong Peradaban Mulia

Oleh:

Zahbia Dina Latifah

(Ketua Komunitas Mahasiswi Muslim Peduli Negeri UNY)

 

INDONESIA benar-benar berada di ujung tanduk. Bagaima tidak, sebagai contoh dari segi pengelolaan kekayaan alam saja, negara ini tidak mampu. Indonesia yang sangat kaya minyak dan gas harus membeli gas dari Singapura. Padahal Singapura itu tidak memiliki ladang gas sama sekali.

Baru-baru ini rezim Jokowi dengan mudahnya memuluskan langkah Freeport menjarahi tambang terbesar di dunia tersebut, kontrak diperpanjang. Tidak berdayanya negeri ini tergambar jelas pula saat menjadi pelayan para pemilik modal dalam proyek Meikarta dan reklamasi Teluk Jakarta, proyek raksasa itu tetap jalan meski prosesnya menyalahi perundang-undangan dan belum mengantongi izin.

Dari sesi perekonomian, negeri ini luar biasa terjerat hutang yang terus menggelembung dan tidak terlunasi, saat ini mencapai Rp 3.779 Triliun (m.detik.com Agustus 2017). Indonesia pun kini darurat seks bebas dan narkoba dimana 6 juta orang menjadi pencandunya (news.okezone.com Juli 2017).Belum lagi janji menggebuk PKI yang belum terbukti. Masih banyak lagi bukti-bukti nyata yang menunjukkan negeri ini benar-benar krisis. Hal demikian memang telah menjadi perhatian berbagai pihak, termasuk para pemuda yang notabene sebagai agen perubah.

Tetapi mengapa tidak nampak perubahannya?Apakah pemuda belum mengoptimalkan perannya? Karena faktanya, negeri ini justru semakin pelik dengan berbagai persoalan yang membelit rakyatnya.

Pemuda hari ini tengah berhadapan dengan banyak tantangan. Setelah reformasi 1998 yakni diberlakukannya SKS dalam dunia perkuliahan nyatanya ampuh membuat pemuda mencukupkan sibuk melawan tugas, paper, presentasi, makalah, maupun praktikum. Banyak yang tidak terfikirkan lagi jati dirinya sebagai agent of change bagi lingkungan sekitarnya dan terkonidisikan cuek, apatis, pragmatis bahkan individualis.

Persoalan individu saja sudah banyak tidak sempat memikirkan secara seksama solusi tuntas persoalan bangsa. Sistem kehidupan di Indonesia sekarang yang menerapkan Kapitalisme dengan asas Sekularisme (pemisahan agama dengan kehidupan) dan Liberalisasi (prinsip kebebasan) yang berasal dari Barat juga telah menjangkiti jiwa-jiwa pemudanya. Seperti halnya mindset kesuksesan dan kebahagiaan hidup diukur dengan materi.

Maka implikasi setelah itu adalah bagaimana cara mendapatkan nilai tinggi untuk mendapat pekerjaan dengan gaji yang besar dengan berbagai cara agar dapat hidup kaya raya. Bahayanya, sistem ini jelas menghilangkan jati diri dan potensi pemuda.Tidak hanya itu sistem ini pun nyatanya berhasil memandulkan dan menjebak potensi pemuda dengan tujuan duniawi semata.

Agen Perubah

Begitu pula dengan yang terjadi pada negeri ini, aturan liberalisasi melahirkan berbagai UU swastanisasi dan privatisasi SDA maupun pelayanan publik yang tidak memihak pada rakyat tapi jusru berpihak pada pemilik modal (Kapital).Negara abai terhadap berbagai tanggungjawab utamanya. Hal tersebut menjadi wajar diberlakukan sebab sistem ini meyakini negara hanya sebatas sebagai regulator/fasilitator bukan pengurus keseluruhan. Ini yang tidak boleh dan mesti diubah.

Harus disadari oleh pemuda, bahwa Indonesia adalah bagian dari bumi yang diciptakan oleh Allah. Maka Dia berhak mengatur kehidupan ini dengan sebuah pedoman yakni dengan syariah Islam bersumber dari wahyu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Allah perintahkan manusia untuk wajib masuk ke dalam Islam secara keseluruhan, tidak setengah-setengah, dan tidak pilih-pilih. Allah perintahkan juga agar penguasa bertanggungjawab secara keseluruhan terhaap kepengurusan rakyatnya, tidak hanya sebagai regulator.

Maka sudah sewajarnya jika negeri ini pun diatur dengan syariahNya dan menjadikan asas aqidah Islam mindset pemuda dalam merubah sebuah kondisi/lingkungan. Sebab syariah Islam hadir untuk semua agama, ras, suku, dan bangsa seperti peradaban yang pernah dicontohkan oleh suri tauladan Rasulullah SAW saat pertama kali mendirikan negara Madinah. Hukum menegakkannya adalah wajib. Pemuda harus saling merangkul mewujudkan cita-cita mulia ini sebagai solusi tuntas atas berbagai persoalan yang menimpa.

Tapi hari ini, sayangnya pemuda yang kritis mengoreksi kebijakan pemerintah rupanya selalu dihalang-halangi. Komunitas kepemudaan, organisasi, ormas yang selalu menyerukan solusi Islam dari Sang Pencipta kehidupan dihambat. Seperti yang baru saja terjadi dengan disahkannya Perppu Ormas menjadi UU adalah disebabkan keengganan penguasa menerima solusi mulia ini. Padahal terang-terangan sejarah menjabarkan betapa sejahteranya sebuah peradaban dimana Islam diterapkan didalamnya. Hal ini semakin menggambarkan bahwa kepentingan pemilik modal tidak boleh diusik.

Kita tidak hanya membutuhkan pemimpin yang amanah tetapi kita juga membutuhkan sistem yang amanah. Disinilah peran strategis bagi pemuda yakni mengubah kondisi dari asas yang keliru (sekularisme) kepada asas yang shahih yakni yang berasal dari wahyu ilahi dengan mengembalikan peradaban yang dirahmati Allah itu sekali lagi. Yang demikianlah perubahan hakiki.

Maka berbagai potensi, semangat, tenaga, waktu  yang dititipkan Allah hanya kepada pemuda mestilah dikembalikan pada pemiliknya. Mengkaji  Islam keseluruhan dan menyampaikannya ke khalayak adalah jawaban agar masyarakat mau dan dengan sendirinya meminta kehidupan yang rahmat yakni dengan sistem Islam. Wallahua’lam bish shawab*


latestnews

View Full Version